Pengaruh Group Support Terhadap Perilaku Anak Remaja

individual dari setiap anggota kelompok tentang kontribusinya terhadap korban tanpa menciptakan atmosfir kompetisi diantara yang lain. Kebijakan anti yang kuat yang dinyatakan secara jelas, dilaksanakan secara konsisten dan dikomunikasikan secara meluas. Kebijakan tersebut memastikan adanya prosedur-prosedur dan program-program yang mendukung dan meneguhkan kebijakan yang aman dan peduli bagi para siswa. Kebijakan yang dimiliki hanyalah satu hal yakni benar-benar berbeda untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut bukan sekedar plakat di dinding sekolah atau sebuah kutipan tulisan yang inspirasional. Budaya sekolah dan lingkungan sosial yang diciptakan sekaligus direfleksikan oleh kebijakan-kebijakan, prosedur dari program preventif ini.

2.4. Pengaruh Group Support Terhadap Perilaku Anak Remaja

Dalam sebuah kajian yang dilaksanakan oleh Kaiser Foundation pada tahun 2001 Coloroso, 2007 mengungkapkan bahwa hampir tiga perempat anak mengalami di sekolah. Mereka diejek atau ditindas di sekolah, mereka mengatakan bahwa bullying adalah sebuah “masalah besar” di sekolah. Statistik terakhir menunjukkan bahwa guru-guru, staf-staf di sekolah dan orang tua sangat meremehkan frekuensi bullying bila dibandingkan dengan tanggapan para siswa. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman pihak sekolah mengenai bullying masih relatif terbatas. Untuk menghentikan siklus ini, pihak sekolah khususnya diharapkan memiliki kebijakan mengenai bullying, berkenaan dengan realism, kebijakan, Universitas Sumatera Utara prosedur dan program pencegahan di sekolah harus bekerja sama. Langkah awal dengan mengakui bahwa sikap-sikap rasial memang ada di sekolah-sekolah kita. Penelitian Newman et al 2004 membuktikan bahwa perilaku bullying pada anak- anak dapat berkurang secara signifikan berkat kerjasama masyarakat, sekolah, konselor, guru, dan siswa. Sekolah memegang peranan penting untuk melakukan koordinasi keempat komponen tersebut. Dukungan kelompok atau biasa disebut dengan supporting peers merupakan salah satu metode yang efektif yang sudah diterapkan di beberapa sekolah di luar negeri. Peer atau teman kelompok dapat berperan sebagai mediator, mentor, konselor atau teman. Ada banyak peran terjadi di dalammya sehingga nantinya akan membangun sebuah hubungan yang memunculkan kepercayaan dan saling menghargai Robinson Maines, 2008. Peer atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai teman kelompok adalah seseorang yang memiliki status yang sama karena ia bisa saja siswa atau anggota dari kelompok yang dibuat. Teman kelompok sebaya tersebut tidak harus seusia. Akan sangat membantu jika dukungan teman sebaya tersebut adalah orang yang lebih tua, berpengalaman atau memiliki lebih banyak pengetahuan. Teman kelompok memiliki pengaruh yang positif, karena mereka dapat saling mendengar dan memberi opini, sugesti, strategi-strategi dari setiap anggota kelompok karena mereka merupakan bagian dari kelompok itu sendiri. Saya telah mengalami bullying selama bertahun-tahun dan saya tidak memiliki kepercayaan diri namun walaupun begitu saya dapat berbagi apa yang saya pelajari dari yang lain. dalam Sullivan, 2005. Universitas Sumatera Utara Teman kelompok memiliki keuntungan dibandingkan dengan otoritas yang lain dalam membantu. Mereka dapat menggunakan dan memahami dalam bahasa yang sama terhadap siswa atau anak yang mereka bantu. Teman kelompok tidak akan menawarkan siswa yang bermasalah menerima solusi mereka. Akan tetapi pengalaman mereka akan membantu siswa yang bermasalah dengan memancing fleksibilitas dalam berpikir. Seorang mentor kelompok dapat bertindak sebagai seorang pembuka jalan agar siswa tersebut menemukan jalannya sendiri Helen and Jennifer, 2008. Mentor kelompok berbeda dengan teman. Mereka bisa jadi seorang guru, konselor atau psikolog dimana mereka menggunakan pengalaman pertemanan tetapi mereka bertindak objektif lebih dari seorang teman. Membangun sebuah program dukungan dari teman sebaya Peer Support Group di sekolah akan berguna dan lebih dipercaya oleh para siswa itu sendiri.

2.5. Efektivitas The Support Group Method Terhadap Self-Efficacy Pada