BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Industri Rokok Sumatera Utara
Industri rokok di Sumatera Utara terdiri atas 13 pabrikan rokok yang termasuk dalam wilayah pengawasan Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara. Berdasarkan letak
geografisnya keberadaan pabrikan rokok di Sumatera Utara tersebar di 5 kabupatenkota, yaitu : Medan, Pematang Siantar, Deli Serdang, Padang Sidempuan,
dan Asahan. Dari kelima kabupatenkota tersebut yang terbanyak jumlah pabrikan rokoknya adalah kota Pematang Siantar, yaitu terdapat tujuh pabrik.
Tabel 4.1 Pabrikan Rokok Berdasarkan Letak Geografisnya
Nomor Nama Pabrik
Jenis Produksi Hasil Tembakau
Lokasi
1. PT. STTC
SPM Pematang Siantar
2. PT. Permona
SPM dan SKM Pematang Siantar
3. PT. Wongso Pawiro
SPM dan SKM Pematang Siantar
4. PT. Cengkeh Jaya
SKT Pematang Siantar
5. PR. Senang Jaya
SPM dan SKM Pematang Siantar
6. PT. Surya Agam
SKT dan SKM Pematang Siantar
7. PT. Mega Prima
SKT Pematang Siantar
8. PT. STTC
SPM Tanjung Morawa,
Deli Serdang 9.
PT. Putra Stabat SPM dan SKM
Medan 10.
PT. Pagi Tobacco SPM
Medan 11. PT.
Kisaran SPM
Kisaran, Asahan
12. PR. Adenan Ayu
SKT dan SKM Kisaran, Asahan
13. PR. Salam
SKT Padang Sidempuan
Sumber : Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Data sampel penelitian khususnya data yang berkaitan dengan pungutan cukai variabel dependen, apabila dikomparasi dengan data realisasi pungutan cukai
Sumatera Utara secara keseluruhan, maka representasinya mencapai angka rata-rata 94,21. Hal ini memberikan pengertian bahwa sampel penelitian yang diambil sangat
cukup untuk merepresentasikan industri rokok Sumatera Utara. Tabel berikut memperlihatkan lebih rinci mengenai komparasi data sampel penelitian dengan data
realisasi penerimaan cukai Sumatera Utara.
Tabel 4.2 Data Komparasi Pungutan Cukai
Tahun Pungutan Cukai
Rokok Berdasarkan Data Sampel
Juta Rp. Realisasi
Penerimaan Cukai Sumatera Utara
Juta Rp. Kontribusi
2002 232.912,15 244.924,07
95,10 2003 186.291,53
200.055,34 93,12
2004 225.291,92 238.388,41
94,51 2005 207.607,08
224.879,81 92,32
2006 253.977,52 264.531,87
96,01
Sumber : Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara
4.1.2. Penerimaan Cukai
Penerimaan cukai rokok Sumatera Utara yang direpresentasikan oleh sampel penelitian ditunjukan dalam Lampiran 9. Data penerimaan cukai yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang diambil berdasarkan dokumen pemesanan pita cukai CK-1 untuk setiap pabrikan rokok. Secara umum selama rentang waktu tahun
2002 sampai dengan tahun 2006, penerimaan cukai yang diperoleh dari masing-masing pabrikan rokok menunjukan trend yang sama dengan penerimaan cukai Sumatera
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Utara secara keseluruhan, yaitu trend yang bersifat tidak tetap irregular variation dan cenderung bersifat flat atau rata.
Garis trend yang agak berbeda ditunjukan oleh PT. STTC Pematang Siantar
yang cenderung menunjukan peningkatan yang cukup berarti, dan sekaligus merupakan penyumbang terbesar penerimaan cukai di Sumatera Utara. Pada semester
pertama tahun 2002, penerimaan cukai yang diperoleh dari PT. STTC Pematang Siantar, baru mencapai angka 37,94 milyar rupiah. Kemudian pada semester kedua
tahun 2006, penerimaan cukai dari PT. STTC Siantar meningkat sangat signifikan mencapai angka 77,52 milyar rupiah atau meningkat sekitar 104. Gambar 4.1 berikut
ini memperlihatkan lebih rinci grafik linear perkembangan penerimaan cukai Sumatera Utara secara individual.
0,00 10.000,00
20.000,00 30.000,00
40.000,00 50.000,00
60.000,00 70.000,00
80.000,00 90.000,00
20 02
-1 20
02 -2
20 03
-1 20
03 -2
20 04
-1 20
04 -2
20 05
-1 20
05 -2
20 06
-1 20
06 -2
Ju ta R
u p
iah
STTC Siantar STTC Tamora
Pagi Tobacco Wongso Pawiro
Permona Putra Stabat
Senang Jaya Kisaran
Adenan Ayu
Gambar 4.1 Perkembangan Penerimaan Cukai Rokok Sumatera Utara
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
4.1.3. Kebijakan Cukai Rokok
Dalam penelitian ini variabel kebijakan cukai direpresentasikan oleh indikator tarif cukai dan kebijakan harga jual eceran rokok. Untuk tarif cukai rokok, maka
kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah mengacu kepada golongan pabrikan rokok dan jenis rokok yang diproduksi. Artinya, untuk golongan pabrikan yang lebih
tinggi diberlakukan tarif cukai yang lebih tinggi pula, sedangkan untuk jenis rokok yang diproduksi secara manual SKT maka diberlakukan tarif cukai yang lebih
rendah. kebijakan tarif cukai dan harga jual rokok yang diberlakukan oleh pemerintah selama periode penelitian terangkum dalam Lampiran 2.
Berdasarkan kebijakan tarif cukai yang diberlakukan selama periode penelitian, dapat disusun tabel perkembangan tarif cukai rokok untuk setiap pabrikan di Sumatera
Utara sebagai berikut. Tarif cukai yang ditampilkan dalam Tabel 4.3 ini merupakan tarif rata-rata untuk masing-masing pabrikan rokok selama periode satu semester.
Tabel 4.3 Perkembangan Tarif Cukai Untuk Setiap Pabrikan Rokok
Tahun STTC
Siantar STTC
Tmr. Pagi
Tob. Wongso
Pawiro Perm.
Putra Stab.
Senang Jaya
Kisaran Adenan
Ayu 2002-1 30,00 30,00 31,00 28,99 30,52 26,00
26,00 26,00 4,00
2002-2 30,00 30,00 36,00 31,56 36,00 26,00 26,00 26,00
4,00 2003-1 32,00 32,00 36,00 31,49 26,00 26,00
26,00 26,00 4,00
2003-2 32,00 32,00 36,00 30,73 26,00 26,00 26,00 26,00
4,00 2004-1 32,00 32,00 26,00 26,00 26,00 26,00
26,00 26,00 4,00
2004-2 32,00 32,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00 26,00
4,00 2005-1 32,00 32,00 26,00 26,00 26,00 26,00
26,00 26,00 4,00
2005-2 32,00 32,00 26,00 30,04 26,00 26,00 26,00 26,00
4,00 2006-1 32,00 32,00 26,00 31,55 26,00 26,00
26,00 26,00 11,33 2006-2 32,00 32,00 26,00 31,37 26,00 26,00
26,00 26,00 12,67 Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
Dalam tabel 4.3 diatas, beberapa hal yang dapat dijelaskan untuk lebih memahami makna data dapat dirangkumkan sebagai berikut :
1. Adanya pabrikan yang dikenakan tarif cukai secara konstan sebesar 26 Putra
Stabat, Senang Jaya, dan Kisaran dapat dimaknai bahwa pabrikan tersebut memproduksi jenis rokok yang dikerjakan dengan mesin SPM atau SKM
sedangkan golongan pabrikannya adalah golongan kecil golongan III. Ketiga Pabrikan tersebut selama periode penelitian tidak mengalami perubahan golongan,
sehingga taric cukainya konstan sebesar 26. 2.
Khusus untuk PT. STTC Pematang Siantar maupun STTC Tanjung Morawa tarif cukai yang dikenakan lebih kecil dari yang seharusnya, adalah disebabkan adanya
insentif tambahan dari Pemerintah terhadap pabrikan rokok oleh karena volume ekspornya lebih besar daripada volume penjualan dalam negeri. Pada tahun 2002,
PT. STTC seharusnya dikenakan tarif sebesar 36 namun karena volume ekspornya lebih besar dari penjualan dalam negerinya, PT STTC mendapat
potongan tarif cukai sebesar 6, sedangkan tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 mendapat potongan tarif cukai sebesar 4.
3. Untuk PT. Permona dan PT. Pagi Tobacco, mengalami penurunan golongan
pabrikan rokok. PT. Pagi Tobacco, tahun 2001 sampai dengan 2003 termasuk dalam golongan pabrikan menengah golongan II namun karena produksinya
menurun, pada tahun 2004 turun menjadi golongan kecil golongan III. Untuk PT. Permona yang memproduksi rokok jenis SKM dan SPM, sejak tahun 2003 turun
kelas menjadi golongan kecil golongan III.
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
4. Khusus untuk PT. Wongso Pawiro, memproduksi dua jenis rokok yaitu SPM dan
SKM. Untuk produk jenis SPM, PT. Wongso Pawiro termasuk dalam golongan menengah golongan II yang dikenakan tarif cukai sebesar 36, sedangkan untuk
produk SKM, PT. Wongso Pawiro termasuk dalam golongan kecil golongan III yang dikenakan tarif cukai sebesar 26. Data yang tertera pada Tabel 4.3 diatas
merupakan tarif rata-rata yang dibentuk dari kombinasi produk SPM dan SKM yang diproduksi selama masing-masing periode semester.
5. Untuk PR. Adenan Ayu, tarif cukai mulai dari tahun 2002 sampai dengan 2005
adalah sebesar 4, hal ini karena pada periode tersebut PR. Adenan Ayu hanya memproduksi jenis rokok SKT dan dikategorikan sebagai Pabrikan golongan IIIB.
Kemudian pada tahun 2006, PR. Adenan Ayu telah memproduksi jenis rokok lainnya yaitu jenis SKM dan termasuk dalam golongan III dengan tarif cukai
sebesar 26. Tarif cukai rata-rata yang dikenakan terhadap PR. Adenan ayu pada tahun 2006 meningkat drastis oleh karena adanya produk rokok baru yang
dikenakan tarif lebih tinggi tersebut. Berdasarkan kebijakan harga jual eceran yang diberlakukan oleh pemerintah
selama periode penelitian, dapat disusun tabel perkembangan harga jual eceran rokok untuk masing-masing pabrikan di Sumatera Utara. Data harga jual eceran yang
dipakai dalam penelitian ini adalah data harga jual eceran rata-rata dari seluruh produk rokok yang diroduksi oleh masing-masing pabrikan. Harga jual eceran tersebut
terbentuk berdasarkan kebijakan kenaikan harga jual eceran oleh pemerintah dan juga kombinasi dari produk rokok yang diproduksi oleh masing-masing pabrikan. Tabel
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
pada Lampiran 10 memperlihatkan perkembangan harga jual eceran untuk masing- masing pabrikan rokok selama periode penelitian.
Selama periode penelitian, kebijakan harga jual eceran rokok yang ditetapkan sejak tahun 2002 hingga tahun 2006, telah beberapa kali mengalami perubahan
sebagaimana terangkum dalam tabel berikut. Pada umumnya peninjauan kebijakan yang berkaitan dengan terhadap harga jual eceran rokok dilakukan oleh Pemerintah
setiap tahun sekali.
Tabel 4.4. Kebijakan Kenaikan Harga Jual Eceran oleh Pemerintah
No. Dasar Kebijakan
Mulai berlaku
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 597KMK.042001 tanggal 23 November 2001
01 Desember 2001 2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
449KMK.042002 tanggal 24 Oktober 2002 01 November 2002
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 537KMK.042002 tanggal 30 Desember 2002
01 Januari 2003 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
43PMK.042005 tanggal 08 Juni 2005 01 Juli 2005
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16PMK.042006 tanggal 01 Maret 2006
01 April 2006 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17PMK.042006 tanggal 01 Maret 2006 01 April 2006
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Untuk lebih memperlihatkan trend perkembangan harga jual eceran untuk masing-masing pabrikan rokok, data pada tabel Lampiran 10 ditampilkan dalam
bentuk grafik linear sebagaimana tampilan Gambar 4.2 berikut.
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
0,00 25,00
50,00 75,00
100,00 125,00
150,00 175,00
200,00 225,00
250,00 275,00
300,00 325,00
350,00
200 2-1
200 2-2
200 3-1
200 3-2
200 4-1
200 4-2
200 5-1
200 5-2
200 6-1
200 6-2
R p
. p er b
a ta
n g
STTC Siantar STTC Tamora
Pagi Tobacco Wongso Pawiro
Permona Putra Stabat
Senang Jaya Kisaran
Adenan Ayu
Gambar
4.2 Perkembangan HJE Rokok untuk Setiap Pabrikan