BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kondisi ekonomi belakangan ini semakin tidak menentu, semakin banyak ketidakpastian, dimulai dari krisis keuangan yang merembet pada sektor riil.
Di mulai pada kasus kredit macet pada sektor perumahan Subprime Morgage pada tahun 2008 di Amerika Serikat berlanjut pada tumbangnya bank–bank
pembiayaannya yang berefek pada krisis kepercayaan para investor di pasar modal dengan menarik dananya secara besar–besaran, disinilah awal dari
krisis yang menyebabkan nilai saham di berbagai pasar uang di seluruh dunia berjatuhan. Sebagai fakta dari dampak krisis ini adalah banyaknya para
pekerja yang diputuskan secara sepihak PHK dan jumlahnya yang tidak sedikit. Hal tersebut terjadi dikarenakan sulitnya perusahaan–perusahaan
untuk mendapatkan modal dalam upaya melanjutkan kelangsungan usahanya going concern.
Belajar dari sejarah pada saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998 yang melanda Indonesia, dimana banyak perusahaan mengalami kerugian besar-
besaran Collapsed, diakibatkan depresiasi mata uang tesebut juga berdampak pada berbagai sektor diantaranya perbankan dan riil atau manufaktur. Pada
sektor perbankan saat itu mengalami negative spread based dimana kewajiban bank membayar bunga nasabah lebih besar dibandingkan dengan pendapatan
yang dihasilkan dari bunga pinjaman kejadian tersebut telah memberi dampak yang buruk terhadap kepecayaan nasabah maupun investor bank untuk
menginvestasi dananya. Namun di sektor manufaktur krisis tersebut diakibatkan oleh kenaikkan nilai mata uang dollar yang sangat signifikan
akibat kurangnya likuiditas atau peredaran uang dollar dalam negeri pada saat itu yang digunakan oleh para pengusaha sektor manufaktur untuk
membayarkan hutang–hutangnya dalam bentuk dollar. Kesulitan tersebut telah mengakibatkan banyak dampak seperti dirumahkannya para buruh
pabrik hingga diharuskannya pemberian opini audit yaitu wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan Unqualified with Explainatory
Paragraph yang didalamnya mengungkapkan mengenai kemampuan
manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan untuk terus going concern
terutama mengenai masalah hutang–hutangnya dalam bentuk dollar yang di peroleh dari pinjaman luar negeri oleh perusahaan.
Disinilah terdapat peran auditor sebagai lembaga independen yang berfungsi sebagai monitoring dengan opininya tentang going concern
perusahaan, pada laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat memprediksi apakah perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan financial distress
atau tidak. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan
keuangan perusahaan Chen dan Church 1996 dalam Praptitorini 2007. Kajian atas going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal
perusahaan yang tercermin dalam profitabilitas, likuiditas, ataupun respon investor terhadap perusahaan. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau
tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang going concern
. Lenard, et al., 2000 dalam Petronela 2004. Going concern
kelangsungan hidup adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas
sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah Petronela, 2004. Going concern merupakan asumsi
dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, 2009. Going concern
disebut juga sebagai suatu asumsi yang menyatakan bahwa tiap perusahaan mempunyai umur yang tidak terbatas. Dengan demikian
tersedia waktu untuk menyelesaikan usaha, melakukan kontrak-kontrak dan perjanjian dagang lainnya Ardiyos, 2006. Dengan demikian, jika suatu
perusahaan dinyatakan dalam kategori bangkrut oleh model keputusan tersebut, prediksi ini akan membantu kepastian dalam opini auditor yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu bisnis. Pernyataan wajar tanpa pengecualian unqulified opinion mempunyai arti
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Namun, apabila laporan audit bentuk wajar dengan pengecualian qualified, tidak wajar
adverse, atau tidak menyatakan pendapat disclaimer diterbitkan pada saat auditor merasa tidak memperoleh kepuasan menurut keahlian professionalnya
dalam pelaksanaan proses auditnya, atau menemukan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
PSAK, atau merasa tidak independen sehingga auditor wajib untuk memberikan informasi tambahan. Penyebab utama ditambahkannya suatu
paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku antara lain, Alvin A. Arens dkk 2004 : 71:
1. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku,
2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan going concern, 3. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum, 4. Penekanan atas suatu masalah,
5. Laporan yang melibatkan auditor lainnya. Penelitian – penelitian tentang opini audit going concern yang dilakukan
di Indonesia antara lain dilakukan oleh Eko Budi Setyarno dkk. 2006 yang menggunakan 4 variabel penelitian, yaitu 2 variabel keuangan Kondisi
Keuangan Perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan serta 2 variabel non- keuangan Kualitas Audit dan Opini tahun sebelumnya terhadap perusahaan
manufaktur dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Untuk variabel kualitas audit dan yang diproksikan dengan besaran Kantor
Akuntan Publik KAP dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mirna Dyah Praptitorini dkk. 2007 dapat disimpulkan bahwa kualitas audit dan opinion shopping tidak
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern dimana debt default
yang juga merupakan salah satu variabel bebasnya, yaitu, kegagalan debitor perusahaan untuk membayar hutang pokok dan atau
bunganya pada waktu jatuh tempo berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern yang di analisis dari 348 perusahaan manufaktur
yang listing di Jakarta Stock Exchange JSX pada waktu itu dari tahun 1999 sampai dengan 2002.
Hingga saat ini topik tentang bagaimana tanggung jawab auditor dalam mengungkapkan masalah going concern masih menarik untuk diteliti Ruiz
Barbadillo et al,2004. Independensi auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya harus mempertimbangkan going concern
kelangsungan usaha auditee. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Penilaian going
concern lebih didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
operasinya dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah perusahaan akan memiliki going concern atau tidak,
auditor harus melakukan evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana manajemen. Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang
kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan. Dan
kekonsistensian faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi
yang fluktuatif, status going concern tetap dapat di prediksi. Praptitorini, et. al. 2007. Pada penelitian ini, penulis berusaha untuk menganalisis beberapa
faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern diantaranya; kualitas audit, opini audit sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, dan debt default dalam meningkatkan kemungkinan sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan financial distress
untuk menerima pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion untuk kelangsungan usahanya going concern. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Sampel Penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI antara tahun 2004 – 2008. 2. Penggunaan 4 variabel bebas yaitu, kondisi keuangan perusahaan,
pertumbuhan penjualan, debt default dan opini audit tahun sebelumnya yang ditambahkan dan pengabungan dari 3 jurnal ilmiah akuntansi.
3. Untuk keandalan daya analisis pengaruh variabel bebas dengan variabel dependennya maka pengujian dilakukan dengan menggunakan
regresi logistik berbantuan program komputer statistik terbaru SPSS versi 17.
Dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Determinan atas Pemberian Opini
Audit Going Concern oleh Auditor Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2004 -2008.”
B. Perumusan Masalah