Penanaman Modal Asing PMA

Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 1982 2513.98 1983 5452.86 1984 1436.47 1985 1632.21 1986 1842.3 1987 5518.1 1988 9746.9 1989 12933.7 1990 32863.5 1991 26464.3 1992 19079.2 1993 24032.1 1994 31921.7 1995 43341.8 1996 59217.7 1997 80334.3 1998 44908.02 1999 46747.5 2000 30059.5 2001 43966.6 2002 15853.5 2003 34442.7 2004 18631.6 2005 26807.9 2006 70753.3 Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan

4.4.2 Penanaman Modal Asing PMA

Penanaman Modal Asing mencakup PMA secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 1 tahun 1967 dan digunakan dalam Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 menjalankan perusahaan di Indonesia. Artinya pemilik modal menanggung segala resiko dalam PMA tersebut Wijaya, I.G Rai, 2005: 25 Menurut I.G. Rai, modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. Dalam perjalanannya, PMA menjadi kontroversi diantara pemegang kepentingan dengan ahli-ahli ekonomi. Di satu sisi PMA sangat dibutuhkan untuk memperlancar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Sementara dilain sisi, PMA merupakan bentuk eksploitasi sumber daya baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dalam kenyataanya PMA mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan perekonomian suatu wilayah atau suatu negara. Karena jika suatu daerah jauh dari Penanaman Modal Asing, maka wilayah itu akan cenderung tertinggal di dalam bentuk kemajuan baik itu dari segi teknologi maupun segi sosial budaya. Para investor asing juga selalu membawa perubahan dalam suatu wilayah, baik itu dalam manajen perusahaan maupun pengolahan suatu barang. Namun mereka investasi asing sering terkendala oleh berbagai aspek seperti keaamanan, kemudahan pengurusan izin, dan sistem serta infrastruktur yang baik. Tabel 4.11 Perkembangan PMA pada Sektor Industri di Sumatera Utara Juta US TAHUN PMA JUTA US Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 1982 1326.6 1983 1834.4 1984 1507.08 1985 2263.2 1986 2736.7 1987 3581.3 1988 2527.9 1989 4246.1 1990 5646.9 1991 3970.5 1992 5639.3 1993 13421.4 1994 18733.8 1995 23891.9 1996 16072.5 1997 23017.3 1998 2188.2 1999 6929.2 2000 7703.01 2001 5145.4 2002 5208.3 2003 4057.4 2004 6334.3 2005 6028.02 2006 8307.4 Sumber : Bank Indonesia Cabang Medan Dari tabel di atas dapat diamati bahwa PMA selalu tidak pasti. Mungkin suasana yang kondusif tidaklah menjamin bahwa investor asing akan menanamkan modalnya pada sektor industri. Mungkin lagi harus ditinjau dari segi pangsa pasar serta kelangsungan suatu usaha yang akan didirikan. Kendala yang dihadapi dalam hal kegiatan merangsang masuknya investor untuk menanamkan modal di Sumatera Utara antara lain: Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 1. Minimnya insentif, misalnya fasilitas pengurangan atau keringan pajak yang diberikan oleh pemerintah. Para investor PMA selalu bertanya apa fasilitas yang akan mereka terima jika menanamkan modalnya disuatu negara jika dibandingkan dengan negara pesaing Indonesia seperti RRC, Vietnam, Myanmar. Insentif yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia termasuk minim. 2. Masalah penerbitan izin, para calon investor merasa terbebani dengan proses administrasi perizinan yang berbelit-belit. Misalnya pengurusan izin HO, izin bangunan di kabupatenkota. 3. Terbatasnya dukungan infrastruktur seperti listrik, gas, air bersih, telekomunikasi dan transportasi. 4. Kondisi keamanan dan ketertiban yang belum kondusif misalnya persoalan tanah, perburuhan, premanisme, pungli dll. 5. Koordinasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Propinsi, KabupatenKota dalam pelimpahan kewenangan pemberian izin penanaman modal belum efektif.

4.5 PERKEMBANGAN KONSUMSI SUMATERA UTARA