BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji merupakan suatu hal yang menarik untuk diamati dan dicermati, ibadah haji merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim
yang mampu hanya sekali seumur hidupnya, tetapi tetap saja menjadi idaman bagi setiap muslim sehingga jumlah jamaah haji tetap ada bahkan bertambah
banyak. Keislaman seseorang baru bisa dikatakan sempurna apabila ia
menyatakan syahadat, mendirikan shalat, berpuasa Ramadhan, membayar zakat, dan juga melaksanakan ibadah haji
1
Sebagai agama yang paling sempurna Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam, implikasinya kemudian Islam harus disampaikan kepada semua
umat di muka bumi ini dengan cara-cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum syariah. Ali syariati yang dikutip oleh Ahmad
Nizham A.latif Hasan memandang semangat haji sebagai berikut : “ jika ditinjau dari sudut pandang yang praktis dan konseptual, maka
rukun-rukun islam yang terpenting yang memberikan motivasi pada nation
1
“ Perintah Allah Untuk Berhaji “, Panduan Haji, Republika, Jakarta, h.8, t.th
muslim dan yang membantu warga-warganya sadar, merdeka, terhormat serta memiliki tanggung jawab social yaitu diantaranya haji ”
2
Semua amal ibadah dalam Islam, termasuk dalam haji dan umrah yang
terbaik adalah yang terkumpul di dalamnya 2 hal :
3
1. Dikerjakan semata-mata karena Allah, artinya yang menjadi satu-satunya
pendorong dilakukannya ibadah itu adalah mengharapkan ridho Allah SWT, tidak terkait di dalamnya harapan untuk mendapat pujian orang,
gengsi dan lain sebagainya.
2. Dikerjakan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, karena selain
Rasulullah SAW, tidak seorangpun yang mengetahui cara beribadah yang diridhoi oleh Allah SWT.
Indonesia merupakan Negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, data statistic menyebutkan sekitar 80 penduduk Indonesia adalah
muslim, karena itu Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat potensial dalam hal haji, setiap tahunnya tidak kurang dari 200 ribu jamaah
diberangkatkan dari Indonesia ke Tanah Suci Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji
4
Untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang begitu banyak maka Menteri Agama beserta Departemen Agama mengeluarkan beberapa
2
Iberahimsjah,” Berhaji Dari Masa ke Masa “, Sabili, no.20 TH.XVI 23 April 200927 Rabiul Akhir 1430, h.18
3
Habib Thohir bin Abdillah, “ Rahasia Haji Mabrur “ Alkisah, no.21, Jakarta : PT Dian Rakyat Jakarta, 2008, h.28
4
Wawancara langsung dengan Bpk.H.Alimin Idris selaku ketua biro haji dan umrah di Tangerang. Tangerang, 28 Juni 2009
kebijakan mengenai penyelenggaraan haji, pengelolaan dananya dan sebagainya.
Penyelenggaraan pelaksanaan ibadah haji telah lama menjadi satu isu penting yang mengundang banyak perhatian masyarakat. Perhatian tersebut
terutama berkisar pada masalah penyelenggaraan yang dinilai kurang optimal. Tumbuhnya kritik atas pelaksanaan haji bukan tanpa alasan. Kasus-kasus
yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan penyelenggaraan haji dewasa ini kemudian memunculkan kritik tajam yang tidak hanya mempertanyakan
tingkat profesionalisme pengelola, tapi juga mendorong lahirnya berbagai pandangan yang menghendaki perubahan pola penyelenggaraan pelaksanaan
haji yang selama ini menjadi kewenangan Departemen Agama. Sebagian respons masyarakat terkesan mengesampingkan aspek lain dari haji, yaitu
perangkat perundang-undangannya yang jarang tersosialisasi dengan baik. Fakta menyebutkan bahwa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Haji merupakan proses awal dari upaya Pemerintah dalam melakukan perbaikan dan perubahan penyelenggaraan haji.
Namun, dalam kurun waktu 10 tahun setelah proses reformasi politik berlangsung, penyelenggaraan ibadah haji terkesan masih kurang memenuhi
aspirasi reformasi, terutama pada aspek efisiensi dan efektivitas pelayanan, perlindungan, dan keadilan dalam berhaji. Belum lagi persoalan transparansi
dan akuntabilitas publik pelayanan haji yang selalu mendapat sorotan.
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji KBIH merupakan suatu organisasi yang membantu pemerintah dalam hal penyelenggaraan ibadah
haji, saat ini hampir semua orang yang ingin menunaikan ibadah haji menggunakan jasa KBIH, karena dengan KBIH mereka bisa mendapat
berbagai kemudahan, mulai dari pendaftaran sampai kepulangan dari Tanah Suci Mekkah, mereka pun mendapat bimbingan tentang ibadah Haji secara
intensif. Oleh karena itu KBIH pun dalam melaksanakan kegiatannya diperlukan pengelolaan dana yang baik, karena dana yang masuk tidaklah
sedikit, dan mengingat bahwa ibadah haji adalah ibadah yang sangat sakral, dimana setiap kesalahan yang dilakukan walaupun sedikit
akan mendapat balasannya secara langsung. Pemerintah dalam melaksanakan tugas nasional sangat menyadari dan
berbesar hati dengan adanya dukungan masyarakat dan lembaga sosial Islam yang secara langsung atau tidak langsung ikut berpartisipasi dalam
kepentingan perhajian, sebagai sebuah kekuatan ekstra dan partner kerja dalam mewujudkan pembinaan, pelayanan dan perlindungan terhadap
calonjamaah haji. Salah satu dari lembaga tersebut adalah lembaga KBIH yang berkiprah
dalam panggung bimbingan kepada calonjamaah haji sejak tahun 1989 yang secara langsung melibatkan diri dan ikut berperan serta dalam perhajian. Dan
keberadaan mereka benar-benar sangat membantu pemerintah
5
. Walaupun tidak dapat pula menutup mata, adanya sekelompok oknum lembaga ini yang
belum memahami secara sempurna kebijakan pemerintah dalam perhajian, sehingga terkadang menimbulkan kesan kurang searah dan seirama. Untuk
menciptakan kesenadaan tersebut maka dibentuklah peraturan tentang Hak dan Kewajiban Kelompok Bimbingan Ibadah Haji yang telah terealisasi
melalui Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 396 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 371 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh dengan memperhatikan perspektifnya di masa yang akan datang untuk turut
dan berintegrasi dalam pembimbingan jamaah untuk memperoleh haji yang mabrur.
KBIH adalah mitra Departemen Agama dalam hal bimbingan haji, karena Departemen Agama menyadari bahwa tidak mungkin semua calon
jamaah haji Indonesia dapat dibimbing secara baik mengingat jumlah pembimbing dari Departemen Agama terbatas. Untuk itulah Departemen
Agama membutuhkan KBIH sebagai mitra yang membantu calon jamaah
5
Direktur Pembinaan Haji, “ Prospek, Eksistensi Serta Peran KBIH Dalam Pembinaan dan Bimbingan Manasik Haji “. Disampaikan pada acara Seminar Fiqh Haji
tanggal 25-27 Mei 2007 Bogor. H.1
untuk mendapatkan bimbingan tentang ibadah haji baik di dalam maupun diluar negeri.
6
Dalam prakteknya, KBIH membutuhkan dana untuk bimbingan tersebut. biaya operasional bimbingan yang diambil oleh KBIH dari tiap calon
jamaah haji sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh Menteri Agama. Dana yang didapat oleh KBIH tidaklah sedikit, semakin
banyak calon jamaah yang ikut dalam KBIH tersebut maka makin besar pula dana yang masuk. KBIH merupakan lembaga independent. Departemen
Agama tidak ada sangkut pautnya dengan KBIH kecuali yang berkaitan dengan regulasi, segala pengaturan, pengelolaan dana bimbingan haji KBIH
itu sendiri yang mengatur, bahkan Departemen Agama tidak memberikan dana subsidi sedikitpun untuk KBIH.
Berangkat dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai pengelolaan dana bimbingan haji
tersebut. Hal ini mengingat bahwa jika pengelolaannya baik maka pelaksanaannya pun akan baik. Untuk itu penulis ingin membuat skripsi
tentang pengelolaan dana bimbingan haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji KBIH .
6
Direktur Pembinaan Haji, “ Prospek, Eksistensi Serta Peran KBIH Dalam Pembinaan dan Bimbingan Manasik Haji “. Disampaikan pada acara Seminar Fiqh Haji
tanggal 25-27 Mei 2007 Bogor. H.3
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah