produksi total per semester termasuk produk rokok yang diekspor rata-ratanya mencapai angka 7,4 milyar batang.
Sebagai penjelasan bahwa angka produksi rokok yang diekspor tidak dimasukan sebagai data penelitian, oleh karena berdasarkan aturan Undang-undang Cukai,
terhadap barang kena cukai yang diekspor dibebaskan pungutan cukainya. Dengan pertimbangan tersebut, dan juga untuk menjaga relevansi antara angka penerimaan
cukai dengan angka produksi yang aktual dikenakan cukai, maka untuk angka produksi yang diekspor tidak dimasukkan sebagai data penelitian.
4.2. Pengujian Hipotesis
4.2.1. Pengujian Secara Simultan
Untuk menguji pengaruh ketiga variabel independen kebijakan cukai, fasilitas penundaan dan tingkat produksi secara simultan terhadap variabel dependen
penerimaan cukai dilakukan dengan Uji-F. Pengujian secara simultan ini
dimaksudkan untuk menguji koefisien slope dari model regresi secara bersamaan. Dengan demikian secara statistik hipotesisnya disusun sebagai berikut :
: seluruh koefisien slope dari variabel independen sama dengan nol
H
1 2
3
b , b , b = 0
1
H
: minimal ada satu slope yang tidak sama dengan nol
k
b
≠
Adapun cara pengujian statistik dalam model regresi linear berganda diatas dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung hasil estimasi model regresi
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
tampilan output program eviews 4.1 dengan nilai F yang dihasilkan dari tabel Analysis of Variance ANOVA. Adapun kriteria pengambilan keputusan uji adalah:
Terima jika
, dan tolak jika
. Tingkat signifikansi yang ditentukan dalam pengujian ini adalah sebesar 1
g = 0,01 berdasarkan acuan yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu.
H
hitung
F
tabel
F
H
hitung
F
tabel
F
Hasil lengkap output program eviews 4.1 untuk estimasi model regresi berganda yang menggunakan model MET terhadap data penelitian ditampilkan dalam
Lampiran 4. Untuk memudahkan analisis hasil pengujian, dalam Tabel 4.5. berikut ini ditampilkan ringkasan hasil estimasi OLS tersebut.
Tabel 4.5. Hasil Estimasi OLS Menggunakan MET
Y_Pabrikan = a_Pabrikan + 227.342.150 X1 + 0,5518 X2 + 52,8340 X3 Fixed Effects
Variabel Std. Error t-Statistik Probabilitas
STTC Siantar, a = -1,10
10
10 x
X1 45.311.640 5,017301
0,0000 STTC Tamora, a = -1,60
10
10 x
X2 0,224261 2,460749 0,0161
Pagi Tobacco, a = -1,39
10
10 x
X3 9,137092 5,782361 0,0000
Wongso Pawiro, a = -1,29
10
10 x
Permona, a = -1,31
10
10 x
Putra Stabat, a = -1,42
10
10 x
Senang Jaya, a = -1,22
10
10 x
Kisaran, a =-1,13
10
10 x
Adenan Ayu, a =-0,34
10
10 x
2
R
0,951311 F-statistik 138,5455
Adjusted
2
R 0,944444 ProbF-statistik
0,000000 S.E. of regression
3,79E+09 Durbin-Watson statistik 2,026268
Sumber : Lampiran 4 penelitian
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Hasil estimasi persamaan MET diatas untuk pengujian secara simultan memberikan nilai output F hitung sebesar 138,55 dan probabilitas sebesar 0,00000
yang mana nilai tersebut jauh lebih besar dibanding nilai F tabel anova yaitu sebesar 4,02 n=90,
pembilang
dk =3,
penyebut
dk = n-k+1 = 86, a=0,01. Hal ini menyimpulkan
bahwa dari hipotesis uji F ini ditolak atau
diterima, artinya bahwa pada tingkat kepercayaan 99, secara simultan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
kebijakan cukai, fasilitas penundaan, dan tingkat produksi hasil tembakau terhadap pungutan cukai.
H
1
H
Nilai koefisien determinasi sebesar 0,95 memberikan pengertian bahwa
sebanyak 95 variasi dari variabel pungutan cukai dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen kebijakan cukai, fasilitas penundaan, tingkat produksi,
sedangkan 5 lainnya disebabkan oleh faktor-faktor lain diluar variabel independen penelitian ini.
2
R
Bagian lain yang penting untuk diperhatikan dalam tampilan hasil regres dengan model MET diatas adalah bagian intercept a. Tampilan diatas
memperlihatkan nilai intercept yang berbeda untuk setiap pabrikan. Program eviews hanya menyediakan perubahan intercept antar individu, sedangkan untuk perubahan
antar waktu tidak disediakan. Dengan demikian, hasil estimasi diatas secara matematis nilai intercept dapat dituliskan dengan :
. Berdasarkan Tabel 4.5 diatas,
dapat disusun 9 model persamaan regresi dengan intercept yang berbeda untuk setiap individu pabrikan rokok, sebagaimana Tabel 4.6 berikut.
it i
a = a
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.6. Model Estimasi Regresi MET untuk setiap Pabrikan Hasil Tembakau
Model Estimasi 1, untuk pabrikan PT. STTC Pematang Siantar :
Y =
-11.015.242.580 + 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Model Estimasi 2, untuk pabrikan PT. STTC Tanjung Morawa :
Y =
-16.009.622.620 + 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Model Estimasi 3, untuk pabrikan PT. Pagi Tobacco :
Y =
-13.908.017.900 + 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Model Estimasi 4, untuk pabrikan PT. Wongso Pawiro :
Y =
-12.914.619.950 + 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Model Estimasi 5, untuk pabrikan PT. Permona :
Y =
= -13.115.871.270 + 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Model Estimasi 6, untuk pabrikan PT. Putra Stabat Industri :
Y =
-14.237.379.300 + 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Model Estimasi 7, untuk pabrikan PR. Senang Jaya :
Y =
-12.210.323.570+ 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Model Estimasi 8, untuk pabrikan PT. Kisaran :
Y =
-11.318.457.970+ 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Model Estimasi 9 untuk pabrikan PR. Adenan Ayu :
Y =
= -3.379.773.448 + 227.342.150X1 + 0,5518488517X2 + 52,83396533X3
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Dari kesembilan model persamaan regresi diatas dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Kesembilan model estimasi diatas menunjukan adanya hubungan positif antara
perubahan kebijakan cukai X1, fasilitas penundaan X2, dan tingkat produksi X3 dengan perubahan terhadap pungutan cukai Y.
2. Pabrikan rokok yang mempunyai rata-rata perubahan pungutan cukai terbesar
adalah PT. STTC Tanjung Morawa, dimana nilai koefisien interceptnya a adalah yang terbesar, yaitu sebesar -16.009.622.620
. Pengertian sederhananya adalah bahwa setiap perubahan yang terjadi terhadap variabel kebijakan cukai, fasilitas
penundaan dan tingkat produksi baik secara simultan maupun secara parsial maka pungutan cukai yang paling besar perubahannya, akan dialami oleh PT. STTC
Tanjung Morawa. 3.
Pabrikan Hasil tembakau yang mempunyai rata-rata perubahan pungutan cukai terkecil adalah PR. Adenan Ayu, dimana nilai koefisien interceptnya a adalah
yang terkecil yaitu sebesar -3.379.773.448. Pengertian sederhananya adalah bahwa setiap perubahan yang terjadi terhadap variabel kebijakan cukai, fasilitas
penundaan dan tingkat produksi baik secara simultan maupun secara parsial maka pungutan cukai yang paling kecil perubahannya, akan dialami oleh PR. Adenan
Ayu. 4.
Nilai konstanta persamaan regresi yang negatif memberikan pengertian bahwa titik potong sumbu Y berada di bawah garis sumbu horizontal X, atau dengan
pengertian lain bahwa apabila nilai variabel kebijakan cukai X1, fasilitas
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
penundaan X2, dan tingkat produksi X3 sama dengan nol, maka nilai pungutan cukai Y akan menjadi negatif.
4.2.2. Pengujian Secara Parsial
Pengujian secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji t, yaitu untuk menguji koefisien regresi slope secara parsial antara masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Dari hasil uji t ini akan diketahui secara parsial pengaruh variabel kebijakan cukai, fasilitas penundaan dan tingkat produksi
terhadap pungutan cukai rokok Sumatera Utara. Adapun hipotesis yang dapat disusun dalam uji t , untuk masing-masing variabel
independen adalah sebagai berikut :
H
: koefisien regresi dari variabel independen adalah sama dengan nol ,
j
b = 0
1
H
: koefisien regresi dari variabel independen tidak sama dengan nol,
j
b ≠
dimana, j = 0,1,2,…,k k= variabel independen
Dengan demikian untuk model regresi berganda dalam penelitian ini akan terdapat tiga bentuk hipotesis seperti format diatas, sesuai dengan banyaknya jumlah
variabel indpenden. Cara pengujian statistik untuk uji parsial dilakukan dengan membandingkan antara nilai t statistik dari model estimasi dengan nilai t yang
diperoleh berdasarkan tabel distribusi t . Adapun kriteria pengambilan keputusan uji adalah sebagai berikut :
Terima , jika
dan tolak , jika
atau
H
tabel hitung
tabel
- t t
t ≤
≤
H
hitung tabel
t t
hitung tabel
t t
−
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Secara parsial hubungan yang dapat dijelaskan antara kebijakan cukai terhadap pungutan cukai dapat dilihat dari hasil uji t yang dinyatakan dengan nilai t hitung
output hasil estimasi. Nilai t hitung yang dihasilkan program eviews sesuai Tabel 4.5 diatas, untuk korelasi parsial antara variabel X1 dengan variabel Y adalah sebesar 5,02
sedangkan nilai probabilita sebesar 0,0000. Nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel yaitu 2,63 n=90, k=3, n-k = 87, a=0,01, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dari hipotesis uji t untuk variabel kebijakan cukai ini ditolak, artinya bahwa pada derajat
kepercayaan 99 terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan cukai terhadap pungutan cukai. Nilai koefisien X1 sebesar 227.342.150 memberikan pengertian
bahwa setiap perubahan kebijakan cukai sebesar Rp. 1,- maka akan menaikan pungutan cukai sebesar Rp. 227.342.150,- .
H
Hubungan yang dapat dijelaskan antara fasilitas penundaan terhadap pungutan cukai dapat dilihat dari nilai t hitung yang dihasilkan program eviews yaitu sebesar
2,46 sedangkan probabilitas sebesar 0.016. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai t tabel yaitu 2,63 n=90, k=3, n-k = 87, a=0,01, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dari hipotesis uji t untuk variabel X2 ini diterima, artinya bahwa pada derajat kepercayaan
99 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan cukai terhadap pungutan cukai. Kemudian apabila tingkat kepercayaan uji t diturunkan menjadi sebesar 5
a=0,05 maka nilai t hitung tersebut 2,46 lebih besar dibanding nilai t tabel yaitu 1,99 n=90, k=3, n-k = 87, a=0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil untuk
hipotesis uji t ini adalah bahwa ditolak pada tingkat signifikansi 5. Secara
sederhana dapat disebutkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 terdapat pengaruh H
H
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
yang signifikan antara variabel fasilitas penundaan terhadap pungutan cukai. Nilai koefisien X2 sebesar 0,5518488517
memberikan pengertian bahwa setiap perubahan nilai fasilitas penundaan sebesar Rp. 1.000.000, maka akan menaikan pungutan cukai
sebesar Rp. 551.849,- Hubungan yang dapat dijelaskan antara tingkat produksi terhadap pungutan
cukai dapat dilihat dari nilai t hitung yang dihasilkan program eviews yaitu sebesar 5,78 sedangkan nilai probabilita sebesar 0.0000. Nilai tersebut lebih besar dari nilai t
tabel yaitu 2,63 n=90, k=3, n-k = 87, α =0,01, sehingga dapat disimpulkan bahwa
dari hipotesis yang keempat ini ditolak, artinya bahwa pada derajat kepercayaan 99, terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat produksi terhadap pungutan
cukai . Nilai koefisien X3 sebesar 52,83396533 memberikan pengertian bahwa setiap
perubahan tingkat produksi rokok sebesar 100.000 batang, maka akan menaikan pungutan cukai sebesar Rp. 5.283.397,- .
H
4.2.3. Uji Variabel Yang Paling dominan
Ketiga variabel independen dalam penelitian ini secara empiris telah terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap pungutan cukai, baik secara simultan maupun
secara parsial. Untuk selanjutnya dapat ditentukan variabel mana diantara ketiganya yang paling dominan mempengaruhi nilai pungutan cukai Sumatera Utara. Caranya
adalah dengan melihat nilai koefisien slope yang distandarisasikan standardized coefficients dari hasil estimasi persamaan regresi. Untuk melihat variabel yang
paling dominan ini dilakukan dengan bantuan program statistik SPSS 14.1.
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Penggunaan instrumen analisis SPSS 14.1 dibutuhkan oleh karena program Eviews tidak memberikan output nilai standardized coefficients. Kemudian dalam
program SPSS 14.1 estimasi model persamaan regresi berganda dilakukan secara individual untuk masing-masing pabrikan rokok, mengingat program SPSS tidak
menyediakan fasilitas estimasi regresi dengan model MET. Dengan asumsi bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi MET yang
membedakan estimasi secara individual crosssectional maka estimasi model regresi secara individual dengan program SPSS setidaknya akan memberikan persepsi yang
sama dengan model estimasi MET. Tabel 4.7 berikut memperlihatkan variabel yang paling dominan untuk setiap
model estimasi ada 9 model estimasi. Hasil lengkap estimasi untuk setiap model regresi yang memperlihatkan nilai standardized coefficient ditampilkan dalam
Lampiran 13 penelitian ini.
Tabel 4.7 Variabel Yang Paling Dominan Berdasarkan
Hasil Estimasi Model Regresi Untuk Setiap Pabrikan Rokok No. Model
Estimasi Untuk Pabrikan Rokok
Variabel Yang Paling Dominan
1. PT. STTC
Siantar X1
2. PT. STTC Tamora
X3 3.
PT. Pagi Tobacco X3
4. PT. Wongso
Pawiro X1
5. PT. Permona
X3 6.
PT. Putra Stabat X3
7. PR. Senang Jaya
X3 8. PT.
Kisaran X3
9. PR. Adenan
Ayu X1
Sumber : Lampiran 13 Penelitian
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas terlihat bahwa hasil estimasi model regresi secara individual memperlihatkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi
pungutan cukai untuk sebagian besar pabrikan rokok 66,67 adalah variabel tingkat produksi X3. Kemudian variabel berikutnya yang juga dominan mempengaruhi
pungutan cukai rokok adalah variabel kebijakan cukai X1 khusus terhadap estimasi model regresi pada 3 pabrikan rokok, yaitu PT. STTC Pematang Siantar, PT. Wongso
Pawiro dan PR. Adenan Ayu.
4.3. Pembahasan