Sejarah Berdirinya Majelis Ulama Indonesia

4.1.2. Sejarah Berdirinya Majelis Ulama Indonesia

Majelis Ulama Indonesia adalah lembaga yang mewadahi ulama, dan cendekiawan Islam di Indonesia, yang berfungsi untuk membimbing, membina, dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zuama yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Yang diantaranya meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 provinsi di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu: NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al-Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, di hadiri juga oleh 4 orang ulama dari dinas-dinas pemerintahan seperti; Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan POLRI, serta 13 orang cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan. Dalam musyawarah yang diadakan oleh ormas-ormas Islam yang ada di provinsi Indonesia dan, dinas pemerintahan tersebut, maka dihasilkan sebuah kesepakatan yang berguna untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama, dan cendekiawan muslim, yang dimana hasil dari kesepakatan tersebut dihasilkan dalam sebuah “Piagam berdirinya Majelis Ulama Indonesia” yang ditandatangani oleh semua paserta musyawarah yang hadir yang kemudian disebut dengan Musyawarah Nasional Ulama I. Adapun hasil dari Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia yang ke VIII yang bertepatan pada Milad yang ke 35 diadakan di Jakarta Convention Center, Universitas Sumatera Utara Jakarta pada hari Minggu tanggal 25 Juli 2010 yang menghasilkan beberapa butir- butir penting: diantaranya mengenai kepengurusan Majelis Ulama Indonesia pusat dan beberapa fatwa yang disepakati untuk dikeluarkan. Mengenai kepengurusan Majelis Ulama Indonesia Pusat periode 2010 – 2015 diketuai oleh Ma’ruf Amin, dan wakil ketuanya oleh Prof Din Syamsudin. Penting untuk diketahui bahwa didalam struktur keorganisasian Majelis Ulama Indonesia terdiri oleh 16 Bidang, masing-masing diketuai oleh seorang ketua yang membidangi masing-masing bidang Waspada 27 Juli 2010:1. Ke 16 Bidang itu adalah meliputi: 1 Bidang Fatwa 2 Bidang Ukhuwah Islamiyah 3 Bidang Dakwah 4 Bidang Pendidikan dan Kaderisasi 5 Bidang Pengkajian dan Kaderisasi 6 Bidang Pengkajian dan Penelitian 7 Bidang Hukum dan Undang-undang 8 Bidang Perekonomian dan Produk Halal 9 Bidang Pemberdayaan Ekonomi 10 Bidang Pemberdayaan Perempuan 11 Bidang Keluarga dan Perlindungan Anak 12 Bidang Remaja dan Seni Budaya 13 Bidang Kerukunan Umat Beragama 14 Bidang Hubungan dan Kerjasama Internasional 15 Bidang Informasi dan Komunikasi dan, Universitas Sumatera Utara 16 Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam. Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat. Melihat kondisi seperti ini Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugas-tugas para Nabi Warasatul Anbiya. Maka mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui suatu lembaga yang disebut dengan Majelis Ulama Indonesia MUI, seperti yang pernah dilakukan oleh para ulama Islam pada zaman penjajahan dan perjuangan kemerdekaan. Satu hal yang patut untuk disyukuri karena pada saat ini bangsa Indonesia terlepas dari penjajahan yang dilakukan kolonial, sehingga pada saat ini bangsa Indonesia bisa menikmati kemerdekaan. Namun di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi pada saat ini yang tumbuh dengan pesat akan memberikan dampak bagi masyarakat, dampak positifnya adalah terciptanya manusia yang melek akan teknologi, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta melemahkan peran agama dalam kehidupan umat manusia, yang pada akhirnya jika hal ini dibiarkan terus menerus maka akan menciptakan paham-paham liberal yang lebih memisahkan hal yang bersifat sakral aspek religius dengan hal yang bersifat profan aspek kedunian. Universitas Sumatera Utara Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Hal terjadi karena disebabkan sempitnya cara pandang ummat terhadap suatu hal yang disertai oleh minimnya akan pengetahuan mereka mengenai ilmu agama. Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok ananiyah hizbiyah yang berlebihan. Keberadaan MUI saat ini, makin dirasakan kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam. Majelis Ulama Indonesia menyadari mengenai tugas yang mereka jalankan semata-mata untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, adapun diantara tugas yang mereka jalankan berupa memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan masyarakat dengan cara pandang yang Islami kepada pemerintah dan masyarakat, menciptakan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa, menjadi penghubung antara ulama dan pemerintah, serta sebagai wadah yang menaungi ummat dalam bidang kehidupan beragama yang dilakukan dengan mengadakan konsultasi dan memberikan informasi timbal balik. Majelis Ulama Indonesia pusat adalah induk dari majelis-majelis ulama yang berada di wilayah-wilayah Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara Indonesia. Adapun majelis-majelis ulama yang berada di wilayah provinsi merupakan cabangnya Majelis Ulama Indonesia pusat, sedangkan cabang dari Majelis Ulama Universitas Sumatera Utara Indonesia pusat berada di wilayah Kabupaten dan Kota Madya. Adapun kedudukan Majelis Ulama Indonesia kota Medan merupakan salah cabang dari Majelis Ulama Indonesia Sumatera utara, yang berlokasi di wilayah kota Medan beralamatkan di jalan Nusantara no.3 tepatnya berada di kecamatan Medan kota kelurahan kota matsum III, yang diketuai oleh Prof Muhammad Hatta. Didalam kedudukannya sebagai organisasi keagamaan Majelis Ulama Indonesia kota Medan juga mempunyai tugas dan fungsi yang tidak jauh berbeda dari majelis-majelis yang ada di wilayah manapun bahkan majelis pusat, yang membedakannya hanya kedudukannya berdasarkan lokasi dan struktur keorganisasian saja. Dalam menjalankan peran dan fungsinya Majelis Ulama Indonesia selalu beracuan pada hukum-hukum Islam yang diterapkan pada kondisi kehidupan sehari- hari anggota masyarakat muslim.

4.1.3. Karakteristik Kelurahan Kota Maksum IV Dan Sei Rengas Permata