BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Agensi
Jensen dan Meckling 1976 dalam Praptitorini 2007 menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang
melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen.
Baik prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata- mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau prinsipal
mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai
keinginan shareholders, sebagian dikarenakan oleh adanya moral hazard. Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan
antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer agen apakah sudah bertidak sesuai dengan keinginan prinsipal.
Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal shareholders dengan pihak manajer prinsipal dalam mengelola
keuangan perusahaan Setiawan, 2006. Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah
sarana yaitu laporan tahunan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut, mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor saat ini
juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.
B. Opini Audit
Menurut SPAP SA Seksi 150 ; PSA no. 1 dalam proses audit terdapat 3 standar yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan standar profesionalnya
yaitu : 1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi1 bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Terkait dengan tahap pelaporan tersebut, auditor mempunyai kewajiban untuk memberikan opini atas laporan keuangan yang telah diauditnya. Menurut
SPAP SA Seksi 508 ; Paragraf 10 terdapat 5 tipe opini auditor, yaitu :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Unqualified. Pendapat wajar tanpa pengecualian Unqualified dinyatakan bila,
menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia dan didalamnya tidak terdapat salah saji material yang akan mempengaruhi para pengguna dari laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan.
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan keuangan auditor bentuk baku
Unqualified with Explanatory Paragraph. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
Unqualified with Explanatory Paragraph dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, dimana kondisi atau keadaan tertentu seringkali
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan keuangan auditor bentuk baku.
Keadaan tersebut meliputi : a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor
independen lain Paragraf 12 13.
b. Laporan Keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI Paragraf 14 15.
c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan
hidup entitas going concern, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana
menajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d. Diantara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya
ketidakkonsistensian Paragraf 16 18. e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas
laporan keuangan komparatif Paragraf 68, 69 72 sd 74. f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Bapepam,
namun tidak disajikan atau tidak direview. g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI - Dewan SAK telah
dihilangkan, yang penyajiannya penyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut, dan auditor tidak dapat
melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut.
h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian Qualified. Pendapat wajar dengan pengecualian Qualified dinyatakan bila,
menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang
berhubungan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak
memberikan pendapat paragraf 22 s.d. 34. b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk
tidak menyatakan pendapat tidak wajar paragraf 35 s.d. 57.
4. Pendapat Tidak Wajar Adverse. Pendapat tidak wajar Adverse dinyatakan bila, menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Disclaimer.
Pernyataan tidak memberikan pendapat Disclaimer menyatakan
bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak
dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang
mendukung pernyataannya tersebut. Dalam keadaan auditor menghadapi keraguan signifikan tentang kelangsungan hidup entitas
going concern issues auditor dapat tidak memberikan pendapat.
1. Opini Audit Going Cocern
Opini audit going cocern ini adalah opini audit yang berada pada lingkup pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan, dimana auditor dapat meyakini rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana menajemen tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. Going concern
adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan Gray Manson, 2000. Adalah tanggung
jawab utama director untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor
untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan
keuangan Setiawan, 2006. Menurut Altman dan McGough 1974 masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi
kekurangan defisiensi likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian
operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.
Audit report dengan modifikasi atau bahasa penjelasan mengenai going
concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko
perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan
hasil dari
operasi, kondisi
ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan
kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang dari penelitian yang dilakukan Praptitorini 2007 dari 348 perusahaan manufaktur sampel
penelitian dari periode 1997 sampai dengan 2002. PSA No.30 memberikan pedoman kepada auditor mengenai dampak
kemampuan satuan usaha dalam mepertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut :
1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas, ia harus: a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan
b. menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.
Dijelaskan dalam SA Seksi 341 ; Paragraf 06 mengenai pertimbangan
auditor atas
kemampuan entitas
dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya,
auditor dapat
mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu
yang, jika
dipertimbangkan secara
keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa
tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya
kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain.
Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa tersebut: 1 Trend negatif - sebagai contoh, kerugian operasi yang
berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek.
2 Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan - sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau
perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit
biasa, rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar
aktiva. 3 Masalah intern - sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak
bersifat ekonomis,
kebutuhan untuk
secara signifikan
memperbaiki operasi. 4 Masalah luar yang telah terjadi - sebagai contoh, pengaduan
gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah- masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan
entitas untuk beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian
akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan
pertanggungan yang tidak memadai. 2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang dapat mengurangi dampak
dari kondisi atau peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertimbangkan
untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer. 3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan
auditor adalah
menyimpulkan berdasarkan
pertimbangannya atas efektivitas rencana tersebut.
Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana manajemen
tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu yang
pantas. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi Sukrisno, Agoes : 2004 :
a. Rencana untuk menjual aktiva b. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang
c. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran d. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi rencana manajemen, auditor harus meminta kepada manajemen untuk menyediakan
informasi tersebut dan harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan terhadap asumsi signifikan yang melandasi informasi itu. Auditor
harus menaruh perhatian khusus atas asumsi yang: a. Material bagi informasi keuangan prospektif.
b. Rentan atau mudah sekali berubah. c. Tidak konsisten dengan trend masa lalu.
C. Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya Ramadhany, 2004. Mc Keown dkk 1991
menemukan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern
pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Dalam penelitian yang dilakukan Setyarno 2006 menunjukkan bahwa semakin
buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going concern. Fanny dan Saputra 2005, dalam
penelitiannya digunakan empat model prediksi kebangkrutan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu The Zmijeski Model, The Altman Model,
Revised Altman Model dan Springate Model.
1. The Zmijeski Model 1984 Zmijeski 1984 menggunakan analisis rasio yang mengukur kondisi
keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio leverage dan likuiditas untuk model prediksinya. Model yang dikembangkannya adalah sebagai
berikut: X = -4.3-4.5X1 + 5.7X2-0.004X3
X1 = ROA return on asset X2 = Leverage debt ratio
X3 = Likuiditas current ratio
2. The Altman Model 1968 Altman 1968 menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas
serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Altman mengembangkan model kebangrutan dengan menggunakan 22
rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar dan aktivitas. Model
Altman sebagai berikut: Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5
Z1 = working capitaltotal asset Z2 = retained earningstotal asset
Z3 = earnings before interest and taxestotal asset Z4 = market capitalizationbook value of debt
Z5 = salestotal asset
3. Revised Altman Model 1993 Model yang dikembangkan sebelumnya mengalami revisi yang
tujuannya adalah agar model prediksinya tidak hanya digunakan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat digunakan untuk perusahaan selain
manufaktur. Model Revisi Altman adalah sebagai berikut:
Z’ = 0.717Z + 0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4 + 0.998Z5 Z1 = working capitaltotal asset
Z2 = retained earningstotal asset Z3 = earnings before interest and taxestotal asset
Z4 = book value of equitybook value of debt Z5 = salestotal asset
4. The Springate Model 1978 Springate menggunakan analisis multidiskriminan untuk memprediksi
40 perusahaan sampelnya. Model prediksinya: S = 1.03A + 3.07B + 0.66C +0.4D
A = working capitaltotal asset B = net profit before interest and taxestotal asset
C = net profit before taxes current liabilities D = salestotal asset
Mengacu pada penelitian Stephen, John Grice, Sr 1998, maka peneliatian ini dilakukan dengan menggunakan salah satu rasio yaitu, analisis Z Score.
Analisis Z Score dapat digunakan sebagai alat prediksi kebangkrutan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan, analisis ini pertama kali dikemukakan
oleh Edward I. Altman pada pertengahan tahun 1960 di New York City. Dalam studinya setelah menyeleksi 22 rasio keuangan ditemukan 5 rasio yang
dapat dikombinasikan untuk melihat perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Kemudian Altman melakukan perbaikan dengan membuatnya
dalam versi lima variabel, yaitu : Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5
Z1 = working capitaltotal asset Z2 = retained earningstotal asset
Z3 = earnings before interest and taxestotal asset Z4 = market capitalizationbook value of debt
Z5 = salestotal asset Hasil perhitungan Z Score dapat dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan atau dapat pula dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun. Apabila dari tahun ke tahun Z Score mengalami penurunan nilai, hal ini dapat
mengidentifikasikan terjadinya gejala kesulitan keuangan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan.
Dari keempat variabel yang digunakan dari model analisis ini oleh perusahaan, semuanya berasal dari kelompok-kelompok rasio keuangan yang
dapat dilihat keterkaitannya dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Variabel Z
1
memperlihatkan likuiditas
perusahaan, variabel
Z
2
memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba kumulatif, variabel Z
3
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setiap tahunnya dengan penggunaan aktiva yang dimiliki dan variabel Z
4
memperlihatkan solvabilitas perusahaan. Kebaikan analisis Z Score adalah dapat mengkombinasikan berbagai
rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat dipergunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, perusahaan pribadi,
perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Sedangkan kelemahan dari model ini adalah tidak adanya rentang waktu yang
pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z Score diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak
digunakan karena adakalanya terdapat hasil yang berbeda. Meski demikian kita dapat tetap menggunakannya untuk memberikan peringatan yang
berharga sehingga kesulitan keuangan perusahaan dapat diatasi segera.
D. Pertumbuhan Perusahaan