3.4. Teknik Pengumpulan Data
pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan informasi data yang dapat menjelaskan dan atau menjawab
permasalahan-permasalah yang bersangkutan secara objektif. Didalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah data primer dan data sekunder
yang dapat digolongkan sebagai berikut: 1.
Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil quesioner yang disebarkan,
quesioner adalah merupakan lembaran yang berisikan beberapa pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban yang disebarkan pada objek penelitian agar mendapatkan
jumlah masyarakat yang mengetahui peran Majelis Ulama Indonesia sebagai pengendalian sosial dimasyarakat terkait dengan fatwa dan himbauan yang diberikan.
2. Data sekunder.
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari objek penelitian secara tidak langsung. Data sekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan dengan
mengumpulkan data-data dari buku-buku, literatur, dokumen-dokumen, artikel, majalah, surat kabar, media massa yang berhubungan dengan penelitian.
3.5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data adalah suatu proses menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan Singarimbun, 1989:263.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk analisa data kuantitatif, dengan menggunakan metode statistik deskriptif yaitu pengolahan data yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan tabel distribusi frekwensi untuk mendapatkan gambaran tentang peran lembaga Majelis Ulama Indonesia dalam pengendalian sosial
masyarakat muslim terkait dengan fatwa dan himbauan yang diberikan.
3.6. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Bulan ke 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1 Pra Observasi
√ 2
ACC Judul √
3 Penyusunan Proposal Penelitian
√ √
√ 4
Seminar Proposal √
5 Revisi Proposal
√ 6
Penelitian ke Lapangan √
√ 7
Pengumpulan Data dan Analisa Data √
8 Bimbingan Skripsi
√ √
√ 9
Penulisan Laporan Akhir √
√ 10 Sidang Meja Hijau
√
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Deskripsi Dan Sejarah Kota Medan
Kota Medan merupakan kota metropolitan serta merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan ibukota
dari Provinsi Sumatera Utara, adapun yang menjadi pusat administrasi provinsi Sumatera Utara adalah yang beralamatkan di Jalan Pangeran Diponegero. Sedangkan
yang menjadi pusat administrasi kota Medan beralamatkan di jalan Maulana Lubis yang berhadapan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Medan. Sebagai
kota metropolitan yang religius kota Medan mengalami perkembangan yang cukup pesat dan signifikan dibandingkan kota lainnya di luar Pulau Jawa. Adapun Wujud
perkembangan kota Medan antara lain ditandai dengan bertambahnya berbagai sarana dan prasarana seperti: tempat-tempat hiburan dan rekreasi, pusat perbelanjaan,
hotel dan sarana-sarana olahraga yang lengkap. Kota Medan merupakan kota yang majemuk hal ini dapat terlihat dari banyak
keanekaragaman penduduk yang mendiami Medan, apakah itu dari sisi suku, agama, mata pencaharian. Dari sisi suku yang mendiami kota medan ada suku Melayu, suku
Jawa, suku Minang, suku Karo, suku Batak, suku Tionghoa, suku India, hal ini ditandai dengan tersebarnya secara merata suku-suku tersebut di kota Medan,
sedangkan dari mata pencaharian atau profesi ada yang berprofesi sebagai pedagang,
Universitas Sumatera Utara
nelayan, wiraswasta, pegawai negri sipil dan lain-lain. Sedangkan dari agama terdiri: agama Islam, Kristen Protestan, Khatolik, Budha, Hindia, dan Konghuchu, ini dapat
kita jumpai banyak penganut agama-agama tersebut di kota Medan serta rumah ibadah yang mereka bangun. Oleh karenanya kota Medan memiliki ciri khas
tersendiri daripada kota-kota lain yang ada di Indonesia, karena ciri masyarakatnya yang mejemuk dan plural.
Pada awalnya Kota Medan lebih dikenal dengan sebutan nama Tanah Deli dahulunya, dengan kondisi keadaan tanah yang berawa-rawa memiliki luas kurang
lebih 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini kesemuanya bermuara ke
Selat Malaka. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru
Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli Medan–Deli.
John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200
orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli. Pada tahun 1883
, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial
membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya
kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular Deli Serdang sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang
berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut. Guru Patimpus Sembiring Pelawi merupakan pendiri kota
Medan. Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang mempunyai
Universitas Sumatera Utara
pikiran yang maju. Ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru menuntut ilmu membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang
agama Islam ke Aceh. Salah satu bentuk penghormatan untuk guru Patimpus maka didirikan patung yang bergambarkan guru Patimpus yang terletak diantara jalan
Kapten Maulana Lubis dan jalan Wage Rudolf Supratman yang masih berdiri kokoh sampai saat ini.
Menurut Volker pemkomedan.go.id pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi
pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang
sempat menjadi primadona Tanah Deli. Seiring dengan perkembangan zaman maka kota Medan terjadi banyak
perubahan dalam bentuk fisik maupun non fisik, hal ini dapat dilihat dan dirasakan dengan banyaknya pertumbuhan gedung-gedung yang dimana dahulunya merupakan
lahan pertanian dan perkebunan, seperti contoh wilayah sunggal yang dahulunya merupakan daerah perkebunan berubah menjadi pemukiman, dan diwilayah itu juga
pernah terjadi peperangan antara kuli dengan pemilik tanah yang disebut dengan perang sunggal. Adapun perubahan secara non fisik salah satunya adalah pola
interaksi diantara penduduk yang sangat heterogen dan dinamis. Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27-2 47 Lintang Utara dan
98 35-98 44 Bujur Timur. Berdasarkan data BPS Medan tahun 2009, Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan
151 Kelurahan dengan jumlah penduduk 2.121.053 juta jiwa bps-medan.go.id.
Universitas Sumatera Utara
Batas wilayah kota Medan hampir keseluruhannya berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang , yaitu sebelah timur, sebelah selatan, sebelah barat, hanya
sebelah utara yang berbatasan langsung dengan selat Malaka yang merupakan selat tersibuk didunia. Adapun pertumbuhan kota Medan selama ini didorong dengan
bantuan kota-kota satelit seperti kota Binjai, kota Tebing Tinggi, kota Sibolga dan lain-lain, serta kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara yang memberikan andil bagi
perkembangan kota Medan. Melihat inilah kota Medan mempunyai posisi yang strategis bagi siapa saja yang berminat untuk bermukim dan berinvestasi.
Disamping itu kota Medan juga memiliki segudang problem yang dihadapi diantaranya jumlah penduduk yang semakin padat dari tahun ketahun yang pada
akhirnya akan menciptakan permasalahan sosial baru bagi eksistensi suatu kota, seperti timbulnya penyakit sosial kemiskinan, kelaparan, tempat hunian,
kriminalitas, pertikaian yang berbau SARA. Hal ini dapat dilihat dalam tabel yang menerangkan kepadatan penduduk kota Medan dari tahun ke tahun.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001 sd 2009
Sumber : BPS Kota Medan
Tahun Penduduk
2001 1.926.052
2002 1.963.086
2003 1.993.060
2004 2.006.014
2005 2.036.018
2007 2.083.156
2008 2.102.105
2009 2.121.053
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Sejarah Berdirinya Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia adalah lembaga yang mewadahi ulama, dan cendekiawan Islam di Indonesia, yang berfungsi untuk membimbing, membina, dan
mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta,
sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zuama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.
Yang diantaranya meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 provinsi di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari
ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu: NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al-Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, di hadiri
juga oleh 4 orang ulama dari dinas-dinas pemerintahan seperti; Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan POLRI, serta 13 orang cendekiawan yang
merupakan tokoh perorangan. Dalam musyawarah yang diadakan oleh ormas-ormas Islam yang ada di
provinsi Indonesia dan, dinas pemerintahan tersebut, maka dihasilkan sebuah kesepakatan yang berguna untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para
ulama, dan cendekiawan muslim, yang dimana hasil dari kesepakatan tersebut dihasilkan dalam sebuah “Piagam berdirinya Majelis Ulama Indonesia” yang
ditandatangani oleh semua paserta musyawarah yang hadir yang kemudian disebut dengan Musyawarah Nasional Ulama I.
Adapun hasil dari Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia yang ke VIII yang bertepatan pada Milad yang ke 35 diadakan di Jakarta Convention Center,
Universitas Sumatera Utara
Jakarta pada hari Minggu tanggal 25 Juli 2010 yang menghasilkan beberapa butir- butir penting: diantaranya mengenai kepengurusan Majelis Ulama Indonesia pusat
dan beberapa fatwa yang disepakati untuk dikeluarkan. Mengenai kepengurusan Majelis Ulama Indonesia Pusat periode 2010 – 2015
diketuai oleh Ma’ruf Amin, dan wakil ketuanya oleh Prof Din Syamsudin. Penting untuk diketahui bahwa didalam struktur keorganisasian Majelis Ulama Indonesia
terdiri oleh 16 Bidang, masing-masing diketuai oleh seorang ketua yang membidangi masing-masing bidang Waspada 27 Juli 2010:1. Ke 16 Bidang itu adalah meliputi:
1 Bidang Fatwa
2 Bidang Ukhuwah Islamiyah
3 Bidang Dakwah
4 Bidang Pendidikan dan Kaderisasi
5 Bidang Pengkajian dan Kaderisasi
6 Bidang Pengkajian dan Penelitian
7 Bidang Hukum dan Undang-undang
8 Bidang Perekonomian dan Produk Halal
9 Bidang Pemberdayaan Ekonomi
10 Bidang Pemberdayaan Perempuan
11 Bidang Keluarga dan Perlindungan Anak
12 Bidang Remaja dan Seni Budaya
13 Bidang Kerukunan Umat Beragama
14 Bidang Hubungan dan Kerjasama Internasional
15 Bidang Informasi dan Komunikasi dan,
Universitas Sumatera Utara
16 Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam.
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa
telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.
Melihat kondisi seperti ini Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugas-tugas para Nabi Warasatul Anbiya. Maka mereka
terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui suatu lembaga yang disebut dengan Majelis Ulama Indonesia MUI, seperti yang pernah dilakukan
oleh para ulama Islam pada zaman penjajahan dan perjuangan kemerdekaan. Satu hal yang patut untuk disyukuri karena pada saat ini bangsa Indonesia terlepas dari
penjajahan yang dilakukan kolonial, sehingga pada saat ini bangsa Indonesia bisa menikmati kemerdekaan.
Namun di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi pada saat ini yang tumbuh dengan pesat
akan memberikan dampak bagi masyarakat, dampak positifnya adalah terciptanya manusia yang melek akan teknologi, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat
menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan
aspek religiusitas masyarakat serta melemahkan peran agama dalam kehidupan umat manusia, yang pada akhirnya jika hal ini dibiarkan terus menerus maka akan
menciptakan paham-paham liberal yang lebih memisahkan hal yang bersifat sakral aspek religius dengan hal yang bersifat profan aspek kedunian.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering
mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Hal terjadi karena disebabkan sempitnya cara pandang
ummat terhadap suatu hal yang disertai oleh minimnya akan pengetahuan mereka mengenai ilmu agama.
Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok ananiyah hizbiyah yang berlebihan. Keberadaan MUI saat ini, makin dirasakan kebutuhannya
sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta
kebersamaan umat Islam. Majelis Ulama Indonesia menyadari mengenai tugas yang mereka jalankan
semata-mata untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, adapun diantara tugas yang mereka jalankan berupa memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah
keagamaan dan masyarakat dengan cara pandang yang Islami kepada pemerintah dan masyarakat, menciptakan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan
persatuan dan kesatuan bangsa, menjadi penghubung antara ulama dan pemerintah, serta sebagai wadah yang menaungi ummat dalam bidang kehidupan beragama yang
dilakukan dengan mengadakan konsultasi dan memberikan informasi timbal balik. Majelis Ulama Indonesia pusat adalah induk dari majelis-majelis ulama yang
berada di wilayah-wilayah Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara Indonesia. Adapun majelis-majelis ulama yang berada di wilayah provinsi merupakan
cabangnya Majelis Ulama Indonesia pusat, sedangkan cabang dari Majelis Ulama
Universitas Sumatera Utara
Indonesia pusat berada di wilayah Kabupaten dan Kota Madya. Adapun kedudukan Majelis Ulama Indonesia kota Medan merupakan salah cabang dari Majelis Ulama
Indonesia Sumatera utara, yang berlokasi di wilayah kota Medan beralamatkan di jalan Nusantara no.3 tepatnya berada di kecamatan Medan kota kelurahan kota
matsum III, yang diketuai oleh Prof Muhammad Hatta. Didalam kedudukannya sebagai organisasi keagamaan Majelis Ulama
Indonesia kota Medan juga mempunyai tugas dan fungsi yang tidak jauh berbeda dari majelis-majelis yang ada di wilayah manapun bahkan majelis pusat, yang
membedakannya hanya kedudukannya berdasarkan lokasi dan struktur keorganisasian saja.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya Majelis Ulama Indonesia selalu beracuan pada hukum-hukum Islam yang diterapkan pada kondisi kehidupan sehari-
hari anggota masyarakat muslim.
4.1.3. Karakteristik Kelurahan Kota Maksum IV Dan Sei Rengas Permata
Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Medan Area, Kelurahan Kota Maksum IV dan Kelurahan Sei Rengas Permata dengan penjelasan sebagai
berikut ini: Kelurahan Kota Maksum IV adalah kelurahan yang berada di wilayah
administrasi Kecamatan Medan Area. Adapun pusat administrasi kelurahan Kota Maksum IV beralamatkan di jalan utama yang berbatasan dengan kelurahan-
kelurahan lain yang ada di sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Dari jumlah penduduk wilayah kelurahan Kota Maksum IV memiliki jumlah penduduk yang padat, dengan jumlah penduduknya 11.508 ribu jiwa, yang dihuni
oleh berbagai etnis yang beranekaragam data 2007 kelurahan kota maksum IV. Tabel. 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
No Etnis yang mendiami Jumlah
1 Minang
7.665 2
Jawa 1.099
3 Melayu
603 4
Mandailing 711
5 Lain-lainnya
1.430 Jumlah
11.508
Sumber data: Data Kelurahan Kota Maksum IV Tahun 2007
Dari data yang diperoleh berdasarkan etnis yang menempati kelurahan Kota Maksum IV maka dapat kita menjelaskan bahwa sebahagian besar didominasi oleh
mayoritas etnis Minang 7.665, dan etnis Jawa 1.099 sedangkan etnis yang lainnya merupakan etnis minoritas seperti Mandailing 711, Melayu 603, serta etnis yang
lainnya 1.430. Data diatas menunjukkan bahwa masyarakat yang mendiami wilayah tersebut terdiri dari berbagai etnis yang beranekaragam.
Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh oleh penduduk wilayah kelurahan kota Maksum IV adalah sebagai berikut:
Tabel. 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Latar belakang Pendidikan
Jumlah Yang Menempuh Pendidikan
1 Belum Sekolah
2.104 2
Tidak tamat sekolah dasar SD 553
3 Tamat sekolah dasar SD
2.003
Universitas Sumatera Utara
4 Tamat SLTP
2.970 5
Tamat SLTA 3.012
6 Lulus D-1
557 7
Lulus D-2 52
8 Lulus D-3
37 9
Lulus S-1 168
10 Lulus S-2
25 11
Lulus S-3 27
Total 11.508
Sumber data: kelurahan Kota Maksum IV tahun 2007 Dari tabel diatas adalah data yang menunjukkan jumlah anggota masyarakat
yang mengenyam pendidikan yang berlatarkan berbagai macam pendidikan yang mereka peroleh. Berdasarkan jenis pendidikan yang mereka peroleh mayoritas
penduduk kelurahan Kota Maksum IV lulusan sekolah lanjutan tingkat atas SLTA dengan jumlah 3.012 jiwa, disusul dengan mereka lulusan sekolah lanjutan tingkat
pertama SLTP dengan jumlah 2.970 jiwa, sedangkan yang tamat sekolah dasarSD berjumlah 2.003 jiwa, yang belum bersekolah berjumlah 2.104 jiwa, adapun yang
mengenyam pendidikan perguruan tinggi berjumlah 866 jiwa, dari data ini maka dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan yang mereka jalani mayoritas lulusan
SLTA dan SLTP dan SD, sedangkan yang sampai ke perguruan tinggi hanya berjumlah 866. Akan tetapi yang menjadi perhatian kita semua dan pemerintahan
adalah yang belum bersekolah dan tidak tamat sekolah dasar yang berjumlah besar, yang dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: ketiadaan modal untuk menyekolahkan
anak atau anak-anak yang belum cukup umur untuk bersekolah dan pada masa dalam pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Jenis pekerjaan penduduk kelurahan Kota Maksum IV pada umumnya adalah pedagang dan penjahit, sedangkan pekerjaan yang lainnya adalah pegawai negri sipil,
montir, dokter, sopir, TNIPolri, dan buruh bangunan. Tabel. 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Sumber : Data kelurahan Kota Maksum IV tahun 2007 Dari tabel diatas , maka persentase tertinggi dari jenis pekerjaan yang dijalani
di lingkungan kelurahan Kota Maksum IV mayoritas bekerja sebagai pedagang sebesar 6.527 orang 56,71, disusul dengan yang berprofesi tidak tetap atau
menganggur sebesar 2.936 orang 25,51, sedangkan yang berprofesi sebagai penjahit sebanyak 1.120 orang 9,7, yang berprofesi sebagai pegawai negri
sebanyak 547 orang 4,75, yang berprofesi sebagai sopir sebesar 175 orang 1,52, yang berprofesi sebagai montir berjumlah 57 orang 0,49, yang
NO Jenis Pekerjaan Frekuensi F
Persentase 1.
Pegawai negri sipil 547
4,75 2.
Pedagang 6.527
56,71 3.
Penjahit 1.120
9,7 4.
Buruh bangunan 52
0,45 5.
Montir 57
0,49 6.
Dokter 49
0,42 7.
Sopir 175
1,52 8.
TNIPolri 45
0,39 9.
Lain-lainnya 2.936
25,51 Jumlah
11.508 100
Universitas Sumatera Utara
berprofesi sebagai buruh bangunan sebesar 52 orang 0,45, yang berprofesi sebagai dokter sebesar 49 orang 0,42, dan yang berprofesi sebagai TNIPolri
sebanyak 45 orang 0,39. Sedangkan yang berprofesi yang lain-lainnya sebesar 2.936 jiwa 25,51, hal ini menurut peneliti bisa disebabkan beberapa fakror yaitu:
karena belum adanya pekerjaan tetap atau masih mengganggur, dan masih duduk dibangku sekolah.
Jumlah penduduk kelurahan Kota Maksum IV berdasarkan agama yang dianut masing-masing penduduk, yang berjumlah 11.508 jiwa dengan rincian agama yang
mereka anut, agama Islam berjumlah 11.463 jiwa, yang beragama kristen protestan berjumlah 15 jiwa, yang beragama budha berjumlah 30 orang, sedangkan yang
menganut agama khatolik dan hindu tidak ada sama sekali. Berikut gambaran yang penganut agama yang berada dilingkungan kelurahan Kota Maksum IV berupa
bentuk tabel. Tabel. 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut
No Agama yang dianut
Frekuensi F Persentase
1. Islam
11.463 99,6
2. Kristen Protestan
15 0,13
3. Katholik
- -
4. Hindu
- -
5. Budha
30 0,26
Jumlah 11.508
100 Sumber: data statistik kelurahan Kota Maksum IV 2007
Universitas Sumatera Utara
Kelurahan Sei Rengas Permata merupakan kelurahan yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Medan Area. Adapun pusat administrasi kelurahan Sei
Rengas Pemata beralamatkan di jalan perak yang berbatasan langsung dengan wilayah yang menjadi pusat Administrasi kecamatan Medan Kota dan kelurahan-
kelurahan yang ada di sekitarnya. Dari jumlah penduduk yang bermukim di kelurahan Sei Rengas Permata
memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit yang berjumlah 5.312 jiwa, di bandingkan dengan jumlah penduduk yang berada di kelurahan yang ada dikota
Medan. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan jumlah penduduk yang bermukim di kelurahan Sei Rengas Permata berdasarkan etnis .
Tabel. 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis No Etnis
Frekwensi f Persentase
1. Tionghoa
4.498 84,67
2. Minang
258 4,85
3. Jawa
142 2,67
4. Melayu
165 3,10
5. Mandailing
147 2,76
6. Karo
82 1,54
7. Aceh
10 0,18
8. Arab
10 0,18
Jumlah 5.312
100 Sumber: data kelurahan Sei Rengas Permata 2007
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk kelurahan Sei Rengas Permata memiliki kemajemukan yang beragam berdasarkan etnis yang
menghuni wilayah tersebut, etnis Tionghoa menempati posisi teratas berdasarkan jumlah yakni berjumlah 4.498 jiwa 84,67, diikuti oleh etnis Minang dengan
jumlah 285 jiwa 4,85, etnis lainnya adalah Melayu 165 jiwa 3,10, Mandailing 147 jiwa 2,79, Jawa jiwa 142 2,67 , sedangkan sisanya adalah etnis Karo,
Aceh, Arab dengan jumlah 102 jiwa 1,9. Jumlah penduduk kelurahan Sei Rengas Permata, berdasarkan dari tingkat
pendidikan yang diperoleh adalah sebagai data berikut ini: Tabel. 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Latar belakang Pendidikan Jumlah Yang Menempuh
Pendidikan 1
Belum Sekolah 428
2 Tidak tamat sekolah dasar SD
36 3
Tamat sekolah dasar SD 513
4 Tamat SLTP
2.513 5
Tamat SLTA 1.513
6 Lulus D-1
56 7
Lulus D-2 24
8 Lulus D-3
35 9
Lulus S-1 184
10 Lulus S-2
10 Total
5.312 Data kelurahan Sei Rengas Permata tahun 2007
Berdasarkan data penduduk kelurahan Sei Rengas Permata maka dapat dijelaskan sebagai berikut ini. Sebagian besar penduduknya memperoleh pendidikan
sampai setingkat SLTP dengan berjumlah 2.513 jiwa di ikuti dengan mereka yang
Universitas Sumatera Utara
memperoleh tingkat pendidikan SLTA dengan berjumlah 1.513jiwa, sedangkan penduduk yang belum bersekolah dan tidak tamat SD berjumlah 464 jiwa, penduduk
yang hanya menamatkan pendidikannya hanya sampai tamat di tingkat SD berjumlah 513 jiwa, sedangkan penduduk yang memiliki latar belakang pendidikan sampai pada
tingkat Diploma atau Strata berjumlah 309 jiwa. Pada data ini menunjukkan bahwa penduduk kelurahan sei rengas permata
sebagian besar penduduknya memperoleh pendidikan Setingkat SLTP, sedangkan pendidikannya sampai pada tingkat SLTA dan DiplomaStrata hanya sebesar 2.490
jiwa, dan yang patut menjadi perhatian bahwa mereka yang belum bersekolah atau tidak tamat SD dan hanya sampai sekolah dasar memiliki porsi yang cukup besar
yaitu berjumlah 977 jiwa. Oleh karena itu dari data yang penulis dapatkan berdasarkan porsi penduduk yang memperoleh pendidikan di dua kelurahan tempat
penulis melakukan penelitian yaitu kelurahan kota maksum IV dan kelurahan Sei Rengas Permata terdapat masih tinggi jumlah penduduk yang belum memperoleh
pendidikan dan yang belum tamat sekolah dasar atau hanya sampai pada sekolah dasar jika di dua kelurahan ini disatukan mereka yang belum bersekolah dan hanya
tamat Sekolah dasar berjumlah 5.637 jiwa. Angka ini cukup menunjukkan jumlah yang tinggi dan patut menjadi perhatian semua pihak-pihak yang terkait, apakah itu
dipengaruhi oleh factor karena belum cukup umur bagi yang belum bersekolah. Akan tetapi jika yang tidak bersekolah tersebut dikarenakan factor minimnya akses untuk
pendidikan atau mahalnya pendidikan yang dibutuhkan maka hal ini bukan menjadi hal yang biasa, karena ini bisa mencederai hak setiap orang untuk memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pendidikan serta melanggar undang-undang 1945 dan PP RI Nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib belajar.
Berdasarkan isi dari Pembukaan Undang-undang dasar 1945 yang berbunyi “ Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
dengan berdasarkan kemerdekaan.” Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 yang berbunyi
1 Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. 2 Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008
tentang wajib belajar pasal 1 ayat 1 dan 2, pasal 2 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1: 1
Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah. 2
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lainnya yang sederajat
serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTS, atau bentuk lain yang sederajat.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 2: 1
Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara Indonesia.
2 Wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal bagi warga Negara
Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Adapun mata pencaharian pokok penduduk kelurahan Sei Rengas Permata
berdasarkan pada data kelurahan sei rengas permata tahun 2007 adalah sebagai berikut:
1 Yang berprofesi sebagai buruhswasta sebanyak 220 orang.
2 Yang berprofesi sebagai pegawai negri sebanyak 7 orang.
3 Yang berprofesi sebagai pedagang sebanyak 20 orang.
4 Yang berprofesi sebagai penjahit sebanyak 2 orang
5 Yang berprofesi sebagai dokter sebanyak 3 orang.
6 Yang berprofesi sebagai pengusaha sebanyak 40 orang
Adapun alasan penulis tidak mentabulasikan data dari kelurahan Sei Rengas Permata berdasarkan mata pencaharian kedalam bentuk table, karena penulis
menemukan bahwa data yang dicantumkan tidak valid misalnya dari 5.321 jiwa penduduk yang menempati kelurahan Sei Rengas Permata hanya 292 jiwa yang
berprofesi atau bekerja sedangkan sisanya dalam jumlah besar 5020 tidak tercantum atau hanya 5,5 persen yang tercantum, sedangkan 99.5 tidak tercantum. Dari hasil
observasi peneliti terhadap kelurahan Sei Rengas Permata ditemukan bahwa
Universitas Sumatera Utara
penduduk kelurahan tersebut kurang berinteraksi dengan yang lainnya ini terlihat dari lingkungan kelurahan tersebut terkesan sunyi dan bentuk bangunan rumah yang elit,
ditambah lagi kesulitan peneliti melakukan interview kepada para responden yang bertempat tinggal disana.
Jumlah penduduk kelurahan Sei Rengas Permata berdasarkan agama yang dianut masing-masing penduduk dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. 8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut No
Agama yang dianut Frekuensi F Persentase
1. Islam
684 12,9
2. Kristen Protestan
242 4,5
3. Katholik
124 2,3
4. Hindu
- -
5. Budha
4.262 80,2
Jumlah 5.312
100 Sumber: data statistik kelurahan Sei Rengas Permata tahun 2007
Dari tabel data diatas, maka persentase tertinggi penganut agama di kelurahan Sei Rengas Permata adalah agama budha sebagai mayoritas yang menempati
kelurahan tersebut dengan jumlah 4.262 jiwa 80,2, disusul dengan agama Islam dengan jumlah 684 jiwa 12,9, dan sisanya penganut agama kristen protestan
dengan jumlah 242 jiwa 4,5 dan penganut agama katholik dengan jumlah 124 jiwa 2,3, sedangkan yang beragama hindu sama sekali tidak ada penganutnya di
wilayah kelurahan Sei Rengas Permata.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Karakteristik Responden
Dari 99 angket yang telah diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, maka akan didapatkan hasil dari pengumpulan data
penelitian sebagai berikut.
4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel. 9 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : data primer dari quesioner 2010
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-laki lebih dominan daripada responden perempuan, jumlah responden laki-laki berjumlah 65
jiwa atau 65,65, sedangkan jumlah responden perempuan berjumlah 34 orang atau 34,34, alasan mengapa responden laki-laki lebih banyak daripada responden
perempuan, karena responden laki-laki lebih banyak mengetahui dan memahami mengenai daftar pertanyaan yang ada didalam quesioner yang peneliti berikan.
Responden laki-laki lebih mudah menerima peneliti dalam membagikan quesioner, dari pada responden perempuan.
No Jenis kelamin Frekwensi f Persentase
1 Laki-laki
65 65,65
2 Perempuan
34 34,34
Jumlah 99
100
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan memegang peranan penting dalam pola pikir seseorang dalam bertindak dan berpikir, berikut ini tabel jumlah responden berdasarkan tingkat
pendidikan yang di peroleh: Tabel. 10 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Frekwensi f
Persentase 1
Tamat SDSederajat -
- 2
Tamat SLTPSederajat 1
1,0 3
Tamat SLTASederajat 55
55,55 4
Tamat Perguruan tinggi 43
43,43 Jumlah
99 100
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Dari tabel diatas, dapat dilihat tingkat pendidikan responden, responden yang
jenjang pendidikannya tamat SLTA menempati jumlah yang paling besar dengan jumlah responden sebesar 55 orang 55,55, yang jenjang pendidikannya tamat
perguruan tinggi sebesar 43 orang 43,43, sedangkan yang tamat SLTP berjumlah 1 orang 1,0, yang tamat SD tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 99 responden yang diklarifikasikan berdasarkan tingkat usia, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 11 Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok responden yang berusia 19-27
tahun berjumlah 51 responden 51,5, kelompok responden yang berusia 28-37 tahun berjumlah 11 responden 11,1, kelompok responden yang berusia 38-47
tahun berjumlah 13 responden 13,1, dan kelompok responden yang berusia 48-57 tahun berjumlah 15 responden 15,1, sedangkan kelompok responden yang berusia
58 keatas berjumlah 9 responden 9. Adapun rentang umur range dengan responden yang lain sebesar 10.
No Usia Frekwensi f
Persentase 1
19-27 51
51,5 2
28-37 11
11,1 3
38-47 13
13,1 4
48-57 15
15,1 5
58-keatas 9
9,0 Jumlah
99 100
Universitas Sumatera Utara
4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan kuesioner yang peneliti berikan kepada responden maka diketahui jenis pekerjaan responden yang terdiri dari: guru, pegawai negri sipil
PNS, mahasiswa, wiraswastapedagang, dan lain-lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel. 12 Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Dari tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa terdapat berbagai jenis pekerjaan
yang dilakukan oleh responden. Adapun pekerjaan yang dilakukan adalah: yang berprofesi sebagai guru sebanyak 20 orang 20,2, yang berprofesi sebagai bidan 1
orang 1,0, yang berprofesi sebagai mahasiswa sebanyak 29 orang 29,3, yang berprofesi sebagai wiraswastapedagang sebanyak 28 orang 28,3, yang berprofesi
sebagai pegawai negri sipil sebanyak 6 orang 6,0, dan yang berpofesi sebagai No Pekerjaan
Frekwensi f Persentase
1 Gurupengajar
20 20,2
2 Bidan
1 1,0
3 Mahasiswa
29 29,3
4 Wiraswatapedagang
28 28,3
5 PNS
6 6,0
6 Administrasi keuangan 1
1,0 7
Pegangguran 14
14,14 Jumlah
99 100
Universitas Sumatera Utara
administrasi keuangan ada 1 orang 1,0, sedangkan yang berprofesi sebagai pegangguran sebanyak 14 orang 14,14.
4.3. Tanggapan Responden Mengenai Keberadaan Majelis Ulama Indonesia Di Kota Medan
Tanggapan responden mengenai keberadaan Majelis Ulama Indonesia di kota Medan, responden memberikan tanggapan sebagaimana berikut ini yang berupa tabel:
Tabel. 13 Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Tentang Keberadaan MUI
No Uraian
Frekwensi f Persentase 1
Mengetahui 81
81,9 2
Tidak mengetahui 18
18,1 Jumlah
99 100
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Dari data diatas, dapat dijelaskan bahwa dari 99 responden yang diberi angket,
mayoritas responden mengetahui keberadaan MUI di kota medan sebesar 81 responden 81,9, responden mengatakan bahwa mereka mengetahui keberadaan
Mui medan, mengatakan bahwa letak Mui Medan berada ditempat strategis yang banyak dilalui orang sehingga mudah diketahui oleh orang banyak. Bagi responden
yang tidak mengetahui keberadaan MUI di kota Medan berjumlah 18 responden 18,1, mereka yang tidak mengetahui keberadaannya mengatakan karena memang
tidak mengetahui letak lembaga ini.
Universitas Sumatera Utara
Dari tanggapan responden yang mayoritas, dapat diberikan penjelasan bahwa letak lokasi Majelis Ulama Indonesia kota Medan memang berada ditempat strategis
karena letak keberadaannya berdekatan dengan letak Mesjid Raya Al-Mashun atau dikenal dengan Mesjid Raya kota Medan dan berada didekat pusat hiburan dan
belanja hotel dan mall. Lebih tepatnya di jalan Nusantara no 3 Kecamatan Medan Kota kelurahan Kota Maksum III.
Terkait keberadaan Majelis Ulama Indonesia di kota Medan, maka responden memberikan pandangan mengenai keberadaannya di tengah-tengah umat muslim, ada
yang mengatakan baik karena sangat membantu, akan tetapi ada juga yang mengatakan tidak karena tidak berpengaruh langsung karena minimnya sosialisasi,
berikut ini dapat dilihat dalam bentuk tabel: Tabel. 14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengaruh
Keberadaan MUI Bagi Umat Islam
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Dari tabel frekwensi diatas responden yang menjawab bahwa keberadaan
Majelis Ulama Indonesia di tengah masyarakat berpengaruh baik sebanyak 73 No Uraian
Frekwensi f Persentase
1 Sangat baik
5 5,05
2 Baik
73 73,73
3 Tidak
12 12,12
4 Tidak mengetahui
9 9,09
Jumlah 99
100
Universitas Sumatera Utara
responden 73,73, sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 12 responden 12,12, dan yang tidak mengetahui sebanyak 9 responden 9,09, yang menjawab
sangat baik sebanyak 5 responden 5,05. Responden yang memberikan respon sangat baik dan baik berargumen bahwa
keberadaan ulama di tengah masyarakat memang sangat betul-betul diharapkan, karena merekalah yang dapat menjadi contoh suri teladan dan panutan bagi
masyarakat agar dapat di tiru akhlak dan juga dapat membendung arus perubahan yang terjadi saat ini di masyarakat yang memberikan efek negatif. Sehingga
diperlukan suatu pembimbingan dan pengawasan yang dilakukan ulama untuk mengendalikan aspek-aspek perubahan yang ada di masyarakat, khususnya
melakukan pengedalian yang berkaitan dengan kehidupan ummah disegala aspek secara islami, baik itu sikap toleransi sesama pemeluk agama yang sama atau
toleransi antar pemeluk agama kecuali toleransi dalam akidah, agar kedepan terciptanya keselarasan di tengah-tengah perbedaan. Hal ini yang perlu disampaikan
oleh ulama dan para pemuka agama. Sebagai contoh keberadaan Majelis Ulama Indonesia yang memberikan
manfaat bagi masyarakat adalah: organisasi ini mencoba menjembatani perbedaan- perbedaan yang ada di kalangan umat muslim seperti mengenai perbedaan sejumlah
kalangan organisasi-organisasi dalam menetapkan awal puasa Ramadhan dan 1 Syawal, contoh lain yang di utarakan responden adalah mengenai tempat islah orang-
orang yang bertikai diantara sesama umat Islam kasus jamaah ahmadiyah. Sedangkan responden yang tidak mengetahui
keberadaan Majelis Ulama Indonesia di tengah-tengah umat muslim memberikan pengaruh berjumlah 9,09
Universitas Sumatera Utara
dengan alasan karena apa yang dikerjakan dan dilakukan MUI tidak diketahui responden bahkan apa yang dikerjakan MUI kota Medan, hal ini menurut peneliti
karena kurangnya atau minimnya sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat, bahkan ada salah satu responden yang mengatakan bahwa sosialisasi yang diberikan
dilakukan secara tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu, kalaupun ada itu hanya sebatas dari media elektronik yang mendominasi, sedangkan untuk disebarkan
melalui masyarakat dan perangkat pemerintahan setingkat kelurahan belum ada di sosialisasi. Responden yang menjawab tidak ada pengaruh yang diberikan MUI
selama keberadaannya berjumlah 12,12, argumen yang mereka sampaikan bahwa manfaat yang diberikan MUI itu sendiri bagi masyarakat tidak begitu dirasakan bagi
masyarakat, kalaupun ada hanya sebatas himbauan tanpa ada dilakukan dengan penerapan yang permanen.
4.4. Tanggapan Responden Mengenai Peran Dan Fungsi Majelis Ulama Indonesia di Kota Medan Yang Keberadaannya Memperhatikan Tata
Cara Kehidupan Umat Muslim.
Tanggapan responden yang mengetahui peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia dikota Medan dapat dilihat kedalam bentuk tabel berikut ini:
Tabel. 15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Peran Dan Fungsi MUI No Peran dan fungsi MUI
Frekwensi f Persentase
1 Mengetahui ya
82 82,82
2 Tidak tahu tidak
17 17,17
Jumlah 99
100 Sumber : data primer dari quesioner 2010
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang mengetahui peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia bagi umat muslim berjumlah 82 responden
82,82, sedangkan yang tidak mengetahui peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia bagi umat muslim berjumlah 17 responden 17,17. Responden yang
mengetahui berargumen bahwa peran dan fungsi Mui memberikan pedoman bagi masyarakat muslim yang terkait dengan tata cara hukum Islam, seperti mengeluarkan
fatwa-fatwa dan himbauan bagi umat muslim yang menyangkut mengenai kehidupan ummat serta memberikan penjelasan mengenai suatu perkara yang kurang begitu
dipahami oleh orang banyak, adapun alasan yang lainnya mengatakan bahwa ulama mempunyai peran strategis dalam membendung arus perubahan yang memberikan
dampak negatif bagi kehidupan umat. Mengenai peran dan fungsi yang dijalankan Majelis Ulama Indonesia saat ini
dalam menjaga kehidupan umat muslim, responden memberikan pendapat yang beragam, ada yang setuju dengan apa yang dilakukan MUI, namun ada juga yang
tidak setuju dengan peran dan fungsi MUI karena dianggap telah melenceng dengan tugas yang semestinya dijalankan. Berikut ini tanggapan responden mengenai peran
dan fungsi MUI dikalangan umat muslim dalam bentuk tabel: Tabel. 16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Peran
Dan Fungsi MUI Bagi Umat Islam
Sumber : data primer dari quesioner 2010 No Pendapat responden
Frekwensi f Persentase
1 Ya
37 37,4
2 Tidak
19 19,2
3 Kadang-kadang
43 43,4
Jumlah 99
100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel distribusi frekwensi diatas yang menggambarkan persentase mengenai peran dan fungsi MUI, maka didapat pendapat responden yang mengatakan
ya bahwa peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia saat ini berjalan sesuai peran dan fungsinya berjumlah 37 responden 37,4, sedangkan yang mengatakan bahwa
peran dan fungsi MUI saat ini tidak berjalan dengan baik berjumlah 19 responden 19,2, dan yang mengatakan bahwa peran dan fungsi MUI berjalan kadang-kadang
atau ragu-ragu berjumlah 43 responden 43,4. Jika pendapat dari para responden di telaah berdasarkan jawaban yang mereka
berikan maka responden yang mengatakan bahwa peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia berjalan kadang-kadang mendominasi dari keseluruhan responden dengan
jumlah persentase 43, adapun alasan yang diutarakan mereka adalah, Majelis Ulama Indonesia disini dalam memberikan suatu pemberitahuan baik itu berupa
ajakan maupun fatwa di masyarakat khususnya masyarakat muslim kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, sehingga tidak semuanya masyarakat mengetahuinya
hanya sebahagian saja yang mengetahui. Jika pun ada sosialisasi yang diberikan Majelis Ulama Indonesia biasanya pada media cetak dan media elekrtonik, itupun
pada waktu dan tempat tertentu saja misalnya: pada saat penentuan bulan Ramadhan dan Syawal, sehingga yang diketahui sangat minim sekali.
Adapun pendapat responden yang mengatakan peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia sudah berjalan sesuai dengan fungsinya berjumlah 37,4, pendapat
yang mereka jelaskan bahwa, terkait peran dan fungsinya MUI sendiri harus menetapkan suatu hukum dan perkara bagi kehidupan umat muslim karena itu sudah
menjadi tugas pokok ulama kepada ummah, himbauan yang diberikan itu baik berupa
Universitas Sumatera Utara
dakwah secara langsung maupun muzakarah, memberikan masukkan kepada pemerintah untuk kemudian disampaikan kepada rakyat sehingga dapat memutuskan
suatu perkara kepada ummah tentang yang baik dan buruk fatwa. Kesamaan pendapat antara responden yang mengatakan peran dan fungsi MUI berjalan baik dan
kadang-kadang yaitu peran ulama itu sendiri sebagai penyampai risalah dan ajaran yang di sampaikan Allah SWT melalui Nabi-nabi, dan membina akhlak manusia yang
semakin pudar. Hal yang senada juga di ucapkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam
pembukaan Munas Majelis Ulama Indonesia yang ke VIII, beliau menyampaikan keprihatinan atas semakin memudarnya akhlak, kearifan lokal, sopan santun bangsa
saat ini sarat dengan penghalal segala cara. Oleh karenanya presiden mengajak semua ulama, pemuka agama, dan masyarakat luas agar bersama-sama menyelamatkan
bangsa dari kehancuran peradaban waspada, 2010:1. Derasnya arus budaya asing yang masuk telah mengakibatkan perilaku dan
nilai-nilai dalam kehidupan dan pergaulan masyarakat tidak lagi berpegang pada nilai-nilai dan budaya Indonesia. Lebih parahnya lagi masyarakat sekarang terkadang
lebih mengutamakan mengikuti arus budaya global daripada budaya asli Indonesia yang secara alamiah termuat dalam sila-sila Pancasila, hal ini tentu sangat berbahaya
bagi perjalanan bangsa ini dan kehidupan masyarakat. Akibatnya hedonisme merebak dimana-mana, individualisme menjadi tren gaya hidup, yang berdampak pada
terkikisnya sifat gotong royong masyarakat dan toleransi antar umat beragama makin merenggang Intelijen,2010:15.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan responden yang mengatakan peran dan fungsi MUI tidak berjalan dengan baik berjumlah 19,2, alasan yang mereka kemukakan karena mereka tidak
tahu fungsi dan peran MUI, yang mereka tahu hanya sebatas memberikan fatwa yang pada akhirnya fatwa tersebut tidak ada tindak lanjut untuk diterapkannya pada
masyarakat, sedangkan pendapat lain yang disampaikan responden adalah mereka mempertanyakan netralitas dari MUI tersebut yang seharusnya terbebas dari pengaruh
pihak-pihak yang berkepentingan.
4.5. Tanggapan Responden Mengenai Pengendalian Sosial Yang Dilakukan Majelis Ulama Indonesia Terhadap Umat Muslim
Mengenai pengendalian sosial yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia terhadap umat muslim, responden memberikan jawaban yang beragam mengenai hal
itu, seperti yang dapat dilihat pada tabel distribusi frekwensi. Tabel. 17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengendalian
Sosial MUI Terhadap Umat Islam
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Tabel distribusi frekwensi diatas menerangkan pendapat para responden
tentang pengendalian sosial yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia, responden yang mengatakan sangat setuju MUI melakukan pengendalian sosial terhadap umat
No Uraian pendapat Frekwensi f
Persentase 1
Sangat setuju 32
32,32 2
Setuju 53
53,53 3
Tidak setuju 14
14,14 Jumlah
99 100
Universitas Sumatera Utara
muslim berjumlah 32 responden 32,32, sedangkan yang mengatakan setuju berjumlah 53 responden 53,53, dan yang mengatakan tidak setuju bahwa MUI
melakukan pengendalian sosial terhadap umat muslim berjumlah 14 responden 14,14.
Dari tanggapan responden yang mengatakan sangat setuju dan setuju mengenai pengendalian sosial yang dilakukan Majelis ulama Indonesia lebih mendominan dari
pada yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan MUI, responden yang mengatakan setuju memberikan alasan bahwa dibutuhkan suatu lembaga yang dapat mengawasi
dan mengayomi umat Islam sehingga dapat menjembatani permasalahan dan perselisihan yang timbul dikalangan umat Islam. Sedangkan yang mengatakan tidak
setuju dengan pengendalian sosial yang dilakukan MUI beragumen bahwa apa yang dilakukan MUI sarat dengan kepentingan para penguasa yang seharusnya bersifat
netral, pada akhirnya berubah menjadi alat kepentingan suatu kelompok, seperti contoh pada masa orde baru.
Dengan demikian sebahagian besar responden yang menyetujui pengendalian sosial yang dilakukan Majelis Ulama Indonesia karena mereka beranggapan bahwa
ijtihad para ulama masih dibutuhkan oleh umat muslim, khususnya memberikan pembelajaran kepada masyarakat yang masih awam dengan ilmu agama. Namun hal
ini bukan hanya urusan MUI saja akan tetapi menjadi ulama-ulama lainnya dan organisasi-organisasi keagamaan yang lain Muhammadiyah, Persis, Al-washliyah,
Nu, dll. Bentuk pengendalian sosial yang dilakukan Majelis ulama Indonesia dapat
berupa dakwah yang disebarkan kepada umat islam seperti muzakarah, pemberian
Universitas Sumatera Utara
fatwa dan pemberitaan yang bersifat resmi. Mengenai pengendalian sosial yang dilakukan MUI salah satunya sebagai lembaga dakwah, maka responden memberikan
jawaban yang bervariasi terkait fungsi lain Mui selain sebagai lembaga dakwah, berikut ini dapat dilihat dalam berupa tabel:
Tabel. 18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Fungsi Lain MUI
No Uraian responden Frekwensi f Persentase
1 Ya
57 57,57
2 Tidak
42 42,42
Jumlah 99
100 Sumber : data primer dari quesioner 2010
Berdasarkan tabel diatas responden yang mengatakan bahwa tugas Majelis Ulama Indonesia selain berdakwah berjumlah 57 responden 57,57 dengan alasan
yang diberikan bahwa Majelis Ulama Indonesia memiliki fungsi yang lain adapun itu berupa memberikan himbauan dan fatwa-fatwa kepada umat muslim yang telah
ijtihadkan bersama ulama dan tokoh masyarakat, diantaranya adalah mengeluarkan sertifikasi halal terhadap produk makanan dan minuman, memberikan masukan
kepada pemerintah terkait hal-hal yang harus diketahui umat muslim seperti permasalahan dibidang sosial, ekonomi, dan budaya yang menjadi rujukan bagi umat
Islam berdasarkan syariat Islam. Responden lain mengatakan bahwa lembaga Majelis Ulama Indonesia selain sebagai tempat dakwah juga memiliki fungsi lain seperti
tempat islah bagi umat Muslim penyelesaian permasalahan keluarga, hukum waris, dan lain-lain. Ini tercermin dari awal terbentuknya lembaga Majelis Ulama
Indonesia. Majelis Ulama Indonesia atau yang disingkat MUI berdiri pada tanggal 7
Universitas Sumatera Utara
Muharram tahun1396 hijriyah yang bertepatan pada tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta. Sebagai hasil dari pertemuan para alim ulama yang datang dari seluruh penjuru tanah
air. Lembaga Majelis Ulama Indonesia memiliki fungsi utama yaitu:
1. Sebagai penyampai tugas dan risalah para Nabi, yang diberikan Allah Swt
kepada para nabi. 2.
Mengeluarkan fatwa yang menyangkut mengenai permasalahan yang sedang dihadapi ummat.
3. Membimbing dan melayani umat Ri’ayat wa khadim al-ummah.
4. Sebagai wadah tempat islah ummah yang sedang menghadapi perselisihan.
5. Menegakkan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang tercela amar
ma’ruf nahi munkar. Sedangkan responden yang mengatakan bahwa lembaga Majelis Ulama
Indonesia hanya sebagai lembaga dakwah berjumlah 42 responden 42,42 dengan argumen bahwa ulama-ulama tidak seharusnya mengurusi yang bukan menjadi
tanggung jawab mereka seperti berpolitik, yang menjadi tujuan utama para ulama adalah membimbing umat ke jalan yang benar.
Universitas Sumatera Utara
4.6.
Tanggapan Responden Mengenai Sejumlah Fatwa Yang Dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia Terhadap Umat Muslim
Mengenai fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia terhadap umat muslim, responden memberikan beragam pendapat. Berikut ini tabel yang
menjelaskan tanggapan responden tentang fatwa yang diketahui oleh responden: Tabel.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Fatwa
Yang Dikeluarkan MUI No Uraian responden
Frekwensi f Persentase
1 Mengetahui
51 51,51
2 Kadang-kadang
37 37,37
3 Tidak tahu
11 11,11
Jumlah 99
100 Sumber : data primer dari quesioner 2010
Dari tabel frekwensi yang menjelaskan bahwa fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia diketahui oleh masyarakat responden, responden yang
mengatakan bahwa mereka mengetahui fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia berjumlah 51 responden 51,51, sedangkan yang mengatakan
kadang-kadang saja fatwa Majelis Ulama Indonesia yang diketahui berjumlah 37 responden 37,37, dan yang tidak mengetahui fatwa-fatwa yang dikeluarkan
Majelis Ulama Indonesia berjumlah 11 responden 11,11. Responden yang mengetahui fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama
Indonesia memberikan penjelasan bahwa mereka mengikuti perkembangan tentang Majelis Ulama Indonesia atau selalu melihat dan mendengar himbauan dan fatwa-
Universitas Sumatera Utara
fatwa yang dikeluarkan baik dari media cetak Koran, majalah, tabloid maupun media elektronik.
Salah satu fatwa Majelis Ulama Indonesia yang dikeluarkan adalah mengenai diharamkannya siaran tayangan infotaiment yang lebih cenderung pada pemberitaan
yang menyebarluaskan aib hidup seseorang, hal ini terjadi karena tayangan yang disiarkan lebih sarat akan mudharat, karena dianggap tidak memenuhi etika dan unsur
yang mendidik, maklum saja mereka yang terekspos adalah publik figur yang banyak memiliki pengikut dan penggemar khususnya kalangan muda. Persoalan inilah yang
akan menjadi masalah bagi banyak orang, bila idola mereka tersebut memberikan contoh yang buruk, yang akan di ikuti oleh para penggemarnya akibatnya maka akan
sering terdengar perbuatan yang amoral yang dilakukan karena mencontoh idola yang diikutkan.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama PBNU KH Hasyim Muzadi, catatan buruk terkait tayangan infotaiment saat ini karena lebih
mementingkan bisnis semata daripada aspek pembangunan moral bangsa. Atas dasar itulah pada akhir juli 2010 Majelis Ulama Indonesia telah mengharamkan konten
gossip, fitnah dan ghibah dalam infotaiment. Jadi disini dijelaskan bahwa Majelis Ulama Indonesia tidak mengharamkan infotaimentnya, tetapi yang diharamkan
adalah isi konten infotaiment yang berisi gossip, fitnah dan ghibah. Tidak sampai disitu saja yang dilakukan oleh Majelis ulama Indonesia, selanjutnya Majelis Ulama
Indonesia merekomendasikan perlu dirumuskannya aturan untuk mencegah konten tayangan yang bertentangan dengan norma agama, keadaban, kesusilaan dan nilai
luhur kemanusiaan. Juga direkomendasikan kepada Komite Penyiaran Indonesia
Universitas Sumatera Utara
KPI diminta untuk meninjau ulang tayangan infotaiment untuk menjamin hak masyarakat memperoleh tayangan bermutu dan melindungi dari hal-hal yang negatif
Intelijen,2010:16. Adapun mengenai fatwa-fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia
sebahagian responden memberikan contoh fatwa dan himbauan yang diberikan Majelis Ulama Indonesia sebagai berikut ini:
1. Mengeluarkan sertifikat halal terhadap produk makanan dan minuman.
2. Fatwa dibolehkannya memindahkan kuburan untuk kemaslahatan umum.
3. Himbauan mengenai bergesernya arah kiblat untuk sholat.
4. Fatwa haramnya perbuatan terorisme.
5. Fatwa haramnya nikah kontrak mut’ah.
6. Fatwa haramnya tayangan infotainment mengumbarkan aib hidup seseorang.
7. Fatwa haramnya merokok
8. Fatwa tentang haramnya memakan bunga bank.
9. Fatwa tentang aliran ahmadiyah yang menyesatkan.
10. Himbauan dan kecamaan tentang pornografi dan pornoaksi.
11. Fatwa tentang haramnya pluraisme agama yang di suarakan oleh jaringan
Islam Liberal. 12.
Fatwa haramnya tindakan perjudian. Dari sejumlah himbauan dan fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia tidak semuanya fatwa dan himbauan tersebut diikuti dan dijalankan oleh umat Islam karena terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat luas dan belum
adanya kekuatan hukum yang memberikan sanksi bagi mereka yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mengikutinya, kalaupun ada sanksi masih berupa sanksi moral. Seperti contoh fatwa haramnya merokok yang mengundang banyak perdebatan dikalangan masyarakat
luas, sedangkan contoh lain dari fatwa Majelis Ulama Indonesia yang mendapat perhatian dari masyarakat luas dan pemerintah Indonesia adalah mengenai fatwa yang
menyatakan bahwa aliran Ahmadiyah sesat dan terlarang, serta pernyataan oleh menteri agama Indonesia yang menyatakan akan membubarkan dan melarang aliran-
aliran yang dianggap menyimpang dari Islam. Untuk persoalan Ahmadiyah bila ditelusuri lebih jauh banyak pihak-pihak
yang berkepentingan dengan jamaah ini, namun hal ini tidak bisa dibiarkan terus menerus jika hal ini dibiarkan maka setiap saat berpotensi melahirkan konflik. Tidak
hanya di Indonesia saja yang melarang ajaran ini, jauh hari sebelumnya para ulama yang tergabung dalam Organisasi Konfrensi Islam OKI juga menfatwakan bahwa
aliran ini sesat dan terlarang, bahkan di Malaysia dan Brunai Darussalam juga melarang aliran ini. Kasus yang paling menarik adalah dimana aliran ahmadiyah ini
dilahirkan Pakistan tidak diakui sebagai dari Islam, melainkan kepercayaan diluar Islam Intelijen,2010: 24-25.
Mengenai fatwa rokok yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia maka akan didapati berbagai macam respon yang diberikan oleh masyarakat, ada yang
mendukung fatwa tersebut, namun juga ada yang tidak setuju dengan fatwa tersebut. Berikut ini adalah tanggapan sejumlah responden mengenai fatwa haramnya merokok
yang dipaparkan melalui tabel distribusi frekwensi berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Fatwa Haramnya Rokok Yang Dikeluarkan MUI Terhadap Umat Islam
No Uraian responden Frekwensi f
Persentase 1
Sangat Mendukung 23
23,23 2
Mendukung 42
42,42 3
Tidak Mendukung 34
34,34 Jumlah
99 100
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Responden yang sangat mendukung dan mendukung dikeluarkannya fatwa
haramnya rokok berjumlah 23 responden 23,23 dan 42 responden 42,42, sedangkan responden yang tidak mendukung fatwa MUI terhadap fatwa haram rokok
berjumlah 34 responden 34,34. Responden yang mendukung fatwa Mejelis Ulama tentang fatwa haram
merokok memberikan penjelasan sebagai berikut: apa yang dilakukan oleh lembaga Majelis Ulama Indonesia tentang fatwa tersebut sudah tepat dan patut mendapat
dukungan seluruh pihak, karena melihat fakta dan realitanya bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh rokok bukanlah hal yang dapat dipandang sebelah mata, apalagi ini
menyangkut nyawa banyak orang, kendatipun bisnis dari keuntungan rokok tersebut menyumbang pendapatan negara yang terbesar melalui cukai. Akan tetapi bahaya
yang ditimbulkan dari efek negatif bukanlah hal yang dapat ditawar-tawar karena ini menyangkut nyawa yang tidak bisa ditukar dengan materi. Apalagi melihat realita
sekarang ini sudah banyak anak-anak yang di jumpai menjadi perokok, pada akhirnya tidak sedikit bagi mereka yang merokok menjadi pemakai narkoba, tidak sampai
disitu saja bagi mereka yang perokok pasif mempunyai resiko yang tinggi akibat bergaul didekat perokok aktif. Bukankah agama Islam melarang ummatnya untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan suatu perkaraperbuatan yang mubazir dan dapat membunuh diri karena perbuatan tersebut merupakan pekerjaan yang sia-sia.
Sedangkan responden yang tidak mendukung fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang fatwa haramnya rokok memberikan penjelasan sebagai berikut ini: tidak
semestinya lembaga Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa tentang rokok, karena sebelum lembaga ini mengeluarkan fatwa tersebut maka harus terlebih dahulu
Mejelis Ulama Indonesia melakukan studi dampak yang di timbulkan akibat fatwa tersebut banyak pihak-pihak yang dirugikan seperti petani tembakau, buruh rokok,
dan pedagang kecil yang notabene merekalah yang mengalami dampak yang sangat signifikan dari fatwa tersebut.
Untuk menerapkan fatwa tersebut tidaklah mudah karena ini menyangkut hidup banyak orang yang bergantung dari roda perputaran industri rokok, jika rokok
dilarang secara menyeluruh maka bukan tidak mungkin angka pengangguran akan meningkat dengan banyak, yang pada akhirnya rakyat jugalah yang menjadi pihak
yang dirugikan akibat adanya larangan tersebut, oleh karena itu perlunya solusi yang cerdas untuk menyelesaikan problem ini. Jadi bukan hanya mengeluarkan fatwa
tersebut tanpa adanya study yang mendalam dan perlunya sosialisasi fatwa tersebut, karena walaupun fatwa rokok telah dikeluarkan masih banyak juga masyarakat yang
melanggar fatwa itu. Pengaruh dari sejumlah himbauan dan fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama
Indonesia terhadap umat Islam dapat dilihat berupa table dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Fatwa Yang Dikeluarkan MUI Terhadap Umat Islam
No Uraian responden Frekwensi f
Persentase 1
Berpengaruh 48
48,48 2
Kadang-kadang 39
39,39 3
Tidak berpengaruh 12
12,12 Jumlah
99 100
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Dari tabel diatas yang menerangkan mengenai pengaruh dari fatwa dan
himbauan yang di sampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut ini. Responden yang memberikan jawaban bahwa himbauan dan sejumlah
fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis ulama Indonesia memberikan pengaruh dalam kehidupan mereka berjumlah 48 responden 48,4, dan yang menjawab bahwa
himbauan dan fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia hanya terkadang saja yang berpengaruh dalam kehidupan mereka berjumlah 39 responden 39,39,
sedangkan yang menjawab bahwa fatwa-fatwa dan himbauan yang diberikan Majelis Ulama Indonesia tidak memiliki pengaruh berjumlah 12 responden 12,12.
Dari alasan yang diberikan oleh responden yang merasa bahwa fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia memberikan pengaruh
beralasan bahwa fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya umat Islam dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari agar sesuai dengan kaidah ajaran agama Islam, dan dengan adanya fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia umat
muslim dapat mengetahui dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan adanya himbauan dan fatwa yang dikeluarkan oleh majelis ulama Indonesia
Universitas Sumatera Utara
umat Islam tidak harus merasa khawatir dan was-was dalam berbuat dan berkeyakinan karena sudah ada syariat Islam yang disampaikan oleh para ulama.
Adapun penjelasan yang diberikan oleh responden yang menjawab hanya sebagian saja kadang-kadang fatwa dan himbauan yang diberikan oleh ulama
memberikan pengaruh dalam kehidupan. Alasan yang diberikan bahwa fatwa dan himbauan yang dikeluarkan tidak semuanya menjadi acuan karena masih
mengandung pro dan kontra dikalangan masyarakat seperti beberapa fatwa misalnya mengenai diharamkannya rokok, haramnya rokok tidak semua masyarakat yang
sejalan mengenai itu. Hal ini karena dari sekian banyak fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia tidak semuanya benar-benar dijalankan
dan memberi manfaat, karena tidak adanya wewenang oleh Majelis Ulama Indonesia untuk menghukum bagi yang melanggarnya, dan perlunya dibangun kesadaran diri
masing-masing anggota masyarakat. Sedangkan responden yang menjawab bahwa tidak ada pengaruh yang
diberikan oleh Majelis Ulama Indonesia terhadap kehidupan, mereka berargumen bahwa fatwa-fatwa dan himbauan yang disampaikan oleh ulama MUI hanya bersifat
pemberitahuan saja dan belum adanya kekuatan hukum atau peraturan berupa undang-undang untuk diikuti, hal ini juga disebabkan oleh belum banyaknya
masyarakat muslim menjalankan aturan yang telah ditentukan oleh ajaran agama syariat Islam.
Pada bulan juli 2010 Majelis Ulama Indonesia mengadakan musyawarah nasional Munas ke VIII yang dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, dalam
munas tersebut dikeluarkan beberapa fatwa diantaranya adalah, mengharamkan nikah
Universitas Sumatera Utara
kontrak, mengharamkannya perbuatan terorisme, mengharamkannya tayangan info tainment yang membuka aib seseorang, mengharamkannya bank sperma.
Terkait beberapa fatwa tersebut responden memberikan argument masing- masing ada yang mendukung dan yang tidak mendukung berikut ini seperti yang
terlihat pada tabel distribusi frekwensi berikut ini: Tabel. 22 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Beberapa
Fatwa Yang Dikeluarkan MUI No Uraian responden
Frekwensi f Persentase
1 Sangat mendukung
50 50,5
2 Mendukung
40 40,4
3 Tidak mendukung
9 9,0
Jumlah 99
100 Sumber : data primer dari quesioner 2010
Dari tabel menerangkan bahwa responden yang menyatakan sangat mendukung sejumlah fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia pada
munas ke VIII berjumlah 50 responden 50,5, dan yang menyatakan mendukung berjumlah 40 responden 40,4, sedangkan yang tidak mendukung fatwa tersebut
berjumlah 9 responden 9. Responden yang sangat mendukung dan mendukung fatwa-fatwa yang
dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia pada munas yang ke VIII memberikan berbagai pendapat diantaranya: karena fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia bertujuan agar umat Islam terhindar dari hal-hal yang tidak dibenarkan dalam syariat Islam, sehingga kedepan akhlak umat dapat terjaga dari segala macam
kerusakan moral yang sedang melanda bangsa Indonesia. Agama Islam tidak
Universitas Sumatera Utara
mengajarkan segala sesuatu yang mengandung mudharat oleh karena itu segala sesuatu yang tidak bersumber dari Al-Quran dan Sunnah pantang untuk dilakukan.
Responden yang tidak mendukung fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia memberikan alasan karena fatwa-fatwa yang diberikan terkadang
tidak rasional dan mengandung multi tafsir. Jadi fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh MUI memberikan dampak yang sangat baik dalam kehidupan
masyarakat khususnya pada umat Islam ini, hanya saja fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia tidak memiliki sanksi yang tegas bagi
yang melanggarnya dan kurangnya sosialisasi langsung yang diberikan pada masyarakat.
4.7. Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Untuk Mengikuti Dan Menjalankan Sejumlah Fatwa Yang Dikeluarkan MUI Terhadap
Umat Muslim
Berkenaan dengan sejumlah fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis ulama Indonesia bagi umat muslim, akankah fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia di patuhi dan dijalankan oleh umat muslim. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan tentang kepatuhan responden terhadap fatwa-
fatwa yang dikeluarkan MUI, dapat dilihat sebagai berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepatuhan Mengikuti Fatwa Yang Dikeluarkan MUI
No Uraian responden Frekwensi f
Persentase 1
Mengikuti 11
11,1 2
Tidak mengikuti 17
17,1 3
Kadang-kadang 71
71,8 Jumlah
99 100
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Dari tabel diatas terlihat jumlah responden yang mengikuti dan mematuhi
fatwa dan himbauan yang diterbitkan Majelis Ulama Indonesia berjumlah 11 responden 11,1, dan yang hanya kadang-kadang saja mengikuti fatwa dan himbauan
yang disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia berjumlah 71 responden 71,8, sedangkan responden yang tidak mengindahkan himbauan dan fatwa Majelis Ulama
Indonesia berjumlah 17 responden 17,1. Dari tabel diatas responden yang mengikuti dan mematuhi fatwa dan
himbauan yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia terbilang kecil dibandingkan dengan responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak. Alasan
yang diberikan oleh responden yang mematuhi Fatwa MUI adalah karena peran ulama sangat diperlukan dizaman sekarang ini karena melihat realita yang terjadi
sekarang, dimana segala sesuatu dipandang hanya dari materi dan keuntungan belaka seperti pada pemberian label halal pada produk makanan dan pemberian vaksin pada
jamaah haji yang menuai kontroversi dikalangan umat Islam, oleh karenanya peran ulama disini dirasakan sangat penting untuk memberikan pengetahuan bagi mereka
yang masih awam khususnya syariat islam.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan respoden yang tidak mau mengikuti dan mematuhi fatwa dan himbauan yang dikeluarkan MUI beralasan bahwa masih rendahnya kesadaran orang
untuk mematuhi fatwa-fatwa tersebut, karena masih banyaknya kontroversi terkait beberapa fatwa seperti fatwa diharamkannya rokok dan diharamkannya tayangan
infotaiment yang menggumbar aib seseorang. Mengenai fatwa haram rokok ketidak setujuan mereka dikarenakan masih banyak yang melanggar fatwa tersebut dan belum
adanya sanksi bagi yang melanggarnya serta jika rokok diharamkan maka akan berdampak pada ekonomi rakyat kecil seperti buruh pabrik rokok dan petani
tembakau yang menganggur. Dan responden yang hanya kadang-kadang saja yang mengikuti dan mematuhi
fatwa dan himbauan yang dikeluarkan oleh MUI alasan yang mereka berikan hampir sama dengan mereka yang menjawab tidak, yaitu adapun fatwa yang dibuat tidak
bersifat mengikat dan belum ada sanksi yang tegas, jadi dapat disimpulkan bahwa belum adanya aturan yang tegas diberikan kalaupun ada fatwa yang diberikan hanya
berupa himbauan.
Universitas Sumatera Utara
4.8. Tanggapan Responden Mengenai Pengendalian Sosial Majelis Ulama IndonesiaTerhadap Umat Muslim Terkait Menyelesaikan Perselisihan Yang
Terjadi Pada Umat Muslim
Terkait dengan peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia ditengah-tengah umat muslim, responden memberikan jawaban mengenai pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti yaitu andil dari Majelis Ulama Indonesia menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara umat muslim, adapun jawaban responden tergambar pada data
tabel berikut ini: Tabel. 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Andil MUI
Menyelesaikan Perselisihan Yang Terjadi Pada Umat Muslim
Sumber : data primer dari quesioner 2010 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang menjawab ada atau
ya bahwa Majelis Ulama Indonesia berperan dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi ditengah-tengah umat muslim berjumlah 39 responden 39,4, sedangkan
yang menjawab tidak ada peran majelis Ulama Indonesia dalam menyelesaikan perselisihan umat muslim berjumlah 26 responden 26,3, dan yang menjawab
kadang-kadang berjumlah 34 responden 34,4. Responden yang menjawab ya dan kadang-kadang bahwa MUI turut
menjembatani perselisihan yang dihadapi umat muslim memiliki kesamaan pendapat yaitu terkait dengan fatwa dan himbauan, sedangkan yang membedakannya hanya
No Uraian responden Frekwensi f
Persentase 1
Adaya 39
39,4 2
Tidak ada 26 26,3
3 Kadang-kadang
34 34,4
Jumlah 99
100
Universitas Sumatera Utara
frekwensi penyelesaian yang dicoba dijembatani oleh MUI, sebahagian menjawab ya dan sebagian kadang-kadang.
Berikut ini adalah sebahagian jawaban responden tentang perselisihan yang turut dijembatani Majelis Ulama Indonesia :
1. Konflik antara umat Muslim dengan HKBP yang terjadi di Bekasi.
2. Kasus pengelolaan tempat hiburan malam di beberapa tempat.
3. Menengahi perbedaan hari raya besar umat Muslim, seperti perbedaan
penetapan awal bulan Ramadhan dan bulan Syawal yang sering berbeda waktu dan hari diantara ormas-ormas Islam.
4. Dialog dengan islam liberal.
5. Mediasi antara pemerintah dengan masyarakat seperti kasus makam mbah
priok. 6.
Mencegah terciptanya konflik suku, agama, ras, dan antar golongan SARA. 7.
Mengeluarkan fatwa tentang haramnya golongan putih golput pada saat pemilihan umum, walaupun fatwa ini banyak terjadi kontroversi.
8. Mencoba berdialog untuk meluruskan aqidah sekelompok orang yang telah
melenceng dengan ajaran agama Islam contoh seperti ahmadiyah dan ajaran lia eden dan sebagainya.
9. Menentukan hukum waris.
10. Melakukan kendali sensor pada tayangan di media.
Dalam menyelesaian perselisihan yang ada diumat Muslim, Majelis Ulama Indonesia berperan adil dalam proses mediasi dan penyelesaian perselisihan yang
dihadapi umat Islah.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai pengendalian sosial yang dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia terhadap umat Islam, maka peneliti mengajukan pertanyaan mengenai: selain
lembaga Majelis Ulama Indonesia yang melakukan pengendalian sosial, apakah ada lembagaorganisasi lain yang turut serta dalam membimbing dan mengawasi
kehidupan umat Islam? Berikut ini dapat dilihat dalam tabel frekwensi dibawah ini: Tabel. 25 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adanya
Lembaga Lain Selain MUI No Uraian
Frekwensi f Persentase
1 Ada
78 78,8
2 Tidak
21 21,2
Jumlah 99
100 Sumber : data primer dari quesioner 2010
Berdasarkan tabel frekwensi diatas maka dapat dijelaskan bahwa yang mengetahui bahwa ada organisasilembaga lain selain Majelis Ulama Indonesia yang
turut mengawasi dan membimbing umat Islam berjumlah 78 responden 78,8, sedangkan yang tidak mengetahui bahwa ada organisasi lain yang mengawasi dan
membimbing umat Islam berjumlah 21 responden 21,2. Responden yang mengetahui ada lembaga selain MUI yang melakukan pengendalian sosial terhadap
umat muslim memberikan macam-macam jawaban diantaranya ada yang mengatakan Nahdathul Ulama, Muhammadiyah, Al-Washliyah, Persis Persatuan Islam, LDII
lembaga dakwah Islam Indonesia, Departement Agama Indonesia, organisasi kemahasiswaan HMI, KAMMI, PMII.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi masyarakat yang berkonsultasi pada Majelis Ulama Indonesia mengenai suatu permasalahan yang menyangkut urusan agama dan kepentingan umat
Islam dapat diketahui dengan intensitas yang responden lakukan. Berikut ini adalah jawaban dari responden mengenai tanggapan mereka
tentang konsultasi dengan lembaga Majelis Ulama Indonesia terkait permasalahan yang menyangkut agama dan ummat Islam yang dapat dilihat dalam bentuk tabel
distribusi frekwensi dibawah ini: Tabel. 26 Distribusi Jawaban Tentang Tingkat Intensitas
Responden ke MUI Medan No Tingkat intensitas
Frekwensi f Persentase
1 Sering
- -
2 Kadang-kadang
9 9,0
3 Tidak pernah
90 90,9
Jumlah 99
100 Sumber : data primer dari quesioner 2010
Dari tabel distribusi frekwensi diatas menjelaskan bahwa responden yang mengatakan sering melakukan konsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia tidak ada
sama sekali, dan yang mengatakan kadang-kadang berjumlah 9 responden 9,0, sedangkan responden yang mengatakan tidak pernah berkonsultasi berjumlah 90
responden 90,9.
Universitas Sumatera Utara
4.9. Pembahasan