44
c. Jenis inflasi berdasarkan asalnya Berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu inflasi yang
timbul dari dalam negeri dan inflasi yang timbul dari luar negeri. Inflasi yang berasal dari dalam negeri domestic inflation timbul karena terjadi
defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya, pemerintah biasanya mencetak
uang baru. Selain itu, kenaikan harga juga disebabkan musim paceklik gagal panen, bencana alam yang berkepanjangan, dan sebagainya.
Inflasi yang berasal dari luar negeri disebabkan negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi. Jika
harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal. Dengan demikian, jika negara lain harus mengimpor barang tersebut, harga
jualnya di dalam negeri tentunya bertambah mahal.
4. Teori yang Berkaitan dengan Inflasi
Terdapat tiga teori yang menerangkan mengenai inflasi, yaitu sebagai berikut :
a. Teori Kuantitas Teori kuantitas mengatakan bahwa penyebab utama dai inflasi adalah
pertambahan jumlah uang yang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa yang akan datang.
45
b. Teori Keynes Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar
batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaaan
agregat yang lebih besar dari pada jumlah barang yang tersedia. Selama kesenjangan gap inflasi masih tetap ada, selama itulah inflasi terus
berlanjut. c. Teori Strukturalis atau teori inflasi jangka panjang
Teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekauan struktur ekonomi, khususnya kestabilan suplai bahan makanan dan
ekspor. Karena sebab-sebab struktural, penambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat dibandingkan dengan pertumbuhan
kebutuhannya sehingga kenaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain
sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan bila pembangunan sektor penghasilan bahan pangan dan industri barang ekspor dibenahi
atau ditambah.
5. Hubungan antara Inflasi dengan Nilai Tukar Rupiah.
Peneliti ekonomi Bank Indonesia, Akhis R. Hutabarat 2006, menyatakan tatkala inflasi bertahan tinggi, upaya menurunkannya pun menjadi
mahal, karena Bank Indonesia perlu menaikkan suku bunga untuk memperketat likuiditas uang di dalam perekonomian. Hal itu dilakukan melalui kebijakan
moneter Bank Indonesia dalam menentukan tercapainya kestabilan moneter.
46
Apabila kebijakan tersebut tidak mampu menekan laju inflasi maka akan berdampak naiknya suku bunga pinjaman yang dibebankan atas kredit kepada
nasabahnya. Upaya ini dilakukan agar jumlah uang yang beredar akibat inflasi dapat dikendalikan.
Pendapat ekonom Bank Indonesia tersebut sesuai dengan salah satu teori mengenai akibat buruk inflasi yang menyatakan bahwa akibat buruk inflasi akan
mengakibatkan kenaikan tingkat bunga dan akan mengurangi investasi. Akibat dari inflasi maka nilai dari uang atau modal bank akan menurun, untuk
menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan, institusi keuangan dalam hal ini yaitu Bank Indonesia akan menaikkan tingkat bunga ke atas
pinjaman-pinjaman mereka. Makin tinggi inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunga yang akan ditentukan. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi
kegairahan penanam modal untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. Sadono Sukirno,2000:307-308
Dari keterangan diatas kita ketahui bahwa inflasi akan menyebabkan terjadinya perubahan tingkat harga yang berbanding lurus dengan jumlah uang
yang beredar, dan jumlah uang yang beredar diatur oleh bank sentral melalui kebijakan moneter, kemudian kebijakan moneter itu akan berimbas kepada suku
bunga pinjaman suku bunga kredit. Hubungan-hubungan tersebut akan diuraikan lebih lanjut yaitu dengan teori-teori sebagai berikut:
a. Teori Kuantitas Uang Persamaan pertukaran dari Irving Fisher Teori ini dikembangkan oleh Irving Fisher. Ia berpendapat bahwa
perubahan jumlah uang yang beredar M berbanding lurus dengan
47
perubahan harga-harga P. Teori ini didasarkan pada persamaan sebagai berikut :
MV = PT
Dengan asumsi
V
dan
T
tetap
Keterangan : M = Jumlah uang yang beredar V = Velocity of circulation atau laju peredaran uang
P = Tingkat harga umum T =Jumlah yang diproduksi baik produk jadi maupun
produk setengah jadi Jika M meningkat sebesar x, maka P juga akan meningkat
sebesar x. Begitu pula sebaliknya, jadi dengan kata lain untuk menurunkan tingkat harga umum yang berlaku sebesar x peredaran uang
ditarik x pula. Kemudian untuk mengatasi jumlah uang yang beredar tersebut
dapat dilakukan dengan kebijakan moneter.
48
b. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah melalui bank sentral guna mengatur jumlah uang yang beredar dan tingkat bunga dalam jumlah yang wajar dan aman. Salah satu
kebijakan moneter yang digunakan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar yaitu dengan operasi pasar terbuka. Dalam hal ini bank
sentral mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan cara memperjualbelikan surat-surat berharga. Apabila jumlah uang yang
beredar terlalu banyak, bank sentral akan menjual surat berharga atau menaikkan suku bunga simpanan pada bank sentral di Indonesia
namanya SBISertifikat Bank Indonesia. Sebaliknya bila jumlah uang yang beredar relatif sedikit dan
investor sulit mendapatkan pinjaman dari bank umum, bank sentral membeli surat berharga tersebut dari bank umum dan menurunkan suku
bunga simpanan pada bank sentral. Sertifikat Bank Indonesia adalah instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan tolak ukur oleh bank-
bank pemerintah, swasta nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada masing-
masing nasabahnya.
D. Tingkat Suku Bunga 1. Pengertian Suku Bunga