Muhammad Abduh : Tokoh-tokoh Yang Berperan Penting Dalam Pembaharuan Di Al- Azhar

b. Sekolah-sekolah modern. Kedua tipe tersebut tidak tidak punya hubungan antara satu dengan lainnya, masing- masing berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikannya.Sekolah-sekolah agama berjalan di atas garis tradisional baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapkan. Ilmu Barat tidak diberikan di sekolah-sekolah agama madrasah, dengan demikian pendidikan agama kala itu tidak mementingkan perkembangan intelektual, padahal Islam mengajarkan untuk mengembangkan aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan jiwa yang lain. Sosok Muhammad Abduh melihat segi-segi negatif dari kedua bentuk corak pendidikan tersebut. Beliau memandang bahwa pendidikan dengan tipe pertama tidak dapat dipertahankan lagi, jika dipertahankan juga, menyebabkan ummat Islam akan tertinggal jauh, terdesak oleh arus kehidupan dan pemikiran modern. Sedangkan pemikiran kedua justru adanya bahaya yang mengancam sendi-sendi agama dan moral yang akan tergoyahkan oleh pemikiran modern yang mereka serap. Dari sanalah Muhammad Abduh melihat pentingya mengadakan perbaikan di dua instansi tersebut, sehingga jurang yang lebar bisa di persempit. Dia juga mengatakan, umat Islam harus dinamis.Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern.Kemajuan Islam sebagaimana yang pernah dicapai pada masa-masa keemasannya adalah karena mementingkan pengetahuan. Situasi yang demikian melahirkan pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang pemikiran formal dan nonformal.Dalam bidang pendidikan formal tujuannya yang utama adalah menghapuskan dualisme pendidikan yang tampak dengan adanya dua tipe pendidikan seperti di atas. Untuk itu, beliau bertolak dari tujuan pendidikan yang dirumuskan sebagai berikut: a. Mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya kepada batas-batas kemungkinan seseorang mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat, b. Juga mementingkan pendidikan spiritual agar lahir generasi yang mampu berpikir dan punya akhlak yang mulia serta jiwa yang bersih. Menurut pandangan beliau, pendidikan itu penting sekali, sedangkan ilmu pengetahuan itu wajib dipelajari.Sehingga beliau selalu memikirkan bagaimana alternatif untuk keluar dari stagnasi yang dihadapi sekolah agamanya di Mesir, yakni di Al-Azhar.Abduh berpendapat bahwa pendidikan yang diamatinya cenderung menghasilkan lulusan dan masyarakat yang jumud, tidak transparan, statis, tidak ada perubahan.Hanya dengan meningkatkan mutu pendidikan Islam dan mengemukakan kembali ajaran-ajaran dasar Islam dengan bahasa yang jelas dan tegas, dan pengaaruh-pengaruh yang merusak, dapat keluar dan lenyap. Adapun kurikulum-kurikulum yang disusun oleh muhammad abduh, yaitu: a. Kurikulum Al-Azhar Kurikulum Perguruan Tinggi Al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu.Dalam hal ini, beliau memasukkan filsafat, logika dan ilmu peengetahuan modern ke dalam kurikulum Al-Azhar.Upaya ini dilakukan agar output-nya dapat menjadi ulama modern. Demikian juga dengan ilmu-ilmu umum perlu diajarkan di Al- Azhar. Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern ke lembaga- lembaga pendidikan agama dan sebaliknya, dimaksudkan untuk memperkecil jurang pemisah antara golongan ulama dan ahli modern, dan diharapkan kedua golongan ini bersatu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di zaman modern. Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern sebagai syarat menguasai IPTEK guna kelangsungan pembangunan Islam ke dalam Al-Azhar dan dengan memperkuat pendidikan agama sebagai bekal tuntunan dan perbaikan moralitas ummat, di sekolah-sekolah pemerintah, paling tidak akan bisa melahirkan para ilmuan yang tidak kosong akan ilmu pengetahuah agama, dan juga akan terwujud ulama- ulama yang tidak buta akan ilmu pengetahuan umum, sehingga para lulusan Sekolah Pemerintah maupun Al-Azhar tidak lagi parsial dalam memahami ilmu. 1 b. Tingkat Sekolah Dasar Beliau beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak masa kanak-kanak.Oleh karena 1 Suwito, Op. Cit, h. 173 itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama Islam merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa kepribadian muslim, rakyat Mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat mengembangkan sikap hidup yang lebih baik, sekaligus dapat meraih kemajuan. c. Tingkat Atas Upaya yang dilakukan Muhammad Abduh adalah dengan mendirikan Sekolah Menengah Pemerintah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan dan sebagainya.Melalui lembaga ini, beliau merasa perlu untuk memasukkan beberapa materi, khususnya pendidikan agama.Sejarah Islam dan kebudayaan Islam.Di madrasah yang berada di bawah naungan Al-Azhar, Abduh mengajarkan Ilmu Mantiq, Falsafah dan Tauhid. Dalam metode pengajaran ia pun membawa cara baru dalam dunia pendidikan saat itu, ia mengkritik dengan tajam penerapan metode hafalan tanpa pengertian yang dipraktekan terutama di sekolah agama. Dari apa yng dipraktekannya ketika mengajar di Al-Azhar terlihat bahwa ia menerapkan metode diskusi untuk memberikan pengertian yang mendalam pada muridnya. Dan ia memperingatkan kepada para pendidik untuk tidak menggunakan metode menghafal dalam mengajar karena itu hanya akan merusak daya nalar anak. Pemikirannya yang lain adalah tentang pendidikan wanita. Menurutnya, wanita haruslah mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki. Bagi nya yang harus diperjuangkan dalam suatu sistem pendidikan adalah pendidikan yang fungsional, yang meliputi pendidikan universal bagi semua anak, laki-laki maupun perempuan.Semuanya harus punya dasar membaca, menulis, berhitung dan harus mendapatkan pendidikan agama. 2

2. Rasyid Ridha :

Rasyid Ridha adalah nama populernya, adapun nama lengkapnya adalah Muhammad rasyid bin ali ridha bin Muhammad syama al bin al- kalamuny. Ia hidup dalam keluarga dan lingkungan yang mengutamakan ilmu pengetahuan.Dalam bidang pendidikan, Rasyid Ridha memandang bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam.Oleh karena itu, peradaban Barat modern harus dipelajari oleh umat Islam.Hal ini relevan dengan pendapat gurunya Muhammad Abduh bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang di Barat wajib dipelajari umat Islam untuk kemajuan mereka.Beliau juga berpendapat bahwa mengambil ilmu pengetahuan Barat modern sebenarnya mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki umat Islam. 3 , -.0123456.7++,-.012.2+3,45.22 06+-7.+88.9.7:.3;=.=.3, ?7. 3 A.B5C10 7.+ 900: -.0 ;+ =:+ 8.9.7:.3 DE F.G.H7.I5=CJD70.C.3+K.2+ Dalam bidang pendidikan ia mengadakan perubahan-perubahan dengan melakukan penambahan materi-materi pengetahuan pendidikan teknologi Barat agar umat Islam mampu menggunakan teknologi. Bahkan ia menyatakan pembangunan sarana pendidikan lebih baik dari pada pembangunan mesjid. Menurutnya mesjid tidak besar nilainya apabila mereka yang shalat didalamnya hanya orang-orang bodoh. Akan tetapi dengan membangun sarana pendidikan akan dapat menghapuskan kebodohan. Dengan begitu, pekerjaan duniawi dan ukhrawi akan menjadi baik. Usaha yang dilakukan di bidang pendidikan adalah membangun sekolah misi Islam dengan tujuan utama untuk mencetak kader-kader Muballig yang tangguh, sebagai imbangan terhadap sekolah misionaris Kristen. Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1912 di Kairo dengan nama Madrasah al-Dakwah wa al-Irsyad .Dalam lembaga tersebut Ridha memadukan antara kurikulum Barat dan kurikulum yang biasa diberikan madrasah tradisional.

3. Jamaluddin al-Afghani

Nama lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani bin Safdar, lahir di As’adabad dekat Qanar didaerah Kabul Afghanistan tahun 1839 M. ditinjau dari silsilahnya al-Afghani berasal dari keturunan bangsa arab karena nenek moyangnya berasal dari dari seorang perawi hadist yang termasyur yaitu al-Tirmidzi. Menurut Afgany, ilmu pengetahuan yang dapat menundukkan suatu bangsa, dan ilmu pula sebenarnya yang berkuasa di dunia ini yang kadangkala berpusat di Timur ataupun di Barat. Ilmu juga yang mengembangkan pertanian, industri, dan perdagangan, yang menyebabkan penumpukan kekayaan dan harta. Tetapi filsafat menurutnya merupakan ilmu yang laping teratas kedudukannya di antara ilmu-ilmu yang lain. Selain itu beliau juga dikenal sebagai pejuang prinsip egaliter yang universal.Salah satu gagasannya adalah persamaan manusia antara laki- laki dan perempuan.Menurutnya keduanya mempunyai akal untuk berpikir, maka tidak ada tantangan bagi wanita bekerja di luar jika situasi menginginkan. Ini membuktikan bahwa pendidikan bagi beliau mendapat prioritas utama agar umat Islam bisa bangkit dari keterpurukan menuju kemajuan.Dalam hal menuntut ilmu tidak dibatasi kepada laki-laki saja melainkan perempuan pun harus ikut andil dalam bidang pendidikan tersebut.

4. Taha Husain

Taha Husain, juga berasal dari keluarga petani dan di masa kecil mendapat penyakit yang membuat ia kehilangan penglihatan untuk selamanya. Setelah selesai dari madrasah di desa ia dikirim ke Al-Azhar untuk meneruskan pelajaran. Di sini ia bertemu dengan ide-ide Muhammad Abduh dan murid-muridnya, terutama Lutfi al Sayyid. Selanjutnya ia belajar bahasa Prancis, mengikuti kuliah-kuliah di