dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan yang dialami oleh bangsa-bangsa Eropa membawa dampak kepada pola pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di Al- Azhar.
C. Tokoh-tokoh Yang Berperan Penting Dalam Pembaharuan Di Al- Azhar
1. Muhammad Abduh :
Muhammad Abduh adalah tokoh pembaharuan paruh kedua abad XIX.Beliau lahir dan besar dilingkungan pedesaan dalam keluarga bukan
pendidik yang memegang teguh ajaran agama.Muhammad Abduh lahir pada tahun 1848 M 1265 H di sebuah desa di Propinsi Gharbiyah Mesir
Hilir.Ayahnya bernama Muhammad Abduh ibn Hasan Khairullah, lahir di lingkungan keluarga petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu
pengetahuan. Orang tuanya berasal dari kota Mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orang tuanya berpindah-pindah, dan
kembali ke Mahallaj Nashr setelah situasi politik mengizinkan.
Masa pendidikannya dimulai dengan pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatkannya dari orang tuanya.Kemudian sebagai
pelajaran lanjutan beliau belajar Al Qur’an pada seorang hafiz.Dalam masa waktu dua tahun, beliau telah menjadi seorang hafiz.Pendidikan
selanjutnya ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan Masjid Ahmadi.
Ia belajar kepada Syaikh Ahmad di Thantha pada tahun 1862. Dan pada tahun 1866 ia meneruskan pendidikannya di Al-Azhar. Di sini
iaberjumpa dengan Jamaluddin al-Afghani kali pertama dan menjadi muridnya pada tahun 1871 sewaktu menetap di Mesir.
Pada tahun 1877 ia berhasil menyelesaikan studinya di Al-Azhar dengan mendapatkan gelar ‘alim dan mengajar di sana. Tidak lama
kemudian ia bersama-sama dengan gurunya diusir dari Mesir karena kasus politik. Pada tahun 1880 ia kembali lagi ke Mesir dan diangkat menjadi
redaktur Waqa’iul Mishriyyah, surat kabar resmi pemerintah Mesir. Kariernya terus menanjak, hingga akhirnya diangkat menjadi anggota
Majlis al-‘Ala Al-Azhar pada tahun 1894. Pada saat inilah ia banyak melakukan perombakan dan perbaikan secara mendasar terhadap Al-Azhar
menjadi Universitas. Menurutnya, umat Islam mengalami problem autentisitas Islam
yang dianutnya.Hal
ini menyebabkan
umat Islam
mengalami kemunduran.Islam
yang dianut
umat bukanlah
Islam yang
sebenarnya.Untuk meraih kejayaannya kembali harus ada kesadaran untuk kembali kepada Islam sejati, Islam era klasik.Disamping juga melakukan
gerakan pembaharuan dan modernisasi dalam berbagai hal termasuk pendidikan.
Dari Muhammad Ali Pasya, Muhammad Abduh mendapat warisan pendidikan yang timpang, yaitu adanya dua tipe pendidikan. Dua tipe
pendidikan tersebut adalah: a. Sekolah-sekolah agama, dengan Al-Azhar sebagai lembaga
pendidikan yang tinggi.
b. Sekolah-sekolah modern. Kedua tipe tersebut tidak tidak punya hubungan antara satu dengan
lainnya, masing- masing berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikannya.Sekolah-sekolah agama berjalan di atas
garis tradisional baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapkan. Ilmu Barat tidak diberikan di sekolah-sekolah agama
madrasah, dengan demikian pendidikan agama kala itu tidak mementingkan perkembangan intelektual, padahal Islam mengajarkan
untuk mengembangkan aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan jiwa yang lain.
Sosok Muhammad Abduh melihat segi-segi negatif dari kedua bentuk corak pendidikan tersebut. Beliau memandang bahwa pendidikan
dengan tipe pertama tidak dapat dipertahankan lagi, jika dipertahankan juga, menyebabkan ummat Islam akan tertinggal jauh, terdesak oleh arus
kehidupan dan pemikiran modern. Sedangkan pemikiran kedua justru adanya bahaya yang mengancam sendi-sendi agama dan moral yang akan
tergoyahkan oleh pemikiran modern yang mereka serap. Dari sanalah Muhammad Abduh melihat pentingya mengadakan perbaikan di dua
instansi tersebut, sehingga jurang yang lebar bisa di persempit. Dia juga mengatakan, umat Islam harus dinamis.Islam tidak
bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern.Kemajuan Islam sebagaimana yang pernah dicapai pada masa-masa keemasannya adalah
karena mementingkan pengetahuan.