Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian

Interpretasi Interpretasi adalah pemahaman yang mendalam mengenai teks-teks Yang telah melalui fase kritik, dimana penulis sudah menemukan Korelasi dan pemahaman yang baru mengenai tema yang dibahas. Historiografi pemahaman yang diperoleh setelah melalui beberapa tahap ditransfer Dalam bentuk tulisan dengan pola umum-khusus, yakni dimulai Dengan pemaparan historisitas Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar, Kajian tentang : pengaruh pembaharuan di mesir terhadap modernisasi Pendidikan di Al-Azhar Mesir.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Berisi tentang signifikan tema yang diangkat, pembatasan dan perumusan masalah, metedologi penelitian, tujuan penulisan serta sistematika penulisan. Bab II : Sejarah Al-Azhar di Mesir dari masa ke masa yang meliputi sejarah berdirinya Al-Azhar. Pasang surut pendidikan yang terjadi di Al-Azhar mulai dari masa jaya Islam sampai masa kemunduran Islam, dan secara khusus sistem pendidikan Al-Azhar menjelang Muhammad Ali berkuasa di Mesir. Bab III : Membahas tentang Ali Pasha dalam pembaharuan di Mesir, meliputi kedudukannya sebagai pasha dan upaya pembaharuan di negeri ini dalam rangka untuk memperkokoh kekuasaannya, baik dalam bidang militer, ekonomi, dan ilmu pengetahuan: Hubungan ali dengan dunia Barat dalam rangka pembaharuan tersebut. Bab IV : Berisi tentang Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar Mesir, pengaruh pendidikan Barat di Al-Azhar, dampak perkembangan Al-Azhar yang berkaitan dengan pengaruh Barat, tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pembaharuan dan berbagai perubahan seperti yang dapat mereka perjuangkan. Bab V : Merupakan Bab penutup, yang berisi mengenai kesimpulan dari seluruh isi tulisan. BAB II SEJARAH AL-AZHAR MESIR

A. Awal Berdirinya Al-Azhar Di Mesir

Jami`ah al-Azhar didirikan pada tahun 359 H970 M pada masa pemerintahan Khalifah al-Mu`izz Lidinillah dari Dinasti Fatimiyyah, dan selesai dibangun pada tahun 361 H971 M. 1 Nama yang mula-mula diberikan untuk masjid tersebut adalah Jami`ul Kahhirah, yang dinisbatkan kepada nama ibu kota di mana masjid tersebut dibangun. Sedangkan belakangan masjid tersebut diberi nama putri Rasulullah SAW. Pada mulanya lembaga ini berfungsi sebagai masjid pada umumnya, yaitu dipergunakan sebagai tempat shalat, dan tempat beribadah lainnya, khususnya ketika Dinasti Fatimiyyah masjid tersebut dipergunakan sebagai simbol penyelenggaraan ritual keagamaan yang berhubungan dengan faham syiah. Berdasarkan informasi di atas masjid tersebut dalam memainkan perannya berorientasi pada faham syiah, hal ini sejalan dengan faham yang dianut oleh Istana. Akan tetapi ketika Dinasti Ayubiyyah dan Dinasti Mamluk berkuasa masjid tersebut tidak difungsikan untuk shalat Jumat, hal ini lantaran anggapan dari para pejabat Dinasti Ayubiyyah yang menganggap khutbah ksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam 1 . Cet. Ke-12. Jakarta, PT.Ichtiar Baru van Hoeve, 2003. Hal 200.