Tinjauan Kepustakaan Kerangka Konseptual

kepada objek permasalahan tersebut, yang menjadi subjek penelitian penulis adalah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji KBIH Nurul Fawz dan KBIH Al-Ikhlash karena dua KBIH ini merupakan KBIH paling laris di kota Tangerang.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam study pendahuluan ini penulis mengeksplorasi beberapa karya ilmiah sebagai berikut : Judul dan penulis Temuan Metode Dewi Siti Fatimah, Skripsi, 2006 “ Kajian Hukum Islam Terhadap Tabungan Haji pada Bank Konvensional “ Diperbolehkan menabung di bank konvensional jika dalam keadaan darurat seperti tidak adanya bank syariah di daerah tersebut Library research dan field research Zafrullah Hidayat, tesis, 2006 “ Akad Qard Dana Talangan Haji dan Ijarah Pengurusan Pendaftaran Haji Sebagai Perjanjian Kredit Pada Bank Syariah “ • Adanya klausul yang berlawanan dengan syarat sahnya ijab kabul • Kedudukan nasabah sangat lemah dalam perjanjian akad qard bank syariah mandiri Wawancara dan data kepustakaan Syarifudin Mahfudz, tesis, 1998 “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja KBIH Dalam Penyelenggaraan dan Pembinaan Haji di DKI Jakarta “ Kondisi kelembagaan KBIH tidak dapat dikatakan berpengaruh terhadap kinerja KBIH dalam penyelenggaraan dan pembinaan haji Statistic sederhana tabulasi frekuensi, tabulasi silang dan teknik analisis kualitatif . Perbedaan distingsi karya ilmiah saya dengan karya-karya ilmiah yang tersebut di atas adalah saya akan lebih membahas tentang pengelolaan dana bimbingan haji pada KBIH yang menjadi tempat penelitian saya, kemudian permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh KBIH yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dalam pengelolaan dana bimbingan haji tersebut.

F. Kerangka Konseptual

Lahirnya UU RI nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji memberikan tiga isu penting yaitu : 1. Manajemen Pengelolaan dan Pengembangan Aset dari biaya penyelenggaraan ibadah haji BPIH 2. Manajemen pengelolaan dana abadi umat DAU 3. Badan baru yang akan mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji, yaitu Komisi Pengawas Haji Indonesia KPHI. Ketiga isu itu perlu mendapat perhatian ekstra, terutama dari cara Departemen Agama merumuskan tujuan, indikator, dan mekanisme pengelolaan dana serta lembaga tersebut dalam skema implementasi yang sesuai dengan Undang-Undang 9 9 “ Undang-Undang Haji pro publik “ Artikel diatas diakses pada tanggal 1 september 2009 dari http:www.indonesia.go.ididindex.php?option=com_contenttask=viewid=10267Itemi d=682 Jika ketiga isu itu dikelola secara baik dalam sebuah kerangka manajemen yang transparan dan akuntabel, sebagai sebuah kebijakan publik haji diharapkan dapat dilaksanakan dengan mengacu pada asas dan tujuan, sebagaimana diterakan dalam UU Nomor 13 Tahun 2008. Karena itu, kerangka manajemen kebijakan penyelenggaraan ibadah haji yang akan dituangkan dalam produk hukum turunannya berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Agama, dan Peraturan Daerah harus mengacu pada asas dan tujuan tersebut. Transparansi dalam pengelolaan dana haji yang begitu besar sangat diperlukan agar tidak terjadi penyelewengan, besarnya dana haji bisa membuat orang tergiur untuk menyelewengkannya. Setiap tahun kuota yang disediakan oleh Departemen Agama adalah sebanyak 210.000 porsi 10 , jika satu orang dikenakan biaya BPIH sebesar Rp.35.000.000,00 maka akan ada dana sebesar Rp.7.350.000.000.000, belum lagi dana jamaah yang mengendap selama beberapa tahun karena tidak kebagian porsi, tentunya dana tersebut sudah masuk, oleh karena itu agar tidak terjadi fitnah maka kita harus mengetahui kebijakan pengelolaan dana haji tersebut. Kemudian tentang pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji KBIH yang merupakan mitra dari Departemen Agama dalam hal bimbingan 10 “ Pemerintah dan DPR sepakati BPIH “ Artikel diatas diakses pada tanggal 1 september 2009 dari http:www.wikipedia.go.ididindex.php?option tentang ibadah haji, dalam pelaksanaannya bimbingan membutuhkan biaya yang dipungut dari tiap calon jamaah haji yang ikut dalam KBIH tersebut, selama ini orang beranggapan bahwa KBIH mendapatkan untung yang sangat besar dari pungutan biaya untuk bimbingan tersebut, padahal belum tentu KBIH mendapatkan keuntungan yang besar, bahkan bisa saja malah mendapatkan kerugian.

G. Sistematika Penulisan