Latar Belakang Masalah KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

17 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya proses globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia serta nampaknya setiap negara menjadi terintegrasi, maka kegiatan atau aktivitas ekonomi pun sekarang juga telah menjadi satu kesatuan yang global globally unified. Perubahan yang terjadi pada ekonomi suatu negara, secara cepat mempengaruhi ekonomi negara lain terutama negara-negara yang menjadi partner ekonomi atau mempunyai hubungan ekonomi yang sangat erat. Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini. Hal tersebut terjadi akibat semakin besarnya volume dan keanekaragaman barang dan jasa yang akan diperdagangkan di negara lain. Oleh karena itu upaya untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului upaya untuk menentukan kurs valuta asing pada tingkat yang menguntungkan. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan internasional karena kurs valuta asing berpengaruh besar terhadap biaya dan manfaat dalam perdagangan internasional Hadori Yunus 2006. Posisi penting kurs valuta asing dalam perdagangan internasional mengakibatkan berbagai konsep yang berkaitan dengan kurs valuta asing mengalami perkembangan dalam upaya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing. Konsep-konsep yang berkaitan dengan 18 penentuan kurs valuta asing mulai mendapat perhatian besar dari ahli ekonomi terutama sejak kelahiran kurs mengambang pada tahun 1973. Sejak saat itu kurs valuta asing dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi variabel-variabel yang mempengaruhinya Tri Wibowo dan Amir Hidayat 2005. Perubahan-perubahan dalam aktivitas ekonomi ini biasanya tercermin dalam perubahan atau fluktuasi nilai mata uang. Dan tentu saja, konsekuensinya bagi perusahaan-perusahaan multinasional atau perusahaan-perusahaan eksportir atau importir akan menghadapi kecemasan-kecemasan dalam hal devaluasi atau revaluasi. Belum lagi mengantisipasi aktivitas para spekulan mata uang yang kadang cukup signifikan mempengaruhi nilai mata uang Tri Wibowo dan Amir Hidayat 2005. Tentu saja perubahan-perubahan kurs yang fluktuatif di dalam negeri dan luar negeri tidak dapat terlepas dari pengawasan Bank Indonesia dan Bank Dunia. Inilah fungsi dari Bank Indonesia untuk mengatur kebijakan moneter di dalam negeri yang membuat nilai tukar kurs Rupiah tetap stabil Tri Wibowo dan Amir Hidayat 2005. Perbankan merupakan salah satu faktor ekonomi yang sangat penting perannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia terutama dalam menghadapi era pasar bebas dan globalisasi, baik sebagai perantara antara sektor defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam hal ini masih dibebankan pada bank-bank pemerintah Dedy,2003:3. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit 19 atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Bank memiliki fungsi yaitu untuk menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat, oleh karena itu bank harus memiliki kinerja yang baik yang di capai dari semua aktivitas usahanya Martono 2004. Bank Indonesia BI adalah lembaga negara yang independen. Pemerintah atau pihak lainnya dilarang melakukan campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia wajib menolak atau mengabaikan segala bentuk campur tangan. Pelanggaran terhadap larangan campur tangan maupun terhadap kewajiban untuk menolak campur tangan, di ancam penjara minimal 2 tahun dan maksimal denda minimal Rp 2 Milyar dan maksimal Rp 5 Milyar Undang-Undang No. 23 Tahun 199 Tentang Bank Indonesia Pasal 67,68. Bank Indonesia Masih sangat melekat dalam ingatan kita bersama atas pengaruh krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, dimana hampir seluruh lapisan masyarakat harus ikut menanggung akibatnya. Jumlah pengangguran yang meningkat tajam, kurs nilai tukar yang tidak stabil, serta tipisnya kadar kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan merupakan faktor-faktor yang masih terus diupayakan perbaikannya. Bank Indonesia Krisis dimaksud tidak terlepas dari kurangnya kesiapan infrastruktur dalam sistim keuangan Indonesia dalam mengantisipasi tekanan-tekanan yang berasal dari external atau pasar internasional, serta belum adanya prosedur resolusi dari krisis yang bersifat baku dan diterima oleh semua pihak. Bank Indonesia 20 Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional SPN. Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal robust. Jadi, semakin lancar dan handal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar. Bank Indonesia BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan oversight atas SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem systemically important, bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement BI-RTGS. Bank Indonesia Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. Bank Indonesia Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di Indonesia. BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak- 21 pihak yang dapat menerbitkan atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko, efisiensi serta tata kelola governance SPN. Bank Indonesia Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran BI dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar clean money policy. Untuk mewujudkan clean money policy tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang. Bank Indonesia Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik serta masa edar uang. Selain itu dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang 22 yang akan dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan tersebut kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan. Bank Indonesia Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau diedarkan di seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang Rupiah di setiap kantor Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu tertentu. Kegiatan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan darat, laut dan udara. Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa dilakukan baik melalui pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem monitoring. Bank Indonesia Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket- loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil. Bank Indonesia Kebijakan pengendalian inflasi hingga saat ini masih menjadi perhatian utama kebijakan perekonomian nasional terutama yang selama ini dijalankan oleh otoritas moneter di dalam negeri Iswardono, 2001. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, pihak Bank Indonesia menerapkan model inflation targetting ke dalam rumusan kebijakan pengendalian perekonomian nasional. Kebijakan ini 23 lebih banyak mengkonsentrasikan pencapaian sasarannya dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter, yaitu instrumen tingkat suku bunga Suhaedi, et al, 2000. Instrumen lainnya juga dilakukan untuk dapat mengendalikan jumlah peredaran uang atau jumlah uang beredar. Pada aspek yang lebih luas, pihak otoritas moneter juga tidak mengabaikan instrumen kebijakan yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing USDollar. Berdasarkan sasaran kebijakan moneter yang saat ini sedang dijalankan oleh pihak otoritas moneter Bank Indonesia, akan dilakukan analisis terhadap pengaruh jumlah uang beredar, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, dan tingkat suku bunga terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Teori yang digunakan untuk membentuk model penelitian didasarkan pada teori permintaan uang dari Keynes, teori inflasi, dan teori paritas daya beli yang dikemukakan oleh Cassel pada tahun 1922. Model yang dituliskan adalah model yang sebelumnya digunakan oleh Sasana 2004 yang selanjutnya dimodifkasi dengan memfokuskan pada tiga variabel yang mempengaruhi inflasi, yaitu jumlah uang beredar, nilai tukar Rupiah, dan tingkat suku bunga. Kita ketahui di Indonesia terdapat dua jenis bank ditinjau dari prinsipnya. Yang pertama adalah bank konvensional. Bank konvensional adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang kedua adalah bank syariah. Bank syariah adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka mensejahterakan rakyat dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. 24 Jika dicermati dari pengertian kedua macam bank di atas, sekilas tidak ada perbedaan dalam tujuannya, namun walaupun keduanya diregulasi oleh Bank Indonesia, prinsip yang membedakan kedua bank tersebut. Bank konvensional dalam menjalankan aktivitasnya memakai bunga sebagai pendapatan dalam memperoleh keuntungan. Bunga dalam bank konvensional didapat dari pendapatan bank yang disebut interest margin. Pada pemberian kredit yang dilakukan bank konvensional, unsur bunga sangat berperan penting. Dengan demikian bahwa bunga dalam bank konvensional diakui sebagai pendapatan bank konvensional. Tetapi, tingkat suku bunga yang fluktuatif kadang-kadang menjadi masalah di bank konvensional dalam memberikan atau mengajukan persentase bunga dari pemberian kredit yang dilakukan. Dahlan Siamat 2004 Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. Dahlan Siamat 2004 Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda dengan perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan terbukti mampu bertahan pada saat krisis moneter. Bahkan, sistem perbankan syariah saat ini lebih berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi kalangan pengusaha sebagai pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Martono 2004 25 Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi Intermediary institution, yaitu menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian keuntungan Profit lost sharing principle. Martono 2004 Berdasarkan sudut pandang teori makroekonomi, ada empat faktor yang bisa mempengaruhi nilai tukar, yaitu tingkat suku bunga, tingkat inflasi, peredaran uang dan neraca pembayaran. Ketiga faktor yang pertama merupakan faktor- faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi atau menentukan nilai tukar. Sedangkan neraca pembayaran merupakan faktor yang cukup kompleks, karena dalam pendekatannya mempertimbangkan lebih banyak faktor ekonomi dibanding ketiga lainnya yang diatas. Hadori Yunus 2006 Beban bunga utang pemerintah merupakan salah satu dampak dari tingkat inflasi, suku bunga, jumlah uang yang beredar dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Tahun lalu pemerintah Indonesia menikmati penurunan beban bunga utang yang didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah sejak September 2009. Meski nilai tukar Rupiah tahun ini diprediksi bisa menembus level di bawah Rp 9.000 per Dollar AS, pemerintah belum bisa memastikan beban bunga utang pada tahun 2010 bisa lebih rendah bi.go.id. Pemerintah menilai penghematan 2009 dapat terjadi karena stabilitas ekonomi sangat terjaga yang mengakibatkan meningkatnya kepercayaan pasar 26 terhadap pengelolaan fiskal yang kredibel dan pengelolaan utang yang hati-hati prudent. Ini menyebabkan penurunan biaya pinjaman. Sementara terjadi penguatan nilai mata uang Rupiah. Untuk tahun 2010 ini belum ada kemungkinan perhitungan penghematan biaya pembayaran utang. “Asumsi nilai tukar baru akan di muthakirkan, jadi kami belum mau berspekulasi berapa penurunannya,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Anggito Abimayu. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, perubahan asumsi nilai tukar Rupiah akan mengubah postur anggaran negara. Salah satunya adalah biaya pembayaran utang. “Kita lihat nanti, tetapi yang jelas seluruh postur pasti akan berubah,” ujar Sri Mulyani. Dalam APBN 2010, asumsi nilai tukar Rupiah di tetapkan Rp10.000 per Dollar AS. Menurut Ekonom Bank Danamon, Helmi Arman, perubahan asumsi nilai tukar Rupiah menjadi Rp9.500 per Dollar AS cukup realistis. Dampak perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS ini cukup mempengaruhi dunia perbankan apabila nasabahnya menabung dengan valas atau transaksi valas, banyak bank-bank yang tutup atau terkena likuidasi akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS karena harus menanggung beban bunga nasabahnya. Atas dasar inilah penulis mengambil judul skripsi “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, SBI, Jumlah Uang Yang Beredar, dan Tingkat Pendapatan Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika”. 27

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Perubahan BI rate, Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, Inflasi, IHSG dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Tingkat Pengembalian Saham PT. bank Mandiri (Persero) Tbk

3 10 115

ANALISIS INTERDEPENDENSI JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI,NILAI TUKAR DAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA.

2 12 17

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Surakarta Tahun 1995-2014.

0 3 11

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR (KURS) DOLAR AMERIKA / RUPIAH (US$/RP), INFLASI, BI RATE, DAN JUMLAH UANG BEREDAR Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika / Rupiah (US$/Rp), Inflasi, BI Rate, Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham Pada Peru

0 2 15

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR (KURS) DOLAR AMERIKA / RUPIAH (US$/RP), INFLASI, BI RATE, DAN JUMLAH UANG BEREDAR Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika / Rupiah (US$/Rp), Inflasi, BI Rate, Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham Pada Peru

1 4 17

PENGARUH INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), TINGKAT SUKU BUNGA SBI (BI RATE), DAN NILAI TUKAR (KURS) TERHADAP INDEKS Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga SBI (BIRATE), dan Nilai Tukar (KURS) terhadap Indeks Harga Saham di Jaka

0 2 19

PENGARUH INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), TINGKAT SUKU BUNGA SBI (BI RATE), DAN NILAI TUKAR (KURS) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga SBI (BIRATE), dan Nilai Tukar (KURS) terhadap Indeks Harga S

0 3 16

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR ( KURS) DOLAR AMERIKA/ RUPIAH (US$/ Rp), INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA Analisis Pengaruh Nilai Tukar ( Kurs) Dolar Amerika/ Rupiah (US$/ Rp), Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga

0 2 15

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR ( AMERIKA/ RUPIAH (US$/ Rp), Analisis Pengaruh Nilai Tukar ( Kurs) Dolar Amerika/ Rupiah (US$/ Rp), Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indon

0 1 17

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), INFLASI, SUKU BUNGA (SBI), PENDAPATAN TERHADAP FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PERIODE 2005-2013.

0 1 2