1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik SPAP, SA Seksi 431 2001: 431.1, disebutkan bahwa
pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor, artinya bahwa penyajian laporan
keuangan harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material. Dalam hal ini,
laporan keuangan harus memberikan informasi tentang kondisi dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Salah satu komponen yang paling penting di dalam laporan keuangan
adalah informasi mengenai laba. Informasi laba dapat membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, perusahan yang memiliki laba meningkat dari tahun sebelumnya menggambarkan bahwa kinerja perusahaan lebih baik. Informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan harus berguna untuk investor dan calon investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pengguna lainnya dalam pengambilan
keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenisrasional Statement of Finacial Accounting Concept
SFAC nomor 1. Informasi tersebut juga harus dapat dipahami oleh mereka yang memiliki wawasan bisnis dan ekonomi supaya
Universitas Sumatera Utara
2 informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat membantu dalam
pengambilan keputusan atau penyajian laporan keuangan harus disertai pengungkapan yang penuh full disclosure.
Informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab perusahaan, namun berbagai keterbatasan yang dihadapi perusahaan baik
dalam kepemilikan sumber daya, informasi, teknologi dan juga dalam tujuan penyajian laporan keuangan, maka dalam hal ini perusahaan memerlukan jasa
profesional seorang akuntan publik auditor eksternal untuk mengaudit laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia IAI dalam Standar Profesional Akuntan
Publik SPAP, SA Seksi 210 2001: 210.1 menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor, artinya bahwa akuntan publik merupakan profesi yang menuntut adanya sikap independensi, integritas dan objektivitas.
Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik akan mendapat kepercayaan atas tanggungjawab manajemen terhadap pihak eksternal yang
memerlukan informasi laporan keuangan. Hubungan dari ketiga pihak yang terlibat dan fungsi yang ditimbulkan oleh aktivitas audit disajikan pada gambar
1.1.
Universitas Sumatera Utara
3 Pihak I Auditor
Pihak III Eksternal Pihak II Manajemen
Gambar 1.1 Hubungan dan fungsi yang ditimbulkan dalam audit
Sumber: Bayangkara,IBK., Manajemen Audit: Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi
Jakarta: Salemba Empat, 2011, hlm. 2. Namun seiring perubahan zaman, hubungan antara manajemen, auditor
maupun pihak eksternal lama kelamaan mulai terkikis, hal ini dibukt ikan beberapa skandal akuntansi yang terjadi. Skandal-skandal akuntansi bukan hanya terjadi
pada perusahaan-perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Xerox, Worldcom, Green Tree Financial Corporation, dan lain-lain. Kejadian yang serupa terjadi pula
di Indonesia, seperti kasus PT. Ades Alfindo yang terungkap tahun 2004, kasus PT. Indofarma tahun 2004, kasus PT. Perusahaan Gas Negara tahun 2006, kasus
PT. Bank Lippo tahun 2002, kasus PT. Kimia Farma tahun 2002, dan masih banyak lagi Sulistiawan, et al. 2011: 53. Sebagai contoh kasus Enron yang
terjadi pada tahun 2000, melibatkan Chief Executive Officer CEO, komisaris, komite audit, auditor internal sampai dengan auditor eksternal. Skandal Enron
berupa perhitungan atas total revenue Enron tahun 2000 dinyatakan sebesar US 100,8 miliar dan dibenarkan oleh auditor eksternal Arthur Anderson. Laporan
audit pengesahan
pertanggun gjawaban
Universitas Sumatera Utara
4 keuangan tersebut diuji kembali oleh Petroleum Finance Company PFC dan
ternyata hanya berjumlah US 9 miliar dan Enron memiliki utang senilai US 1,2 miliar yang disembunyikan dengan teknik off balance sheet. Hal ini
mengakibatkan Enron pailit, rusaknya citra profesi akuntan dan kerugian ratusan juta dollar dialami investor Sudirman, 2002; Tjager et al. 2003; dalam Luhgiatno,
2010: 17. Kasus manajemen laba yang terjadi baru-baru ini adalah kasus kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2008 PT. Waskita Karya.
Kasus kelebihan pencatatan laba bersih sebesar Rp. 500 miliar diketahui saat dilakukan audit laporan keuangan menyeluruh seiringa pergantian direktur pada
tahun 2008. Modus rekayasa keuangan yang digunakan sejak tahun buku 2004- 2008 adalah dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multitahun ke
depan sebagai pendapatan tahun tertentu. Kompas, Sabtu, 29 Agustus 2009 Salah satu bentuk manipulasi data adalah manajemen laba earnings
management . Manajemen laba mungkin tidak terlalu asing bagi para pemerhati
manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Istilah tersebut mulai menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti akuntansi, karena sering
dihubungkan dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan preparers of financial statements, Gumanti 2000: 105. Manajemen laba yang
dilakukan oleh manajer timbul karena adanya masalah keagenan yaitu konflik kepentingan antara pemilikpemegang saham principal dengan
pengelolamanajemen agent akibat tidak bertemunya utilitas maksimal diantara mereka, karena manajemen memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak
daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang
Universitas Sumatera Utara
5 memungkinkan melakukan praktik akuntansi dengan orientasi pada laba untuk
mencapai suatu kinerja tertentu. Pada penelitian ini earnings management diukur dengan proksi real
earnings management manajemen laba riil. Hal ini berbeda dengan penelitian-
penelitian terdahulu yang kebanyakan hanya memfokuskan pada teknik manajemen laba berbasis akrual accrual-based earnings management
Roychowdhury, 2006: 336. Konsep manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil merupakan konsep yang dikenalkan oleh Roychowdury 2006 untuk
mendeteksi praktik manajemen laba melalui pendekatan aktivitas riil perusahaan. Manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil cenderung dilakukan oleh
perusahaan yang kinerjanya menurun dengan motif untuk menghindari laba nol dan laba negatif.
Penelitian Gunny 2010: 1, Roychowdhury 2006: 336, Cohen and Zarowin 2010: 2 menemukan bahwa manajer sudah bergeser dari manajemen
laba akrual menuju manajemen laba riil setelah periode Sarbanes-Oxley Act SOX. Menurut Gunny 2010: 855 pergeseran dari manajemen akrual ke
manajemen laba riil disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator
daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Kedua, hanya menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang
berisiko karena perusahaan mungkin mempunyai fleksibilitas yang terbatas untuk mengatur akrual, misalnya keterbatasan dalam melaporkan akrual diskresioner.
Universitas Sumatera Utara
6 Menurut Roychowdhury 2006: 336, meskipun terdapat biaya yang
terkait dengan manipulasi aktivitas nyata, manajemen tidak hanya mengandalkan tindakan manipulasi melalui akrual dalam memanipulasi laba karena manipulasi
aktivitas riil digunakan apabila manipulasi akrual tidak mencapai target. Selain itu, manipulasi akrual hanya dapat dilakukan pada akhir periode untuk mencapai
target, apabila tidak terpenuhi maka manajemen dapat menggunakan manipulasi melalui aktivitas riil yang dilakukan sepanjang tahun dan sulit dideteksi. Oleh
karena itu, metode manipulasi aktivitas riil menjadi alternatif lain bagi manajer yang dapat dilakukan untuk mengatur laba selain manajemen laba akrual yang
mudah dideteksi. Proksi real earnings management pada penelitian ini diukur dengan arus kas operasi abnormal abnormal CFO.
Dalam langkah preventif dan deteksi potensi manajemen laba maka strategi yang diperlukan adalah menelusuri kembali hubungan yang saling terkait
antara auditor, manajemen dan pihak eksternal. Manajemen akan memenuhi fungsi pertanggungjawaban terhadap pihak eksternal dengan informasi yang ada
di dalam laporan keuangan, namun pihak eksternal akan menerima informasi laporan keuangan tersebut jika telah diaudit oleh auditor. Oleh karena itu
manajemen memerlukan jasa professional auditor untuk memastikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan dengan melakukan audit atas laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
7 Audit dapat mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara
manajer dan pengguna laporan keuangan dengan menggunakan pihak luar yang independen auditor eksternal untuk memberikan pengesahan terhadap laporan
keuangan. Para pengguna laporan keuangan akan terbantu dengan laporan yang dibuat oleh auditor dalam mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu kualitas
audit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor dalam proses audit.
Dari langkah preventif dan deteksi potensi manajemen laba yang telah diuaraikan di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kualitas audit dan
lama perikatan auditor tenure antara manajemen dan auditor sangat memengaruhi potensi terjadinya manajemen laba. Kualitas audit dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan ukuran KAP yakni KAP Big Four dan Non Big Four
. Peneliti mengasumsikan KAP Big Four memiliki kualitas yang lebih baik dibanding dengan KAP Non Big Four. Auditor yang berkualitas baik
kemungkinan dapat mengurangi kecenderungan manajer dalam melakukan manajemen laba. Hal ini karena auditor berkualitas baik lebih menjaga sikap
independensi dan objektivitas. Selain diproksikan dengan ukuran KAP, kualitas audit juga diproksikan dengan auditor spesialisasi industri. Zhou dan Elder 2003:
103 menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP merupakan dimensi dari kualitas audit sebab pengetahuan dan pengalaman auditor tentang industri
merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor.
Universitas Sumatera Utara
8 Lamanya hubungan antara perusahaan dan auditor menjadi sebuah indikasi
bahwa sikap independen auditor yang sesungguhnya menjadi sangat sulit untuk diterapkan, karena adanya kepentingan terhadap klien. Auditor tenure dalam
jangka waktu yang lama, juga dapat menyebabkan auditor mengembangkan “hubungan yang lebih nyaman” dan kesetiaan yang kuat atau hubungan emosional
dengan klien mereka, sehingga dapat menyebakan independensi auditor menjadi terancam. Auditor tenure juga menimbulkan rasa “kekeluargaan yang lebih” dan
mengakibatkan kualitas serta kompetensi kerja auditor menurun ketika auditor mulai membuat asumsi-asumsi yang tidak tepat daripada evaluasi objektif dari
bukti terkini. Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh ukuran KAP, auditor
spesialisasi industri dan auditor tenure terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan manajemen laba riil menghasilkan kesimpulan yang berbeda-
beda. Penelitian Nihlati 2014: 9 menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif dan signifikan, auditor spesialisasi industri berpengaruh positif sedangkan
auditor tenure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Sedangkan
penelitian Inaam dan Khmoussi 2012: 31 menyimpulkan bahwa ukuran KAP berpenaruh positif dan signifikan, auditor spesialisasi industri dan auditor tenure
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba riil.
Universitas Sumatera Utara
9 Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Nihlati 2014. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada 1 objek penelitian, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia; 2 uji statistik F dimana pada penelitian ini akan diketahui apakah variabel-variabel independen mempunyai pengaruh simultan terhadap
variabel dependen; 3 tahun penelitian, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
Alasan peneliti memilih sektor industri manufaktur karena sektor industri manufaktur merupakan sektor industri yang terus meningkat dari tahun ke tahun
dari sisi jumlahnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan juga karena sektor industri ini merupakan sektor industri terbesar yang terdaftar di BEI dan memiliki
perusahaan terbanyak yaitu 140 perusahaan periode 2010-2013. Skandal manajemen laba juga beberapa tahun terakhir terjadi pada perusahaan-perusahaan
manufaktur, seperti PT. Ades Alfindo 2004, PT. Indofarma 2004, PT. Kimia Farma 2002. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti menggunakan
perusahaan-perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa pengaruh kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP dan auditor spesialisasi industri serta auditor tenure terhadap manajemen laba riil
ternyata masih belum konsisten. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit dan
Auditor Tenure Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1 Perumusan Masalah