17 Dalam hal ini prinsipal akan membutuhkan jasa audit dari pihak yang
independen auditor eksternal untuk memastikan kinerja dari steward. Artinya bahwa auditor akan mengukur kinerja dari steward apakah bebas dari manipulasi
laporan keuangan yang dikenal dengan manajemen laba. Pemilihan auditor eksternal oleh manajemen untuk melakukan proses audit atas kinerja keuangan
perusahaannya menjadikan awal dari hubungan stewardship. Auditor eksternal akan bekerja secara profesional untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam
menjaga reputasinya, sedangkan manajemen ingin mendapatkan tingkat akuntabilitas yang tinggi atas kinerja keuangannya dari hasil audit yang
berkualitas. Oleh karena itu kualitas audit dan auditor tenure akan memengaruhi hubungan stewardship untuk menjamin akuntabilitas kinerja keuangan perusahaan
yang akan dipertanggungjawabkan kepada prinsipal.
2.1.3 Manajemen Laba Earnings Management
2.1.3.1 Definisi Manajemen Laba
Istilah earnings management atau manajemen laba mungkin tidak terlalu asing bagi para pemerhati manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun
akademisi. Istilah tersebut mulai menarik perhatian para peneliti, khususnya peneliti akuntansi karena sering dihubungkan dengan perilaku manajer atau para
pembuat laporan keuangan prepares of financial statements, Gumanti, 2000: 105. Sekilas tampak bahwa manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat
perolehan laba earnings atau prestasi usaha suatu organisasi. Hal ini tidaklah aneh karena tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
18 prestasi manajemen disamping memang adalah suatu yang lazim bahwa besar
kecilnya bounus yang akan diterima oleh manajer tergantung dari besar kecilnya laba yang diperoleh. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila manajer sering
berusaha menonjolkan prestasinya melalui tingkat keuntungan atau laba yang dicapai.
Definisi laba menurut Verawati 2012: 18 adalah salah satu indikator utama untuk mengukur kinerja dan pertanggungjawaban manajemen. Informasi
laba juga dapat dijadikan panduan dalam melakukan investasi yang membantu investor ataupun pihak lain dalam menilai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Selain itu, laba pada umumnya dipandang sebagai dasar untuk perpajakan, pembayaran dividen dan pengambilan
keputusan. Adanya kecenderungan untuk memerhatikan laba ini disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi
laba tersebut, sehingga mendorong munculnya manajemen laba earnings management
. Ada perbedaan mendasar antara praktisi dan akademisi dalam memandang
manajemen laba. Secara umum para praktisi, yaitu investor, pemerintah, asosiasi profesi, dan pelaku ekonomi lainnya menganggap manajemen laba sebagai
kecurangan manajerial. Alasannya adalah aktivitas rekayasa manajerial ini dilakukan untuk menyesatkan dan merugikan pihak lain yang menggunakan
laporan keuangan sebagai sumber informasi untuk mengetahui segala sesuatu mengenai perusahaan. Sementara akademisi, termasuk para peneliti menilai
Universitas Sumatera Utara
19 manajemen laba bukan sebagai kecuarangan, sebab aktivitas rekayasa manajerial
ini pada dasarnya merupakan dampak dari luasnya prinsip yang berterima umum, sehingga bisa dikatakan bahwa perbedaan pemahaman terhadap manajemen laba
disebabkan perbedaan sudut pandang antara satu pihak dengan pihak lain Sulistyanto, 2008 dalam Verawati, 2012: 18.
Gumanti 2000 dalam Luhgiatno 2010: 19 berpendapat bahwa manajemen laba dapat memberikan gambaran akan manajer dalam melaporkan
kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data
keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan
dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuangan yang dapat dilakukan karena memang diperkenankan menurut peraturan akuntansi. Hal ini
sejalan dengan definisi manajemen laba menurut Belkaoui 2011: 74 yakni: “Suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia dan
mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.”
Definisi yang berbeda menurut Healy dan Wahlen dalam Belkaoui 2011: 75 yakni: “Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan
pertimbangan mereka dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa pemangku
kepentingan mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk
Universitas Sumatera Utara
20 memengaruhi hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan.” Definisi yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen di atas berfokus pada
penerapan pertimbangan dalam laporan keuangan 1 untuk menyesatkan para pemangku kepentingan yang tidak ataupun tidak bisa melakukan manajemen laba
dan 2 untuk membuat laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi para penggunanya. Oleh karenanya, terdapat sisi baik maupun buruk dari manajemen
laba: 1 sisi buruknya adalah biaya yang diciptakan oleh kesalahan alokasi dari sumber-sumber daya dan 2 sisi baiknya adalah potensi peningkatan kredibilitas
manajemen dalam mengkomunikasikan informasi pribadi kepada pemangku kepentingan eksternal dan memperbaiki keputusan dalam alokasi sumber-sumber
daya. Dari beberapa pengertian manajemen laba di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa manajemen laba berkaitan dengan cara manajemen dalam menyajikan laporan keuangan dalam pengambilan keputusan, artinya manajemen punya
wewenang untuk menyajikan laporan keuangan baik secara legal maupun ilegal. Kriteria manajemen laba secara legal yakni apabila tidak menyimpang dari
Standar Akuntansi Keuangan, misalnya dalam pemilihan metode penyusutan baik melalui metode garis lurus atau saldo menurun. Pemilihan dari salah satu metode
tersebut tentu akan berpengaruh terhadap laporan keuangan khususnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan atau lebih banyak berkaitan dengan pengambilan
keputusan manajemen terkait laporan keuangan perusahaan. Sedangkan kriteria manajemen laba secara ilegal yakni apabila telah menyimpang dari Standar
Universitas Sumatera Utara
21 Akuntansi Keuangan, misalnya penyajian akun akumulasi penyusutan dalam
laporan posisi keuangan seharusnya di sisi kredit namun manajemen menyajikannya si sisi debet.
2.1.3.2 Manajemen Laba Riil