2. Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara, berupa : laporan tahunan penerimaan dan
data pabrikan rokok Sumatera Utara. 3.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Medan, berupa : laporan bulanan dan tahunan penerimaan, laporan bulanan produksi rokok, data pemesanan pita cukai
berdasarkan buku daftar cukai nomor 3 BDCK3, dan data pemberian fasilitas penundaan rokok.
4. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Pematang Siantar, berupa : laporan bulanan dan
tahunan penerimaan, laporan bulanan produksi rokok, data pemesanan pita cukai berdasarkan buku daftar cukai nomor 3 BDCK3, dan data pemberian fasilitas
penundaan rokok. 5.
Kantor pelayanan Bea dan Cukai Teluk Nibung, berupa : laporan bulanan dan tahunan penerimaan, laporan bulanan produksi rokok, data pemesanan pita cukai
berdasarkan buku daftar cukai nomor 3 BDCK3, dan data pemberian fasilitas penundaan rokok.
3.6. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini identifikasi variabel terdiri dari : 1.
Variabel bebas independen variable adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan cukai rokok Sumatera Utara, terdiri atas : kebijakan cukai X1,
fasilitas penundaan X2, dan tingkat produksi X3. 2.
Variabel terikat dependen variable adalah pungutan cukai rokok di Sumatera Utara Y.
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
3.7. Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan persepsi yang sama terhadap definisi operasional dari variabel penelitian, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu operasionalisasi untuk
masing-masing variabel yang diteliti : 1.
Kebijakan Cukai, dalam model persamaan digunakan simbol X1 adalah salah satu bentuk kebijakan fiskal pemerintah yang berkaitan dengan fungsi penerimaan
negara dalam kerangka pelaksanaan APBN. Kebijakan di bidang cukai diterapkan melalui penetapan tarif cukai dan penetapan HJE rokok oleh pemerintah. Data
yang dipakai sebagai indikator dari variabel kebijakan cukai tersebut adalah nilai koefisien harga jual eceran rokok perbatang, artinya adalah bahwa nilai koefisien
HJE tersebut merupakan nilai HJE yang telah dikonversikan dalam satuan batang dan dikalikan dengan besarnya pembebanan tarif untuk masing-masing pabrikan
rokok. Nilai Koefsien HJE rokok diukur dengan menggunakan skala pengukuran rasio yaitu dalam satuan Rupiah per batang.
2. Fasilitas penundaan, dalam model persamaan digunakan simbol X2, adalah
insentif yang diberikan kepada produsen rokok berupa penundaan pembayaran atas pemesanan pita cukai selama jangka waktu tertentu dan tanpa dikenakan bunga.
Fasilitas Penundaan ini diberikan kepada produsen rokok yang terdaftar sebagai pengusaha kena pajak dengan melampirkan beberapa persyaratan tertentu yang
diatur oleh DJBC . Indikator yang diteliti dari variabel X2 ini adalah nilai pagu penundaan yang telah dikonversi untuk jangka waktu satu semester berjalan untuk
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
masing-masing pabrikan rokok. Variabel fasilitas penundaan diukur dengan skala pengukuran rasio dalam satuan Rupiah.
3. Tingkat produksi, dalam model persamaan digunakan simbol X3, adalah
besarnya angka volume produksi rokok yang dinyatakan dalam satuan batang untuk tiap-tiap produsen. Untuk representasi variabel tingkat produksi tersebut,
akan digunakan indikator berupa tingkat produksi khusus untuk pemasaran dalam negeri. Perlu diketahui bahwa berdasarkan Undang-Undang nomor 11 tentang
Cukai, diatur bahwa cukai hanya dipungut terhadap barang kena cukai BKC yang dikonsumsi di dalam negeri baik untuk produk lokal maupun impor. Untuk produk
barang kena cukai buatan dalam negeri yang diekspor, maka pungutan cukai dibebaskan atau apabila pungutan cukai telah dilunasi maka dapat dimintakan
restitusi. Dengan demikian agar variabel tingkat produksi ini dapat lebih mencerminkan relevansinya dengan variabel dependen pungutan cukai maka
indikator yang akan digunakan adalah tingkat produksi rokok khusus untuk pemasaran dalam negeri. Adapun skala pengukuran yang dipergunakan untuk
varibel X3 ini menggunakan ukuran rasio yaitu dalam satuan jumlah batang rokok. 4.
Pungutan Cukai, dalam model persamaan digunakan simbol Y , adalah besarnya
nilai cukai yang harus dibayarkan terlebih dahulu oleh produsen rokok untuk setiap bungkus rokok yang diproduksi, sebelum dikonsumsi oleh konsumen terakhir.
Karakteristik pungutan cukai adalah sebagai pajak komoditi, artinya pengenaan pungutan pajak dikaitkan dengan obyek berupa komoditi tertentu. Berbeda dengan
cara pengenaan pajak komoditi pada umumnya, pungutan cukai rokok harus
Surono : Pengaruh Kebijakan Cukai, Failitas Penundaan Dan Tingkat Produksi Terhadap Pungutan Cukai…, 2007 USU e-Repository © 2008
dilunasi pada saat pengambilan pita cukai dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sehingga yang harus menanggung cukai pertama kali adalah produsen rokok.
Variabel pungutan cukai diukur dengan skala pengukuran rasio dalam satuan Rupiah.
3.8. Model Analisis Data