Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP Filadelfia Bekasi

62 serius memberikan jaminan perlindungan bagi pihak HKBP Filadelfia dari segala bentuk diskriminasi dan intoleransi yang dilakukan oleh siapapun, baik itu oleh oknum pemerintah ataupun kelompok masyarakat. 15 Selain itu, menurut M Subhi Azahari devisi Monitoring dan Advokasi The Wahid Institute menambahkan. Pertama, melakukan press confrence untuk menyikapi perkembangan kasus HKBP Filadelfia Bekasi sebagai bentuk peryataan sikap atas kasus tersebut. Kedua, melakukan journalist briefing memberikann pemahaman terkait kasus HKBP Filadelfia Bekasi kepada semua media massa sehingga media massa dapat menyajikan berita secara objektif. Ketiga, pendekatan kepada Forum Kerukuanan Umat Beragama FKUB untuk bersikap netral dan mendorong suatu resolusi konflik bukan ikut terlibat dalam konflik. Selanjutnya, The Wahid Institute juga membuat analisa kasus yang hasilnya diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kabupaten, Golongan Karya Golkar, Ombudsman RI, Komisi Nasional Hak Asasi manusia Komnasham dan Komnas Perempuan. Maka, dari hasil analisa The Wahid Institute, semua elemen lembaga tersebut sebenarnya sepakat dengan pemahaman dan perjuangan yang dilakukan oleh The Wahid Institute. 16 Kemudian, beberapa elemen masyarakat sipil melakukan advokasi seperti, The Wahid Institute, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia YLBHI, Lembaga Bantuan Hukum LBH Jakarta, Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman SEJUK, dan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat ELSAM. Mereka 15 http:wahidinstitute.orgDokumenDetail?id=193hl=idMemperjuangkan_Hak_Beribada h_HKBP_Filadelfia, “Memperjuangkan Hak Beribadah Filadelfia”, diunduh pada 6 Maret 2013. 16 Wawancara Pribadi dengan Subhi Azhari, pada 23 Desember 2013. 63 menuntut tiga hal. Pertama, menuntut pemerintah secara serius memberikan jaminan perlindungan kepada pihak HKBP Filadelfia dari segala bentuk diskriminasi baik dilakukan oleh pemerintah maupun kelompok masyarakat. Kedua, melindungi HKBP Filadelfia dalam menjalankan ibadah. Ketiga, memastikan terbitnya IMB kepada HKBP Filadelfia untuk mendirikan tempat ibadah di desa Jejalen, Bekasi. 17 Dengan demikian, alasan The Wahid Institute melakukan pembelaan terhadap korban HKBP Filadelfia Bekasi yaitu, pemerintah tidak melaksanakan konstitusi dalam menjamin kebebasan beragama dan beribadah. Sehingga The Wahid Institusi membantu meperjuangkan hak korban untuk mendirikan rumah ibadah. Namun, The Wahid Institute mengalami kendala yaitu, para penegakan hukum tidak adil dalam menangani persoalan kasus kekerasan dan kebebasan mendirikan rumah ibadah. Begitu juga dengan sikap para pemimpin daerah yang ikut terlibat terhadap kasus tersebut. 18 Sejauh ini, apa yang sudah dibela The Wahid Institute melalui berbagai pendekatan baik tokoh masyakarat, pemerintah daerah, dan melalui press conference, setidaknya kasus pembekuan IMB rumah ibadah HKBP Filadelfia dapat diselesaikan oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Tentu saja, pembelaan The Wahid Institute terhadap HKBP Filadelfia dengan alasan adanya kepincangan sikap pemerintah daerah yang tidak adil terhadap korban kekerasan dan kelompok minoritas. Begitu juga sikap para penegak hukum yang tidak tegas menjalankan konstitusi dan menindak tegas para 17 The Wahid Institute, MRORI Monthly Report on Religious Issues, Edisi Maret-April 2012 Jakarta; The Wahid Instutue, 2012, 3. 18 Wawancara Pribadi dengan Alamsyah M. Dja’far, pada 10 Januari 2014. 64 pelaku pemimpim daerah yang melakukan pembangkangan hukum. Selain itu, adanya sikap intoleransi masyarakat yang melakukan ancaman, intimidasi kepada kelompok minoritas.

C. Aliran Syiah di Sampang Madura

Peristiwa kekerasan dan pengusiran terhadap aliran Syiah 19 yang terjadi pada 29 Desember 2011, di Dusun Nangkernang, Karang Gayam, Omben, Kabupaten Sampang, Madura. Kasus tersebut mengakibatkan rumah pimpinan Ikatan Jamaah Ahl al-Bait IJABI, Tajul Muluk, dua rumah warga Syiah, dan Mushalla Syiah di bakar oleh 500an orang. 20 Akhirnya, warga Syiah diungsikan ke Gelanggang Olahraga GOR yang bertempat di depan Kantor Bupati Sampang, Madura. Selanjutnya, isu ini ditanggapi Pemerintah Daerah Syaifullah Yusuf sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur, Ia mengajukan izin relokasi warga Syiah agar konflik tidak terjadi lagi. Solusi ini seakan-akan ingin menyelesaikan masalah yang muncul dengan melenyapkan kelompok yang berbeda secara paksa. 21 Oleh karena itu, tindakan Wakil Gubernur tersebut tidak memberikan solusi terbaik dalam mengatasi kasus Syiah di Sampang, Madura. Bahkan, tidak mampu melindungi jaminan keamanan bagi warga Syiah. 19 Golongan Syiah; yang hanya mengakui khalifah Allah saja. Mereka tidak mengakui Khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman, bahkan menyatakan bahwa ketiga Khalifah telah meyererobot jabatan Khalifah yang tidak sah. Mereka berhak yang menjadi Khalifah sesudah Nabi adalah Ali. dalam H.M Rasyidi, Apa itu Syiah Jakarta: Harian Umum Pelita, 1984, 50. 20 Yeni Zannuba Wahid, dkk, Mengelolah Toleransi dan Kebebasan Beragama: 3 Isu Penting Jakarta: The Wahid Institute, 2012, 34. 21 Zainal Abidin Bagir dkk., Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2011, 30. 65 Akhirnya, jamaah Syiah di evakuasi ke Gelanggang Olahraga GOR Sampang, dengan fasilitas terbatas dan mendapat tekanan dari institusi pemerintah serta ormas tertentu. Pihak yang aktif menekan adalah kantor Kementerian Agama Kemenag Sampang yakni Kiai Halim serta kepala Kesbangpol Sampang, Rudi Setyadi. Pada 2011, Majelis Ulama Indonesia MUI dan Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama PCNU setempat beserta Basra Badan Urusan Silaturahmi Ulama Madura, memaksa Tajul Muluk untuk menyetujui 3 kesepakatan; 1 menghentikan semua aktifitas Syiah dan kembali ke Sunni. 2 Diusir ke luar wilayah Sampang tanpa ganti rugi lahanasset yang ada, dan 3 jika salah satu poin tidak dipenuhi, berarti aliran Syiah harus mati. 22 Sikap fatwa MUI Kabupaten Sampang No: A-035MUISPGI202 tanggal 1 Januari 2012 menyatakan bahwa ajaran Tajul Muluk sesat dan menyesatkan dan merupakan penistaan agama. Selanjutnya, adanya peryataan sikap Pimpinan Cabang Nahdaltul Ulama PCNU Sampang No; 255ECA:L-36I102 tanggal 2 Januari 2012 yang juga menyatakan bahwa ajaran Tajul Muluk sesat dan menyesatkan, serta merupakan tindakan penistaan agama yang membuat bikin keresahan di masyarakat. 23 Fatwa MUI tersebut yang menyeret Tajul Muluk alias Ali Murtadho, Pemimpin Syiah Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Madura. Akhirnya, Tajul Muluk divonis dua tahun penjara karena secara terbukti 22 The Wahid Institute, MRORI Monthly Report on Religious Issues, Edisi XXXIX Desember 2011- Januari 2012 Jakarta; The Wahid Instutue, 2012, 3. 23 Yeni Zannuba Wahid, dkk, Mengelolah Toleransi dan Kebebasan Beragama: 3 Isu Penting, 40. 66 melakukan penodaan agama sebagaimana tercantum dalam Pasal 156a KHUP. Menurut ketua Majlis Hakim di Pengadilan Negeri PN Purnomo Amin Cahyono, Tajul Muluk telah melecehkan agama Islam dengan menyatakan Al- qur’an yang beredar tidak asli lagi. 24 Hal ini tercermin bahwa Pengadilan Negeri PN tidak bersikap adil dalam persidangan kasus Tajul Muluk, dan pemerintah tidak tegas dalam menangani persoalan kekerasan agama. Sebut saja, peryataan Syaifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur, mengenai relokasi jemaah Syiah ke GOR Sampang. Seolah menujukan bahwa pemerintah daerah tidak mampu menyelesaikan konflik ini. Bahkan, beberapa lembaga pemerintah dan ormas melakukan tindakan intimidatif terhadap warga Syiah. Menyikapi kasus Syiah tersebut, The Wahid Institute juga melakukan advokasi di lapangan melalui kerjasama dengan jejaring The Wahid Institute yaitu, Center for Marginalized Comunities Studies CMARs Surabaya. Peran yang dilakukan oleh CMARs yaitu, pendampingan ke ranah hukum, pembelaan, dan investigasi. Pada level parlemen, The Wahid Institute melakukan pendekatan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPR RI dan pengambil kebijakan. Pada level ormas The Wahid Institute bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia MUI Surabaya, Nahdlatul Ulama NU, dan Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB untuk mencari solusi kasus Syiah tersebut. Sedangkan untuk menyadarkan warga NU 24 The Wahid Institute, MRORI Monthly Report on Religious Issues, Edisi XLIII Juli 2012 Jakarta; The Wahid Instutue, 2012, 3 67 yang ikut terlibat kasus Syiah, The Wahid Institute mengingatkan agar jangan sampai di tranformasikan kepada tindakan kekerasan. 25 Kemudian, alasan The Wahid Institute melakukan pembelaan terhadap korban kasus Syiah di Sampang, Madura. Bahwa, setiap warga negara berhak untuk berkeyakinan sesuai dengan kepercayaanya. Seharusnya, negara menjamin kebebasan beragama, berkeyakianan sesuai dengan UUD 1945 Pasal 18 dan 19 ayat 1 dan 2. Dalam perjuangannya, The Wahid Institute mengalami kendala pada level masyarakat dan level pemerintah. Contohnya, adanya penegakan hukum yang tidak adil. 26 Lalu, kelompok Islam tertentu yang tidak suka dengan aliran Syiah, peran Pemerintah Sampang yang tidak tegas dalam menangani persoalan kekerasan Syiah, dan fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI Jawa Timur yang menyatakan bahwa aliran Syiah sesat. 27 Selama ini, apa yang dilakukan oleh The Wahid Institute dengan melakukan pembelaan terhadap aliran Syiah, ternyata berdampak cukup lebih baik. Faktanya, setidaknya aksi kekersanintimidasi terhadap kelompok Syiah semakin berkurang. Dengan demikian, kiprah The Wahid Institute dengan memosisikan diri dalam advokasi golongan marginal sangat efektif. Bagi The Wahid Institute, semua golongan berhak mendapatkan hak dan perlakuan yang sama dari pemerintah. Sebab demikian, jika terjadi tindakan marginalitaspengucilan terhadap sekelompok kaum, atas nama apapun maka 25 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Suaedy, pada 24 Desember 2013. Dan Wawancara Pribadi dengan Subhi Azhari pada 23 Desember 2013. 26 Wawancara Pribadi dengan Alamsyah M. Dja’far, pada 10 Januari 2014. 27 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Suaedy, pada 24 Desember 2013