Variabel Z
1
memperlihatkan likuiditas
perusahaan, variabel
Z
2
memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba kumulatif, variabel Z
3
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setiap tahunnya dengan penggunaan aktiva yang dimiliki dan variabel Z
4
memperlihatkan solvabilitas perusahaan. Kebaikan analisis Z Score adalah dapat mengkombinasikan berbagai
rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat dipergunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, perusahaan pribadi,
perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Sedangkan kelemahan dari model ini adalah tidak adanya rentang waktu yang
pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z Score diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak
digunakan karena adakalanya terdapat hasil yang berbeda. Meski demikian kita dapat tetap menggunakannya untuk memberikan peringatan yang
berharga sehingga kesulitan keuangan perusahaan dapat diatasi segera.
D. Pertumbuhan Perusahaan
Pengukuran pertumbuhan suatu perusahaan dapat diukur dari beberapa aspek, seperti tren laba bersih yang selalu meninggat setiap tahunnya, tingkat
pertumbuhan penjualan yang meningkat dari tahun sebelumnya, ukuran suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya asset bila dibandingkan perusahaan
sejenis, indeks harga saham yang terus menerus menguat, laporan arus kas perusahaan dan sebagainya. Laba yang tinggi pada umumnya menandakan
arus kas yang tinggi Weston dan Bringham, 1993. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan
keuangan yang memiliki prospek baik dan perusahaan dapat diartikan tumbuh growth, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik opini non-
going concern akan lebih besar. Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio
pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam
kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang
positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya going
concern. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi
peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor
untuk menerbitkan opini audit going concern.
E. Debt Default
Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi
kewajiban hutangnya default. Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor perusahaan untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada
waktu jatuh tempo. Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church 1992 dalam Praptitorini 2007 yang menemukan
hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini
going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini
seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern
ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan
auditor mengeluarkan laporan going concern. Praptitorini 2007 menunjukkan bahwa variabel debt default, kondisi
keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramadhany 2004 yang menemukan bukti yang kuat antara pemberian status debt default dengan
masalah going concern ini.
F. Opini Audit Tahun Sebelumnya