Konsep Civil Society CIVIL SOCIETY DAN KEBEBASAN BERAGAMA

17 society, dan negara. Keluarga merupakan ruang pribadi yang ditandai hubungan harmonis antar individu dan menjadi tempat sosialisasi pribadi anggota masyarakat. Kemudian civil society dimaknai sebagai lokasi pemenuhan kepentingan ekonomi baik individu maupun kelompok. Sementara negara merupakan representasi dari ide universal yang melindungi kepentingan politik warga. Dengan demikian negara mempunyai hak intervensi kepada civil society, karena civil society mengandung potensi konflik. Civil society tidak bisa dilepaskan dari kontrol negara. 9 Dalam buku itu M. Dawam Rahadjo mengutip pendapat Karl Marx 10 , bahwa civil society adalah sebagai masyarakat borjuis. Bagi Marx, masyarakat borjuis mencerminkan kepemilikan yang bermuatan materialisme, dimana setiap orang mementingkan dirinya sendiri, dan setiap orang berjuang melawan yang lainnya. 11 Konsepsi lain ditemukan dalam buku Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society; Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, ia mengutip pendapat Tocqueville 1805-1859 bahwa civil society bukan subordinat negara. Civil society merupakan suatu entitas yang keberadaannya dapat menerobos batas-batas kelas, 9 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, 48. 10 Karl Mark adalah tokoh pemikir sosial politik dari Jerman. Karya yang dihasilakan Mark selama bertahun-tahun hidupnya di London adalah Das Kapital sebagai karya besar magnum opus. Dalam karyanya tersebut, sebagai usaha Mark untuk memberikan analisa sejarah dan dinamikan masyarakat kapitalis. Mark juga mengkritik toeri ortodoksi Adam Smith dan david Ricardo tentang ekonomi pasar bebas. Dalam Doyle Paul Johnson dan diterjemahkan oleh Robert M.Z Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jakarta: PT Gramedia, 1986, 126. 11 M. Dawam Rahadjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial, 142. 18 memiliki kapasitas politik yang cukup tinggi, dan menjadi kekuatan pengimbang intervensi negara. 12 Oleh karena itu, gagasan Tocqueville dijadikan sebagai sumber referensi gerakan pro-demokrasi di negara Barat maupun di Indonesia. Perkembangan civil society di Indonesia mulai tumbuh atas kesadaran masyarakat untuk mendirikan organisasi modern pada abad ke 20. Dengan berdirinya organisasi Budi Utomo 1908, Syarikat Dagang Islam SDI 1911, Muhammadiyah 1912, dan organisasi lainnya. Hal ini menandakan, civil society di Indonesia sudah berkembang pada masa kolonialisme Belanda. 13 Di Indonesia, istilah civil society atau pun masyarakat sipil menggunakan istilah masyarakat madani –yang dimunculkan oleh Dato Anwar Ibrahim, wakil P.M. Malaysia. Istilah masyarakat madani sebagai padanan dari civil society, ketika itu disampaikan oleh Dato Anwar Ibrahim pada acara Forum Istiqlal 26 September 1995. Masyarakat madani ia kaitkan dengan konsep kota ilahi, kota peradaban, atau masyarakat kota, yang tersentuh oleh peradaban maju. Kemudian istilah masyarakat madani dipopulerkan cendikiawan muslim seperti Nurcholis Madjid atau Cak Nur dan Dawam Rahadjo. 14 Guna memperkaya dan menyempurnakan makna konsep civil society, maka penggalian elemen-elemen dasarnya dari berbagai perspektif seperti tradisi pemikiran, filsafat, adat istiadat masyarakat, dan agama, demi relevansi harus terus dilakukan. Salah satu elemen dasar yang sangat penting dalam pembentukan 12 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, 51. 13 M. Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani Jakarta: Logos, 2002, vii. 14 Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani; Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-cita Reformasi, 7. 19 civil society adalah agama, yang dalam hal ini adalah Islam sebagai agama mayoritas. Islam merupakan sistem nilai yang harus digali secara menyeluruh. Secara demografis, Islam merupakan agama mayoritas penduduk Indonesia. Islam memiliki energi doktrinal dalam mempengaruhi perilaku para pemeluknya. 15 Banyak kalangan para pemikir, cendikiawan dan pengamat politik muslim yang berpendapat tentang kesesuaian ajaran-ajaran Islam dengan masyarakat madani civil society. Hal ini secara aktual pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad sendiri dalam perwujudan masyarakat madani itu. Ketika beliau mendirikan dan memimpin negara-kota Madinah. 16 Mitsaq Al-Madinah Piagama Madinah adalah dokumen politik pertama dalam sejarah umat manusia, yang meletakan dasar-dasar pluralisme dan toleransi. Dalam piagam tersebut ditetapkan adanya pengakuan kepada semua penduduk Madinah, tanpa memandang perbedaan agama dan suku, sebagai anggota umat yang tunggal ummatan wahidah dengan hak-hak dan kewajiban sama. Menurut Cak Nur, Madinah merupakan suatu model bangunan masyarakat nasional modern yang lebih baik dari yang diimajinasikan, dan menjadi contoh sebenarnya bagi nasionalisme, patriotisme serta egaliter. Oleh karena itu, usaha umat Islam di zaman modern ini menjadikan Madinah sebagai rujukan masyarakat madani. 17 15 Asrori S. Karni, Civil Society dan Ummah; Sintesa Diskursif “Rumah Demokrasi”, 6. 16 Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, Gagasan, Fakta, dan Tantangan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1999, 3. 17 Nurcholish Madjid, “Asas-asas Pluralisme dan Toleransi dalam Masyarakat Madani,” dalam Abuddin Natta, ed., Problematika Politik Islam di Indonesia Jakarta: PT. Grasindo, dan UIN Jakarta Press, 2002, 3. 20 Cak Nur berpendapat, sebagai suri tauladan umat manusia, Nabi Muhammad telah memberikan contoh bagaimana mewujudkan semangat ketuhanan Yang Maha Esa yang berhubungan langsung dengan sosial, keagamaan, dan politik yang berjiwa kemajemukan plural di dalam masyarakat Madinah. Nabi Muhammad SAW telah mewariskan model bagaimana mengatur masyarakat dan menyelesaikan persoalan umat manusia. 18 Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang kharismatik yang disegani banyak orang, baik kalangan awam, intelektual, akademisi, serta para tokoh elit politik. Nabi Muhammad SAW adalah sosok politikus berkelas dan diplomat ulung yang tidak tertandingi. 19 Menurut Din Syamsudin, Madinah merupakan kota yang berhubungan erat dengan kata “tamadun” yaitu berperadaban. Madinah merupakan lambang peradaban yang kosmopolit, bukan suatu “din” atau agama. Dengan demikian, cita-cita Islam ialah terwujudnya suatu masyarakat yang berperadaban tinggi. Hal ini juga pernah dijelaskan oleh Al-Farabi mengajukan teori tentang “masyarakat utama” al-madinah al-fadilah. Suatu masyarakat yang berorientasi menegakan persatuan dan kesatuan. Al-Farabi menekankan perlunya kolektifitas sosial dan etika kolektif dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki. 20 Dengan demikian, masyarakat madani bakal terwujud jika terdapat cukup semangat keterbukaan dalam masyarakat. Keterbukaan adalah konsekuensi dari 18 Nurcholish Madjid, “Mewujudkan Masyarakat Madani,” Titik-temu, Jurnal Dialaog Peradaban, Vol. 1, No. 2 Januari-Juni 2009, Jakarta: Nurcholish Madjid Society NCMS, 2009, 16. 19 Khalil Abdul Karim, Negara Madinah: Politik Penaklukan Masyarakat Arab Yogyakrta: LKiS, 2005, x. 20 M. Din Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, 98. 21 prikemanusiaan, suatu pandangan yang melihat sesama manusia secara positif dan optimis. Yaitu, pandangan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik. 21 Oleh karena itu, civil society merupakan perkumpulan masyarakat politik, yang taat kepada hukum, menjalin persaudaaran, toleransi, dan menjamin kebebasan beragama. Tidak hanya itu, civil society sebagai penegak demokrasi, penegakan terhadap hukum yang tidak adil dan melindungi apapun bentuk kekerasan. Dalam hal ini, melaksanakan undang-undang dan melindungi setiap warga negara merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan oleh siapa pun begitu juga negara. Demi mewujudkan masyarakat yang berperadaban serta menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, dan keadilan. Dalam praktiknya, perjuangan yang dilakukan oleh civil society sering mengalami kendala cukup berat. Misalnya, pemerintahan yang otoriter, adanya sikap masyarakat yang eklusif terhadap kemajemukan bangsa. Padahal, nilai-nilai keberagaman merupakan khazanah kekayaan Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Untuk mewujudkan perjuangan civil society dalam menegakan demokrasi dan kebebasan beragama di Indonesia, maka menggunakan strategi yang dilakukan oleh kelompok kepentingan. Pertama, melalui pendekatan terhadap penegak aparat hukum. Kedua, pendekatan terhadap pemerintah atau negara. 21 Nurcholis Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi Jakarta: Paramadina, 1999, 176. 22 Ketiga, pendekatan dalam hukum. Keempat, pendekatan ke pubik, kelima, demonstrasi, dan keenam, menyuarakan protes. 22 Selama ini, strategi kelompok kepentingan masih digunakan oleh civil society dalam melakukan pembelaan terhadap kelompok minoritas, kebebasan beragama, nilai-nilai demokrasi, dan penegakan hukum di Indonesia, sehingga perjuangannya lebih efektif dan dapat memberikan resolusi permasalahan yang ada. Akan tetapi strategi kelompok kepentingan tidak akan terlaksana dengan baik, jika masih ada sikap pemerintah yang tidak adil, kurang bijak, serta sikap apatis pemerintah terhadap konflik yang terjadi di masyarakat. Setidaknya, melalui pendekatan strategi kelompok kepentingan ini konflik-konflik kekerasan yang terjadi di masyarakat dapat berkurang.

B. Civil Society dan Demokrasi

Civil society lebih dari sekedar gerakan pro demokrasi. Civil society mengacu kepada kehidupan masyarakat yang berkualitas dan bertamadun civility. 23 Oleh karena itu, Civil society dapat memberikan sumbangan bagi konsolidasi demokrasi, karena dapat menjembatani antara pemerintah dan masyarakat. Civil society dapat menstabilkan harapan, mempermudah komunikasi antara masyarakat dan pemerintah. Hal ini akan membuat masyarakat tidak terasingkan dengan sistem pemerintah yang ada, dan berfungsi sebagai wahana untuk melawan pemerintahan 22 Michael G. Roskin, Political Science an Introduction United State: Pearson, 2003, 188 –191. 23 Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani, Tantangan, dan Fakta, 7. 23 yang tirani. Kemudian memperkuat norma-norma sipil bagi prilaku warga, yakni menekankan pentingnya toleransi, kebersamaan, dan keikutsertaan dalam menghadapi persoalan bangsa. 24 Bahkan, menurut para pakar sosial politik modern, civil society bertujuan untuk menolak kesewenangan kekuasaan elite yang mendominasi kekuasaan negara. Hal ini merupakan manifestasi dari penanaman demokrasi. 25 Adapun pandangan Ernest Gellner, civil society merupakan masyarakat yang terdiri atas berbagai institusi non-pemerintahan yang cukup kuat untuk mengimbangi negara. 26 Sedangkan menurut kelompok devlopmentalis dan Neo-Tocquevelian seperti Putnam, civil society adalah asosiasi perantara. Civil society adalah wilayah antara negara dan struktur keluarga yang dihuni oleh organisasi, menikmati posisi otonom berhadapan dengan negara, dan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan publik. 27 Hal ini tergambar dalam teori sistem David Easton, civil society merupakan salah satu penekan kebijakan dan sebagai kontrol terhadap pemerintah yang meyimpang, sehingga output yang dihasilkan lebih baik. 28 Tapi, civil society juga bisa bekerjasama dengan negara, tidak mesti 24 Saiful Mujani, Muslim Demokrat, Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat PPIM, Yayasan Wakaf Paramadina, dan Freedom Institute, 2007, 20. 25 Fahmi Huwaidy, Demokrasi Oposisi, dan Masyarakat Madani Bandung: Mizan, 1996, 296. 26 Ernest Gellner, Membangun Masyarakat Sipil Prasyarat Menuju Kebebasan Bandung: MIZAN Anggota IKAPI, 1995, 6. 27 Fuad Fahrudin, Agama dan Pendidikan Demokrasi Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Jakarta: Pustaka Alvabet dan Yayasan INSEP, 2006, 40. 28 Muhtar Mas’ud dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 1993, 5. 24 bermusuhan. Ini telah terbukti antara lain di bidang pendidikan, kesehatan dan lain sebagainnya yang ternyata antara civil society dapat bekerjasama. 29 Oleh karena itu, untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi membutuhkan etika diskursif yang dalam bahasa Habermas, etika diskursif yang menjamin bahwa setiap orang berhak secara bebas tanpa ancaman dari orang lain. Adanya tujuan deliberasi publik atau musyawarah adalah konsensus atau mufakat yang diterima secara ikhlas oleh semua partisipan masyarakat. 30 Konsep civil society meneguhkan gerakan sosio-kultural. Dalam paham civil society, rakyat bukan subordinat negara, melainkan partner yang setara. Begitu juga dalam Islam, tidak boleh ada lembaga agama yang memaksakan konsep- konsepnya kepada para pengikutnya, atas dasar hak satu kelompok. 31 Umat Islam merupakan salah satu elemen bangsa yang memiliki peran terhadap nilai-nilai demokrasi di Indonesia. Dukungan organisasi-organisasi besar Islam di Indonesia, seperti Nahdlatul Ulama NU dan Muhammadiyah, terhadap upaya demokratisasi memiliki peran penting membina umat Islam yang hidup dalam culture yang toleran terhadap perbedaan, merawat kemajemukan bangsa, dan nilai-nilai demokrasi. 32 Menurut Abdurahman Wahid Gus Dur, demokratisasi merupakan sesuatu yang strategis dan fungsional untuk menjawab persoalan bangsa, karena 29 Budhi Munawar-Rachman, Membela Kebebebasan Beragama Percaakapan Tentang Liberalisme, Sekularisme, dan Pluralisme Jakarta: Democrazy Project, Edisi Digital, Buku 1, 2011, 290. 30 Donny Gahral Adian, “Demokrasi dan Kemaslahatan Umum,” dalam Jurnal Titik Temu, Vol. 5, No. 1, Juli – Desember 2012 Jakarta: Nurcholis Madjid Society NCMS, 2012, 45. 31 Komarudin Hidayat dan Gaus AF, Islam, Negara dan Civil Society, Gerakan dan Pemikiran Islam Kontemporer Jakarta: Paramadina, 2005, xix. 32 Sunaryo, “Islam dan Tantangan Demokrasi di Indonesia Politik Identitas dan Kekerasan atas Nama Agama,” dalam Titik Temu Jurnal Dialog Peradaban Volume 3, Nomor 1, Juli – Desember , Jakarta: Nurcholish Madjid Society NCMS, 2010, 147. 25 demokrasi dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan bangsa. 33 Begitu juga organisasi Muhammadiyah 34 yang memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani yang mempunyai keyakinan nilai-nilai ilahiah, demokratis, berkeadilan, otonom, berkemajuan dan berahlak muliah al-ahlakul karimah. 35 Oleh karena itu, civil society sebagai ujung tombak penegakan demokrasi di Indonesia. Maka, dengan adanya civil society memungkinkan tumbuhnya diskusi dan kerja sama memupuk kepercayaan terhadap orang lain, menjalin persaudaraan, dan kerja sama dengan umat lain adalah modal sosial untuk meretas kecurigaan, melampaui rasa toleran, dan permusuhan. Dengan demikian, demokrasi bukan sekadar prosedur kekuasaan, bukan pula sebagai sistem yang ditentukan oleh mereka yang mayoritas. Demokrasi adalah pengakuan dan penerimaan terhadap prinsip-prinsip kesetaraan, kebebasan, toleransi, pluralisme, keadilan, pengakuan terhadap hak-hak umat beragama, hak hidup, hak untuk memperoleh kekayaan, dan kepada kelompok minoritas. Namun, perjuangan civil society terhadap demokrasi tidak akan berjalan dengan mulus. Tentu akan ada hambatan yang dialami civil society dalam menegakan demokrasi. Misalnya, dengan munculnya kelompok radikal yang mengancam kebebasan beragama, penegakkan hukum yang dipandang masih 33 Al – Zastrouw, “Gus Dur dan Demokrasi” dalam M. Fajrul Falakh dkk., Membangun Budaya Kerakyatan: Kepemimpinan Gus Dur dan Gerakan Sosial NU Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997, 136 34 Organisasi Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912, 7 Djulhijjah 1330 H. Oleh Kiyai Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1868 dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya K.H. Abubakar adalah imam dan khatib masjid besar Kauman Yogyakarta. Sementara Ibunya adalah anak K.H. Ibrahim. Menurut silsilah, keluarga Ahmad Dahlan merupakan keturunan Maulana Malik Ibrahim, seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Dalam Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik, dan Pendiri Muhammadiyah, Jakarta: Best Media Utama, 2010, 17-18. 35 Majlis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah Jakarta: Kompas, 2010, LI.