Faktor berikutnya yang juga memungkinkan untuk mempengaruhi besarnya penerimaan cukai adalah pemberian insentif oleh pemerintah terhadap industri rokok,
antara lain berupa fasilitas penundaan pembayaran dan pembagian strata pabrikan yaitu kecil, menengah, dan besar dengan maksud untuk penciptaan persaingan yang
sehat. Aturan ini telah diakomodasikan dalam Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang cukai. Dalam penelitian ini secara khusus akan dianalisis faktor insentif berupa
pemberian fasilitas penundaan pembayaran kepada pabrikan rokok yang ada di Sumatera Utara.
Faktor lain yang juga sangat penting untuk diteliti dalam kaitannya dengan perubahan pungutan cukai adalah mengenai jumlah produksi rokok. Oleh karena
pengenaan cukai dikaitkan dengan obyek berupa komoditi tertentu, maka perubahan terhadap besaran produksi rokok berpotensi mempengaruhi pungutan cukai. Oleh
karena itu penelitian ini juga akan menganalisis dampak perubahan besaran produksi rokok di Sumatera Utara terhadap pungutan cukai Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian fenomena yang disampaikan dalam latar belakang penelitian, rumusan permasalahan penelitian ini disusun sebagai berikut :
“Sejauhmana pengaruh faktor kebijakan cukai, fasilitas penundaan dan tingkat produksi rokok terhadap pungutan cukai rokok di Sumatera Utara, secara simultan
maupun secara parsial ?”
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan cukai, fasilitas penundaan, dan tingkat
produksi terhadap pungutan cukai rokok, pada industri rokok di Sumatera Utara. 2.
Untuk menganalisis faktor mana yang paling dominan mempengaruhi pungutan cukai rokok di Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1.
Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi industri rokok khususnya di Sumatera Utara untuk
lebih memahami pengaruh aspek kebijakan cukai, fasilitas penundaan dan tingkat produksi terhadap penerimaan cukai rokok.
2. Pemerintah
Sebagai bahan masukan bagi para penyusun kebijakan fiskal, khususnya yang berkenaan dengan kebijakan cukai dan fasilitas penundaan.
3. Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU
Untuk menambah studi kepustakaan mengenai kajian di bidang fiskal dan manajemen produksi, khususnya mengenai produksi rokok.
4. Peneliti khususnya dan peneliti selanjutnya
Sebagai bahan kajian dan referensi bagi peneliti khususnya dan para peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengkaji masalah kebijakan fiskal, khususnya
yang berkaitan dengan kebijakan cukai rokok.
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
1.5. Kerangka Pemikiran
Pungutan cukai merupakan salah satu instrumen pajak tidak langsung yang dibebankan atas konsumsi terhadap komoditi-komoditi tertentu yang peredarannya
harus dibatasi oleh pemerintah dengan alasan tertentu. Menurut Cnossen 2005 ada beberapa alasan yang melatarbelakangi pengenaan cukai oleh pemerintah, yaitu :
”untuk meningkatkan pendapatan negara dalam rangka mendukung program- program umum pemerintah; sebagai cerminan dari biaya eksternalitas; untuk
membatasi konsumsi terhadap produk-produk tertentu ; dan sebagai bentuk kompensasi publik atas pelayanan yang disediakan pemerintah”.
Menurut hasil kajian Marks 2003 ada beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan atas cukai rokok yaitu : pertumbuhan
produksi rokok, peningkatan tarif, dan HJE rokok. Pertumbuhan produksi rokok akan sangat tergantung kepada kondisi internal masing-masing pabrikan rokok,
dimana pabrikan yang sehat akan dapat berproduksi dengan baik dan akan mencapai tingkat pertumbuhan produksi yang tinggi dibandingkan dengan
pabrikan yang kondisinya kurang baik. Kemudian untuk tarif cukai dan harga jual eceran rokok, adalah kondisi yang bisa dikontrol oleh pemerintah. Untuk
mencapai tingkat penerimaan cukai rokok yang ditargetkan, pemerintah dapat menggunakan kedua instrumen ini dalam bentuk kebijakan cukai.
Sejalan dengan analisis Mark, teori kurva Laffer Agung, 2000 menjelaskan mengenai hubungan tarif dengan penerimaan, sebagai berikut :
Pengenaan tarif cukai yang semakin tinggi tidak selalu berarti akan menghasilkan penerimaan yang semakin tinggi pula. Pada tingkat tertentu
yaitu pada saat mencapai area prohibitive Range for Goverment, maka penerimaan cukai justru akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi oleh
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
karena ketidakmampuan pasar menerima kenaikan tarif tersebut dan imbasnya sebagian produsen tidak lagi mampu mempertahankan tingkat
produksi ataupun tingkat penjualan rokok.
Berkaitan dengan pemberian insentif non fiskal kepada sektor industri rokok,
Marks 2003 dalam kajian analisisnya juga menyimpulkan bahwa pemerintah berkepentingan terhadap dua tujuan khusus yang berkaitan dengan industri rokok,
yaitu : Employment generation dan Promotion of small enterprise. Dalam hal pencapaian tujuan Employment generation, pemerintah berkepentingan terhadap
kelangsungan dan pertumbuhan terhadap industri rokok khususnya terhadap industri rokok yang berorientasi pada tenaga kerja labour intensif. Kelangsungan hidup
industri rokok terutama yang menggunakan tenaga kerja dalam jumlah yang besar akan berpengaruh terhadap tingkat produksi rokok nasional, yang kesemuanya tersebut
akan bermuara kepada peningkatan penerimaan cukai rokok bagi pemerintah. Kemudian, tujuan yang kedua, Promotion of small enterprise, adalah dalam
rangka melindungi dan mengembangkan pabrikan rokok berskala kecil agar tetap dapat bersaing dengan pabrikan rokok berskala besar. Salah satu bentuk komitmen
pemerintah terhadap perkembangan industri rokok adalah dengan memberikan insentif non fiskal berupa pemberian fasilitas penundaan pembayaran tanpa bunga kepada
perusahaan industri rokok yang memenuhi persyaratan. Tujuan utama dari pemberian insentif dalam bentuk fasilitas penundaan pembayaran tersebut adalah agar sektor
industri rokok dapat terus berkembang dan menyumbangkan pemasukan cukai kepada pemerintah. Dengan asumsi bahwa pemberian fasilitas penundaan pembayaran akan
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
dapat mengembangkan sektor industri rokok, maka fasilitas penundaan pembayaran ini juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pungutan cukai rokok.
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang penulis ajukan tersebut, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran yang mencakup keterkaitan
antara pungutan cukai rokok sebagai variabel dependent dengan tiga variabel independen yang mempengaruhinya, yaitu : kebijakan cukai, fasilitas penundaan dan
tingkat produksi. Secara visual kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Kebijakan Cukai Fasilitas Penundaan
Tingkat Produksi Pungutan Cukai
Sumatera Utara
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
1.6.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang dijabarkan dalam latar belakang, rumusan masalah, dan kerangka pemikiran maka hipotesis penelitian ini disusun sebagai berikut :
“kebijakan cukai, fasilitas penundaan dan tingkat produksi, secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap pungutan cukai rokok di Sumatera Utara”.
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA