Fungsi Pajak Asas Pemungutan Pajak Sistem Pemungutan Pajak

Dari 4 empat pengertian pajak di atas, dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu: a. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang. b. Sifatnya dapat dipaksakan. c. Tidak ada kontraprestasi imbalan yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak. d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah tidak boleh dipungut oleh swasta. e. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah rutin dan pembangunan bagi kepentingan masyarakat umum.

2. Fungsi Pajak

Menurut Waluyo 2008:6, terdapat dua fungsi pajak yaitu fungsi penerimaan budgeter dan fungsi mengatur reguler. a. Fungsi penerimaan budgeter Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi mengatur reguler Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

3. Asas Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi 2003:9-10, terdapat tiga asas pemungutan pajak yaitu asas domisili asas tempat tinggal, asas sumber, dan asas kebangsaan, a. Asas Domisili asas tempat tinggal Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan yang berasal dari luar negeri. Setiap wajib pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia Wajib Pajak Dalam Negeri dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. b. Asas Sumber Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi. c. Asas Kebangsaan Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.

4. Jenis-jenis Pajak

Menurut Ilyas dan Burton 2004:17, terdapat berbagai jenis pajak yang dapat digolongkan menjadi 3 tiga yaitu menurut sifatnya, sasarannyaobjeknya, dan lembaga pemungutannya.

a. Menurut Sifatnya

1 Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu, misalnya Pajak Penghasilan. 2 Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.

b. Menurut Sasaran Objeknya

1 Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak subjeknya. Setelah diketahui keadaaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya Pajak Penghasilan. 2 Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan atau melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.

c. Menurut Lembaga Pemungutannya

1 Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat tersebut dikumpulkan dan dimasukkan sebagai dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Contoh: PPh, PPN dan PPnBM, PBB, PajakBea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Bea Materai. 2 Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Dipenda. Hasil dari pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan dimasukkan sebagai penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Contoh Pajak Daerah Tingkat I Propinsi: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Contoh Pajak Daerah Tingkat II Kabupaten: Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

5. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Erly Suandy 2005:136, sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 tiga macam yaitu official assessment system, self assessment system, dan withholding system. a. Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak di mana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskusaparat pajak. Jadi dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif sedangkan fiskus bersifat aktif. Menurut sistem ini utang pajak timbul apabila telah ada ketetapan pajak dari fiskus. Dengan demikian jika dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka official assessment system sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran formal, artinya utang pajak timbul apabila sudah ada ketetapan pajak dari fiskus. b. Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak di mana wajib pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan jumlah pajak yang terutang. Aparat pajak fiskus hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian jika dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka self assessment system sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran materiil, artinya utang pajak timbul apabila ada yang menyebabkan timbulnya pajak tatbestand . Untuk mensukseskan self assessment system ini dibutuhkan beberapa prasyarat dari wajib pajak, antara lain: 1. Kesadaran wajib pajak Tax consciousness 2. Kejujuran wajib pajak 3. Kemauan membayar pajak dari wajib pajak Tax mindedness 4. Kedisiplinan wajib pajak Tax disciplin c. Witholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang mana besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud disini antara lain pemberi kerja, dan bendaharawan pemerintah.

B. Pendapatan Asli Daerah PAD

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Daerah Dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia Dengan Konsumsi Sebagai Variabel Moderating

1 31 106

Pengaruh Penerapan Alokasi Belanja Modal Terhadap Peningkatan Potensi Pendapatan Asli Daerah Pada Kota Pematangsiantar

6 83 71

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal dan Dampaknya terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan

1 52 87

Kontribusi Penerimaan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemkab/Pemko di SUMUT.

3 62 88

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 66 78

Upaya-Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Melalui Penerimaan Retribusi Terminal Angkutan Penumpang Umum Dan Angkutan Barang Yang Dikelola Dinas Perhubungan Kota Padang Sidempuan

10 96 69

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

2 36 69

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA Pengaruh Anggaran Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

0 1 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL

0 1 23