BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Dalam tindakan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia tidak lepas dengan pola interaksi yang dilakukan sesama masyarakat apakah itu bersifat intern keluarga
atau dengan masyarakat yang lain orang lain. Karena dengan terjadinya interaksi dalam masyarakat maka akan tercipta suatu komunikasi yang terjalin diantara sesama
mereka, apakah itu bersifat kata-kata ataupun berupa tindakan . Dalam berinteraksi manusia diikat dengan norma dan nilai yang telah berlaku dan disepakati oleh para
anggota masyarakat yang berfungsi sebagai mengikat dan untuk mengatur tata cara bertindak masyarakat agar tidak menyimpang didalam pergaulan antar sesama
masyarakat. Berbagai bentuk tindakan yang dilakukan untuk mencegah perilaku yang menyimpang dapat berwujud dengan seperti rambu-rambu dan larangan, yang
memiliki fungsi untuk menjaga dan membimbing agar masyarakat tidak melakukan pelanggaran terhadap norma dan nilai-nilai yang telah disepakati.
Rambu-rambu yang ada di masyarakat dapat berupa norma, nilai, aturan, undang-undang, aturan informal, yang bertujuan untuk mengatur dan mengarahkan
perilaku anggota masyarakat agar tidak menyimpang dari kesepakatan yang telah ditentukan. Setiap aturan yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
kendala, jika setiap anggota masyarakat dapat mentaati aturan yang berlaku, sehingga dapat menciptakan rasa keamanan dan tentram didalam kehidupan bermasyarakat.
Akan tetapi tidak semuanya apa yang dilakukan masyarakat sesuai dengan aturan
Universitas Sumatera Utara
yang berlaku dapat berjalan dengan baik, ini dapat dilihat dari adanya pelanggaran akan aturan dan norma yang telah disepakati yang dilakukan oleh sebagian orang-
orang tertentu demi mencapai kepentingan pribadi, contohnya seperti seseorang yang melakukan perbuatan kriminal.
Untuk mencegah dan menanggulangi perbuatan yang cenderung melanggar aturan dalam masyarakat agar tidak terus merebak dan berkembang didalam
masyarakat maka diperlukan suatu pengendalian sosial terhadap individu-individu para anggota masyarakat. Hal ini berguna untuk memberikan suatu aturan dan tata
tertib dalam masyarakat agar tidak melakukan suatu pelanggaran terhadap norma- norma dan kaidah-kaidah yang telah dibakukan, sehingga dapat mewujudkan
ketertiban di dalam masyarakat dan juga mendatangkan rasa aman dalam masyarakat baik keseluruhan maupun secara individual.
Melalui proses sosialisasilah aturan-aturan yang telah dibuat dapat diberikan dalam masyarakat untuk kemudian dijalankan, sedangkan masyarakat mencoba untuk
menjalankan pengendalian sosial terhadap individu-individu anggotanya. Salah satu hal yang penting dipertimbangkan dalam masyarakat ialah bagaimana masyarakat itu
sendiri dapat mengendalikan diri tentang bagaimana bersikap dan berbuat sebagaimana yang diharapkan dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah dibuat
berdasarkan kesepakatan bersama, ini dilakukan agar didalam tubuh masyarakat itu sendiri ada berupa pengendalian sosial yang mengawasi anggota masyarakat dalam
bertindak agar tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Ada dua macam pengendalian sosial yang umum dikenal, yaitu; pengendalian yang bersifat preventif ialah pengendalian yang dilakukan sebelum terjadi
pelanggaran, sedangkan pengendalian yang lainnya adalah pengendalian yang bersifat represif yaitu pengendalian yang dilakukan setelah terjadi pelanggaran
dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula Suyanto dan Narwoko, 2004:134.
Majelis Ulama Indonesia adalah sebagai lembaga yang mewadahi ulama, dan cendekiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina, dan mengayomi
kaum muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia atau yang disingkat MUI berdiri pada tanggal 7 Muharram tahun1396 hijriyah yang bertepatan pada
tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta. Sebagai hasil dari pertemuan para alim ulama yang datang dari seluruh penjuru tanah air. Yang diantaranya meliputi dua puluh enam
orang ulama yang mewakili 26 provinsi di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu: NU,
Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al-Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, di hadiri juga oleh 4 orang ulama dari dinas-dinas
pemerintahan seperti; Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan POLRI, serta 13 orang cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan mui.or.id.
Dalam musyawarah yang diadakan tersebut, maka dihasilkan sebuah kesepakatan yang berguna untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para
ulama, dan cendekiawan muslim, yang dimana hasil dari kesepakatan tersebut dihasilkan dalam sebuah “Piagam berdirinya Majelis Ulama Indonesia” yang
Universitas Sumatera Utara
ditandatangani oleh semua paserta musyawarah yang hadir yang kemudian disebut dengan Musyawarah Nasional Ulama I.
Momentum berdirinya Majelis Ulama Indonesia bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada dalam fase kebangkitan, setelah bangsa Indonesia merdeka
selama 30 tahun. Ketika itu semangat bangsa Indonesia telah banyak terserap ke dalam perjuangan politik kelompok dengan kurang memperhatikan masalah
kesejahteraan rohani umat. Para ulama dan tokoh cendekiawan menyadari tugas mereka sebagai pewaris
risalah para Nabi Warasatul Anbiya yang berfungsi sebagai jembatan untuk menyampaikan dakwah dan risalah kepada umat muslim. Atas dasar inilah, para
ulama dan tokoh cendekiawan merasa terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat yang terbentuk melalui sebuah lembaga yang disebut dengan
nama Majelis Ulama Indonesia MUI. Hal ini seperti yang dilakukan ulama dan tokoh cendekiawan ketika masa penjajahan dan perang perjuangan kemerdekaan.
Namun setelah setengah abad kemerdekaan Indonesia di tengah arus pertumbuhan kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat yang memberi akses
kemudahan bagi pengguna teknologi dalam melakukan berbagai macam aktifitas serta berbagai macam hiburan bagi penggunanya yang pada akhirnya akan
memberikan dampak positif bagi mereka yang memanfaatkan akses yang telah disediakan, akan tetapi tidak hanya dampak positif saja yang dirasakan dari kemajuan
teknologi dampak negatif turut juga memberi konstribusi. Seperti teknologi yang berkembang saat ini, disatu sisi dapat memberikan layanan kemudahan dan informasi
bagi pengguna yang manfaatkannya, akan tetapi disisi yang lain dampak negatif dari
Universitas Sumatera Utara
kemajuan arus teknologi turut serta memberikan kerugian bagi yang
menggunakannya bahkan orang banyak, hal ini dapat dirasakan bergesernya nilai- nilai dan norma-norma yang selama ini menjadi panutan, seperti pola hidup remaja
sekarang yang lebih cenderung kepada pergaulan yang bebas dan tanpa mau adanya suatu norma yang mengikat mereka dan cenderung kepada mengikuti budaya luar
tanpa melakukan seleksi terhadap budaya luar yang masuk, dan yang celakanya budaya asing yang masuk yang dianut oleh sebagian masyarakat hanya bersifat
meniru trensetter yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran tanpa mengambil manfaat positifnya, hal ini dapat dilihat dengan wujud pendewaan akan materi dan
cenderung mengikuti hawa nafsu yang akan melunturkan aspek religi masyarakat serta meremehkan peran serta agama dalam kehidupan umat manusia.
Selain itu kemajuan dan keragaman yang dicapai umat Islam saat ini dalam bidang pemikiran keagamaan, dan organisasi sosial, lebih mengarah pada
kecenderungan pada aliran dan aspirasi politik yang bersifat politik praktis, sehingga sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di
kalangan umat Islam sendiri, hal ini tidak terlepas dengan adanya ingin
mendahulukan kepentingan pribadi atau kelompok ketimbang kepentingan bersama.
Peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia tidak hanya mengurusi pada urusan yang bersifat keagamaan saja, akan tetapi juga berperan sebagai pengendalian sosial
dalam masyarakat muslim, hal ini dilakukan terkait dengan tugas yang dilakukan ulama sebagai penerus dan pembawa risalah yang diajarkan Allah Swt dan juga
karena melihat realita yang berkembang saat ini sangat mengkhawatirkan khususnya didalam pergaulan yang tidak lagi memandang norma dan kaidah-kaidah yang
Universitas Sumatera Utara
berlaku didalam masyarakat. Sebagai contoh pergaulan bebas yang terjadi diantara para remaja dan pamakaian narkoba.
Adapun mengenai sejumlah fatwa dan himbauan yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia seperti: fatwa mengenai diharamkannya rokok dan mendukung agar
disahkannya undang-undang anti pornografi dan pornoaksi dan mendukung pemberantasan perbuatan kemaksiatan, hal ini merupakan sebahagian dari metode
dakwah yang dilakukan oleh lembaga ini, mengenai cara yang dilakukan adalah dengan menciptakan komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat dan pemerintah.
Hal ini dilakukan Majelis Ulama Indonesia agar umat Islam tidak terjebak kedalam pola kehidupan yang hedonisme.
Keberanian Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa mengenai isu yang sangat aktual perlu disambut secara terbuka. Alasannya di karenakan melihat situasi
perkembangan masyarakat yang memerlukan adanya pola pengendalian norma dan nilai yang telah dibakukan agar tidak melakukan pelanggaran. Sebagai contoh
pengendalian yang dilakukan lembaga ini adalah ketika dikeluarkannya beberapa fatwa yang sangat mengandung pro dan kontra di masyarakat seperti: dikeluarkannya
fatwa haram merokok dan mendukung agar disahkan undang-undang pornografi. Alasan Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa untuk masyarakat bukan tanpa
alasan, ini di dasarkan realitas yang terjadi di masyarakat sangat mengkhawatirkan yang dapat merusak tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam
agama http:Immasjid.com. Melihat kondisi yang terjadi didalam masyarakat yang telah terjadi pergeseran
nilai dan norma yang telah dibakukan dan terkikisnya nilai-nilai keagamaan yang
Universitas Sumatera Utara
sangat memprihatinkan, maka disini peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia dirasakan sangat perlu sebagai organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat
kolektif dalam rangka mewujudkan silaturahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam.
Wignjosoebroto dalam Narwoko dan Suyanto,2004:131 menjelaskan di dalam masyarakat, berbagai larangan yang berlaku sudah tentu tidak hanya berwujud
rambu-rambu yang sederhana seperti halnya dalam kehidupan berlalu lintas di jalan raya. Rambu-rambu yang ada di masyarakat yang diperlukan agar kehidupan sehari-
hari masyarakat bisa berjalan dengan tertib jumlahnya jauh lebih banyak dan kompleks. Rambu yang ada di masyarakat dapat berbentuk seperti norma, nilai,
aturan, undang-undang, aturan-aturan yang informal, yang bertujuan mengatur dan mengarahkan perilaku dan hubungan antar-anggota masyarakat agar tidak saling
merugikan atau menyimpang dari kesepakatan yang telah ditentukan. Peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia sebagai sebuah lembaga yang berdasarkan agama
memberikan pedoman yang berupa nilai, norma, dan aturan yang berfungsi untuk melakukan pengendalian sosial dalam kehidupan masyarakat muslim yang berakhlak.
Dalam perjalanannya, selama tiga puluh lima tahun Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, dan cendekiawan muslim berusaha untuk
memberikan bimbingan dan tuntunan kepada ummat untuk mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat. Fungsinya memberikan nasihat dan fatwa mengenai
masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan masyarakat, menciptakan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan
kesatuan bangsa, menjadi penghubung antara ulama dan pemerintah, serta sebagai
Universitas Sumatera Utara
lembaga yang menaungi ummat Islam dalam kehidupan beragama yang memberikan tempat bernaungnya aspirasi umat Islam http:www.immasjid.com.
Dalam anggaran dasar Majelis Ulama Indonesia tercantum bahwa majelis diharapkan melaksanakan tugasnya dalam pemberian fatwa-fatwa dan nasihat, baik
kepada pemerintah maupun kepada kaum muslimin mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan keagamaan khususnya dan semua masalah yang dihadapi
bangsa umumnya. Majelis Ulama Indonesia juga diharapkan dapat menggalakkan persatuan di kalangan umat Islam, bertindak selaku penengah antara pemerintah dan
kaum ulama, dan mewakili kaum muslimin dalam permusyawarahan antar golongan agama. Oleh karena itu fungsi MUI sebagai jembatan aspirasi umat Islam ke
pemerintah. Majelis Ulama Indonesia memiliki lima fungsi dan peran utama, yaitu:
1. Sebagai penyampai tugas dan risalah para Nabi, yang diberikan Allah Swt
kepada para nabi. 2.
Mengeluarkan fatwa yang menyangkut mengenai permasalahan yang sedang dihadapi ummat.
3. Membimbing dan melayani umat Ri’ayat wa khadim al-ummah.
4. Sebagai wadah tempat islah ummah yang sedang menghadapi perselisihan.
5. Menegakkan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang tercela amar
ma’ruf nahi munkar. Keluarnya fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia,
merupakan proses pembelajaran dan dialektika bagi umat Islam untuk lebih memahami dan terbuka dalam mempelajari pentingnya dasar-dasar agama dalam
Universitas Sumatera Utara
beribadah dan bermuamalah. Hal ini penting guna meneguhkan jatidiri dan itikad umat Islam dengan suatu wawasan yang luas, fatwa yang telah dikeluarkan oleh
sebuah institusi seperti MUI jelas akan memiliki kekuatan moral yang sangat besar bagi umat Islam di Indonesia, dari pada dikeluarkan oleh perorangan.
Sejumlah fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia yang sering didengar dan disaksikan akhir-akhir ini adalah mengenai RUU Rancangan Undang-
Undang Produk Halal yang saat ini tengah dibahas di Komisi VIII DPR RI, yang mengatakan bahwa jaminan produk halal diperlukan untuk menyakinkan konsumen
mengenai produk-produk apa saja yang boleh di konsumsi khususnya Umat Islam, contoh lainnya ialah mengenai pemakaian vaksin meningitis bagi para jamaah haji
yang menuai banyak silang pendapat dikalangan ulama yang sampai sekarang masih menjadi pembahasan dikalangan ulama Waspada 11 juli, hal 1. Pada kasus lainnya
ialah menetapkan sistem sensor tentang berbagai program acara yang telah dinilai merusak moral agar tidak ditayangkan seperti contoh mengenai kecaman MUI
mengenai film ‘Paku Kuntil Anak’ yang dimana didalam film tersebut tidak dilakukannya sistem sensor pada produksi film tersebut Batak Pos,30 Juli 2009.
Majelis Ulama Indonesia kota Medan adalah salah satu cabang dari Majelis Ulama Indonesia yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, adapun kedudukan
institusi ini berada di wilayah ibukota provinsi Sumatera Utara dan merupakan anak cabang dari Majelis Ulama Indonesia cabang provinsi Sumatera Utara. Sebagai salah
satu institusi agama yang memiliki peran dan andil sebagai pengendalian sosial dalam kehidupan masyarakat dalam berinteraksi, maka lembaga ini memiliki fungsi yang
Universitas Sumatera Utara
sangat penting dalam melakukan tugasnya sebagai pembimbing dan pengayom umat muslim.
Keterlibatan Majelis Ulama Indonesia didalam melaksanakan tugas seperti mengeluarkan fatwa, jika diamati justru menarik untuk diikuti. Karena di satu sisi
peran yang di lakukan Majelis Ulama Indonesia sudah tepat, karena memang sudah menjadi tugas MUI dalam menyikapi persoalan-persoalan yang ada di masyarakat
khususnya terkait tentang umat Islam Indonesia. Akan tetapi di sisi lain, kalangan Islam sekuler memandang apa yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia sangat
mengkhawatir kerukunan hidup beragama di Indonesia, sebagai contoh ketika Majelis Ulama Indonesia mendukung rancangan undang-undang anti pornografi dan
pornoaksi yang digodok DPR, yang mendapat tanggapan pro dan kontra dikalangan Masyarakat luas. Kalangan sekuler beranggapan bahwa UU tersebut dapat
memecahbelahkan ke Bhineka Tunggal Ika, padahal tindakan yang didukung MUI tersebut semata-mata melihat kondisi masyarakat yang sangat rentan akan runtuhnya
moral anak bangsa, tanpa maksud untuk memecahbelahkan ke Bhinekaan itu sendiri. Jika melihat peran serta yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia Kota Medan
tentunya kita akan melihat beberapa contoh dari beberapa fatwa ataupun berupa himbauan yang dikeluarkan, seperti diharamkannya tindakan aksi mogok makan,
mengikuti sms berhadiah karena bersifat judi untung-untungan, dilarangnya umat muslim mengikut i hari valentine day dan, hari april mop Waspada, 17 Juni 2009.
Adapun tugas dan peran yang diemban oleh MUI kota medan tidak semata- mata hanya pada pemberian fatwa semata, akan tetapi kegiatan yang lain juga, seperti
memberikan himbauan kepada umat muslim terkait berbagai hal seperti dibidang
Universitas Sumatera Utara
agama, sosial, dan masyarakat, memberikan kegiatan diskusi dalam seminggu sekali, melakukan pembagian tugas ulama yang akan melakukan siraman rohani di setiap
masjid, melakukan pengawasan dalam peredaran makanan dan obat-obatan dalam kapasitas kehalalan suatu produk, serta melakukan pengawasan setiap tindakan
masyarakat.
1.2 .Rumusan Masalah