3. Sejarah Haji
Ibadah haji adalah ibadah yang hampir sama tuanya dengan ibadah shalat, puasa dan zakat. Ibadah yang diwajibkan atas manusia pertama, Adam.
Sebuah riwayat, bahkan menuturkan, sebelum diperintahkan kepada Adam, haji merupakan ibadah yang diperintahkan Allah kepada para malaikat. Allah
memerintahkan malaikat untuk membangun ka’bah di Bakkah sekarang lebih dikenal dengan nama Makkah , dan kemudian melakukan thawaf
berputar mengelilingi Ka’bah .
20
Abu al Hasan ar ridha pernah ditanya tentang waktu haji,” kenapa waktunya ditetapkan pada tanggal 10 Zulhijah ?” imam menjawab, “ yang
pertama kali melaksanakan haji di Baitullah adalah para malaikat, dan mereka bertawaf disana pada waktu tersebut, maka Allah SWT menetapkan itu
sebagai sunah dan waktu pelaksanaan haji sampai hari kiamat. Para nabi seperti nabi Adam as,. Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as., Nabi Isa as., Nabi
Musa as., dan Nabi Muhammad saw., juga melaksanakan haji pada waktu tersebut, lalu dijadikan sunah untuk anak-cucu keturunan mereka sampai hari
kiamat.
21
4. Sekilas Tentang Perjalanan Penyelenggaraan Haji Indonesia
20
“ Perintah Allah untuk berhaji “, Panduan Haji, Republika, Jakarta, h.11, t.th
21
Husain Mazhahiri, Hajinya Para Nabi dan Malaikat, Jakarta : Zahra,2006 H.111
Pengaturan penyelenggaraan haji Indonesia telah dilakukan sejak zaman penjajahan hingga saat ini. Bedanya, kalau di zaman penjajahan
mengandung nuansa politik yang sangat kental, yaitu di satu sisi untuk mengambil hati kaum Muslimin Indonesia di sisi lain dimaksudkan untuk
mengawasi dan mengendalikan para hujjaj agar tidak merugikan kepentingan kolonial. Untuk maksud tersebut, pemerintah Belanda antara lain menetapkan
ketentuan-ketentuan yang memberatkan kepada para jamaah dan membuka kantor Konsulat di Jeddah pada tahun 1872.
22
Sedangkan pada zaman kemerdekaan pengaturan penyelenggaran haji dimaksudkan untuk memberi
kemudahan dan perlindungan terhadap jamaaah haji. Hanya saja dari waktu ke waktu penyelenggaraan haji tersebut tetap tidak sepi dari persoalan. Persoalan
itu pada umumnya disebabkan oleh ulah pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan pribadi atau kelompok, baik melalui penipuan, pemerasan,
penyimpangan dari ketentuan yang berlaku atau cara-cara lain yang merugikan jamaah.
Sebagai ilustrasi mengenai persoalan yang pernah timbul dalam penyelenggaraan haji sejak masa kemerdekan :
1. Sejalan dengan penyempurnaan penyelenggaraan haji pada waktu lalu,
didirikan PT Arafat, perusahaan angkutan jamaah haji dengan kapal
22
M. Shaleh Putuhena, Historiografi Haji Indonesia, Yogyakarta : LKIS Yogyakarta, 2007 H. 257
laut. Namun dalam perjalanannya, ditemukan adanya kelemahan, penyimpangan dan penipuan, sehingga banyak jamaah haji yang
dirugikan dan bahkan tidak dapat melaksanakan ibadah haji. Terjadinya penyimpangan, penipuan dan kericuhan antara lain
disebabkan oleh adanya sistem kuota, seleksi dan undian. Selain itu, muncul pula persaingan yang tidak sehat antara penyelenggara haji
swasta dan kesulitan tehnis administrasi. 2.
Ikut sertanya yayasan-yayasan yang tidak berpengalaman juga turut memperburuk persoalan penyelenggaraan haji. Kasus Mukersa Haji
dengan Oriental Queen mengenai pembayaran biaya carter kapal yang tidak lunas dan kasus Yayasan Al Ikhlas yang memberangkatkan haji
tanpa dokumen lengkap dan pengurusan dana yang tidak benar, serta Kasus Yayasan Mu’awanah Lil Muslimin YAMU’ALIM di
Semarang merupakan
contoh kasus
yang muncul
dalam penyelenggaraan haji masa lalu.
3. Sedangkan penelantaran jamaah haji ONH Plus di Arab Saudi pada
beberapa tahun belakangan ini karena tidak dibekali dengan tiket pulang dan atau ditempatkan di pemondokan yang tidak layak
merupakan salah satu contoh kasus yang terjadi di masa kini. 4.
Kasus-kasus menonjol lainnya yang pernah terjadi di Arab Saudi, seperti
permainan caloperantara
dalam pengadaan
rumah pemondokan dan catering, permainan pungutan dam, dan masih
banyak lagi persoalan yang yang tidak dapat disebut satu-persatu dalam paparan ini.
Pengaturan penyelenggaraan ibadah haji paska kemerdekaan mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan situasi dan tuntutan
pada zamannya, yang dapat diurut sebagai berikut :
TAHUN PENGATURAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
19491950 Pemberangkatan haji pertama ke Arab Saudi
1950-1962 Penyelenggaraan haji dilaksanakan secara bersama-sama oleh
Pemerintah dan Yayasan Perjalanan Haji Indonesia YPHI yang didirikan tanggal 21 Januari 1950 dengan pengurusya terdiri dari
para pemuka Islam berbagai golongan
1962-1964 Pemerintah membentuk dan menyerahkan penyelenggaraan haji
Indonesia kepada Panitia Perbaikan Perjalanan Haji P3H . Pada periode inilah dimulai penyelenggaraan haji Indonesia dengan
suatu panitia yang bersifat inter-departemental ditambah dengan wakil-wakil BadanLembaga Non Departemen, yang kemudian
ditingkatkan menjadi tugas nasional, yang dimasukkan dalam tugas dan wewenang Menko Kompartimen Kesejahteraan, dengan
demikian, urusan haji yang tadinya berbentuk Panitia Negara P3H berubah menjadi Dewan Urusan Haji DUHA
1965-1966 Dewan Urusan Haji menjadi Departemen Urusan Haji dipimpin
oleh seorang Menteri dibantu oleh beberapa Deputi Menteri. Pada tahun 1966 Departemen ini digabungkan ke Departemen Agama
menjadi Direktorat Jenderal Urusan Haji Departemen Agama dan sejak tahun 1979 hingga sekarang menjadi Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggaraan haji
1969 Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No.22 tahun 1969
dan instruksi Presiden No.6 tahun 1969 yang mengatur penyelenggaraan haji hanya oleh Pemerintah, yang dilaksanakan
Departemen-Departemen dan Lembaga-Lembaga lain yang terkait di bawah koordinasi Departemen Agama
1978 Transportasi haji ke Arab Saudi ditetapkan hanya dengan pesawat
udara
1999 Lahir Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tahun 1999
tentang penyelenggaraan haji yang merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan haji Indonesia
2008 Lahir Undang-Undang Republik Indonesia No.13 tahun 2008
tentang penyelenggaraan ibadah haji sebagai pengganti Undang- Undang No.17 tahun 1999 tentang penyelenggaraan ibadah haji
Kaum Muslimin Indonesia memahami haji sebagai suatu urusan ibadah yang mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lainnya. Pandangan seperti
itu memengaruhi interpretasi calon haji dan merupakan suatu motivasi baginya untuk melaksanakan ibadah haji. Oleh karena perjalanan haji memerlukan biaya yang tidak
sedikit dan pelaksanaan haji harus sesuai dengan petunjuk agama maka calon haji harus bekerja keras mengumpulkan biaya dan belajar manasik haji.
Perjalanan haji pada abad XX lebih baik dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya. Fasilitas perjalanan dan pelaksanaan haji dibenahi dan ditata oleh
pemerintah Hindia Belanda maupun pemerintah di Hijaz. Kondisi perjalanan haji yang demikian merupakan salah satu faktor bertambahnya jumlah jamaah haji. Akan
tetapi, peraturan-peraturan tentang perjalanan haji yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda dianggap menyulitkan jama’ah haji, peraturan-peraturan tersebut
tertuang dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie no 318 tanggal 12 Agustus 1902, yang kemudian diubah dan disempurnakan dengan beberapa staatsblad Nederlandsch-
Indie sesudahnya, keputusan-keputusan tersebut berisi ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut :
1. Kewajiban jamaah haji memiliki pas-haji
2. Prosedur yang dilalui untuk memperoleh pas-haji
3. Pemberian visa
4. Sanksi terhadap yang melanggar aturan
5. Pembayaran pas-haji
6. Tiket haji pergi pulang
23
Oleh karena itu, mereka memandang perjalanan haji melalui pelabuhan
embarkasi yang berada dalam wilayah jajahan Inggris jauh lebih murah dan mudah dibandingkan dengan berangkat dari pelabuhan embarkasi di Hindia Belanda.
B. KBIH