a. Variables entered on step 1: ZScore, SALGR, DEBT, PRIOP. Signifikansi pada level 5 atau 0.05
Tabel 4.14 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikansi 5 persen 5. Dari pengujian persamaan regresi
logistik diatas maka dapat diperoleh model regresi logistik sebagai berikut :
a. H
1
: Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap kemungkinan pemberian opini going concern oleh auditor.
Variabel kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Z- Score
Altman model tahun 1968 dengan menilai tingkat rasio likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas didalamnya yang memprediksi kebangkrutan
menunjukkan nilai koefisien sebesar -1,803 pada tingkat signifikansi dibawah 5 yaitu 0,029 2,9. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa dari model prediksi Z-Score Altman 1968 yang dinotasikan dengan Z-Score menunjukkan hasil yang signifikan nilai
signifikansi 0,029 lebih kecil dari 0,05 bahwa model ini yang digunakan sebagai proksi dari kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif
terhadap kemungkinan pemberian opini audit wajar dengan bahasa penjelasan mengenai keberlangsungan usaha going concern oleh auditor.
=
-0,481 - 1,803
ZScore
+ 0,257 SALGR +
3,734 DEBT + 2,889 PRIOP
OPINI
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesa 1 H
1
berhasil didukung. Hasil ini mendukung penelitian Setyarno 2006 dan Arga Fajar 2007 yang menyatakan bahwa semakin baik kondisi
keuangan perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern, karena auditor hanya akan
memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau mengalami kesulitan dalam melanjutkan kelangsungan hidup usahanya.
b. H
2
: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan pemberian opini going concern oleh auditor.
Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan Sales Growth Ratio menunjukkan nilai koefisien
positif sebesar 0,257 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,625 62,5 lebih besar dari 0,05 5. Kesimpulan yang dapat diambil adalah hipotesa
2 H
2
tidak berhasil didukung, dengan demikian terbukti bahwa rasio pertumbuhan
penjualan perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap kemungkinan pemberian opini going concern oleh auditor.
Hasil penelitian empiris ini sejalan dengan penelitian Setyarno 2006 yang menemukan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan
penjualan yang positif tidak dapat menjamin auditee untuk tidak menerima opini audit going concern. Dari 130 sampel penelitian yang diamati rata-
rata dari rasio pertumbuhan penjualan kelompok auditee dengan opini going concern
maupun tidak going concern mengalami pertumbuhan pejualan yang positif sebanyak 107 sampel dari 130 sampel yang diamati
dan sisanya 23 sampel dari 130 sampel mengalami pertumbuhan yang negatif. Hal ini berarti auditee yang menjadi sampel dalam penelitian ini