Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
meletakkan dasar yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya dan meningkatkan peran serta dan tanggung jawab masyarakat dalam pertumbuhan.
Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, pembangunan daerah Sumatera Utara senantiasa diarahkan sejalan dengan tujuan pembangunan nasional,
yaitu dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional yang seutuhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Skala prioritas pembangunan daerah Repelita VI
ditetapkan pembangunan Sektor Industri sebagai prioritas pertama yang diikut i pertanian dan sektor pariwisata sebagai sektor kedua dan ketiga. Sedangkan sektor
lainnya dibangun secara seimbang pada Pelita VI yang merupakan kelanjutan dari Pelita V, titik berat pembangunan daerah Sumatera Utara sesuai dengan prioritas
pembangunan nasional adalah bidang ekonomi dengan prioritas sektor industri, pertanian dan pariwisata.
4.2 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA
Gambaran perekonomian Sumatera Utara tahun 2005 selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Terjadi bencana alam
gempa bumi dan gelombang Tsunami di penghujung tahun 2004 yang melanda Nangroe Aceh Darussalam dan sebagian wilayah Sumatera Utara yang telah
memberikan dampak yang cukup berarti bagi perekonomian Sumatera Utara. Demikian pula dengan kebijaksanaan kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober
2005 memberikan andil dalam situasi perekonomian Sumatera Utara. Beberapa
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
indikator menunjukkan indikasi yang kurang menggembirakan seperti inflasi dan nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian Sumatera Utara tetap menunjukkan
pertumbuhan positif.
4.3 PERKEMBANGAN INDUSTRI DI SUMATERA UTARA
Struktur perekonomian Sumatera Utara sejak tahun 1994 telah bergeser dari dominasi sektor pertanian ke sektor industri pengolahan. Hal ini ditandai dengan
peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku yang cenderung mengecil, sebaliknya peranan industri semakin besar.
Gambar 4.1 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan pada Perekonomian Sumatera Utara
menurut Kelompok Industri Tahun 2005.
10 20
30 40
50 60
Ind. Pengilangan Minyak Bumi Ind. Makanan, Minuman dan
Tembakau
Ind. Tekstil, Kulit Alas Kaki Ind. Kayu Hasil Hutan lainnya
Ind. Kertas Barang Cetakan Ind. Pupuk, Kimia Brg dr Karet
Ind. Semen Brg Galian Bkn Logam Ind. Logam Dasar, Besi Baja
Ind. Alat Angkut, Mesin Peralatannya Ind. Barang Lainnya
Kontribusi
0.69
0.49 55.64
5.1 0.92
17.62 4.86
10.63 3.91
0.14
K el
om pok
Indust ri
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Krisis moneter yang melanda Indoensia pada bulan Juli 1998 masih membayangi perkembangan sektor perindustrian Sumatera Utara. Krisis ini
mengembalikan sektor pertanian sebagai sektor urutan pertama penyumbang terbesar didalam pembentukan PDRB Sumatera Utara, setelah sebelumnya, tepatnya tahun
1994 sektor industri pengolahan menggeser sektor pertanian di urutan pertama dalam Pembentukan PDRB Sumatera Utara. Pada tahun 1998, peranan sektor industri
pengolahan lebih besar daripada peranan sektor pertanian. Namun pada tahun, kontribusi sektor industri pengolahan menurun dan pertanian meningkat kembali.
Tabel 4.2 PDRB Sektor Industri Pengolahan Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2001-2005 Milyar Rupiah
Sub Sektor 2001
2002 2003
2004 2005
1 2
3 4
5 6
Industri Migas 105,75
0,54 166,37
0,78 190,24
0,73 210,97
0,70 243,85
0,69
Pengilangan Minyak Bumi 105,75
0,54 166,37
0,78 190,24
0,73 210,97
0,70 243,85
0,69 Gas Alam Cair
Industri Non Migas 19.421,99
99,46 21.087,24
99,22 25.941,73
99,30 29.735,92
99,30 35.311,18
99,31
Makanan, Minuman dan Tembakau 12.230,22
62,63 12.272
57,74 14.648,09
56,05 16.695,19
55,75 19.783,47
55,64 Tekstil, Brg dr Karet Alas Kaki
111,22 0,57
129,57 0,61
138,80 0,52
152,77 0,51
175,76 0,49
Brg dr Kayu Hasil Hutan Lain 1.106,91
5,67 1.311,62
6,17 1.412,77
5,41 1.594,41
5,32 1.811,82
5,10 Kertas Brg Cetakan
150,25 0,77
157,75 0,74
236,99 0,91
278,36 0,93
327,79 0,92
Pupuk, Kimia Brg dr Karet 3.305,13
16,93 3.994,28
18,79 5.094,87
19,50 5.512,38
18,41 6.263,48
17,62 Semen Brg Galian Bkn Logam
891,09 1.089,96
1.380,77 1.490,26
1.727,36
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
4,56 5,13
5,28 4,98
4,86 Logam Dasar Besi Baja
1.086,24 5,56
1.417,80 6,67
2.075,71 7,94
2.902,04 9,69
3.779,65 10,63
Alat Angk.Mesin Peralatannya 514,25
2,63 628,65
3,21 921,10
3,52 1.065,91
3,36 1.391,44
3,91 Barang Lainnya
26,67 0,14
31,60 0,15
35,64 0,14
44,69 0,14
50,40 0,15
Industri Pengolahan
19.527,74 100,00
21,253,61 100,00
26.131,97 100,00
29.946,89 100,00
35.555,03 100,00
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan pengelompokan ini, industri besar dan sedang menghasilkan nilai
tambah terbesar. Berikut tentang penyerapan tenaga kerja, struktur nilai output, biaya input, dan nilai tambah.
Tabel 4.3 Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Industri
Tahun 2001-2005 Unit
Golongan Industri 2001
2002 2003
2004 2005
1 2
3 4
5 6
31. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit
33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga 34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik
35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik 36. Industri Barang Galian Bukan Logam, Kecuali
Minyak Bumi dan Batu bara 385
57 139
34 182
35 387
55 80
32 174
34 379
55 131
32 174
32 384
55 133
32 174
32 398
60 138
33 186
35
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
37. Industri Logam Dasar 38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan
Perlengkapannya 39. Industri Pengolahan Lainnya
14
101 12
54
53 78
13
86 17
13
87 19
13
86 17
Jumlah 959
947 919
929 966
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 2005, jumlah industri besar dan sedan di Sumatera Utara sebanyak
966 perusahaan. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2004 sebanyak 929 perusahaan. Sebagian besar dari industri ini termasuk pada golongan
industri 31 makanan, minuman, dan tembakau yang mencapai 398 perusahaan. Selain golongan industri 31, golongan industri besar sedang lain yang banyak
terdapat di Sumatera Utara, yaitu: golongan industri 35 kimia, batu bara, karet, dan plastik yang berjumlah 186 perusahaan; dan golongan industri 33 kayu, perabot
rumah tangga berjumlah 138 perusahaan.
Table 4.4 Nilai Output Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri
Tahun 2001-2005 Milyar Rp.
Golongan Industri 2001
2002 2003
2004 2005
1 2
3 4
5 6
31. Industri Makanan, Minuman dan TEmbakau 32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit
33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga 34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik
35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik 38.670,79
203,16 2.162,35
372,92 4.934
25.753 385,50
1.776,48 370,12
5.959,31 23.880,21
178,50 2.298,46
1.737,93 6.911,17
24.312,74 331,67
2.511,06 1.781,83
7.132,55 28.992,37
468,19 3.299,96
1.969,45 9.354,98
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
36. Industri Barang Galian Bukan Logam, Kecuali Minyak Bumi dan Batu bara
37. Industri Logam Dasar 38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan
Perlengkapannya 39. Industri Pengolahan Lainnya
508 3.093,46
1.116,65 10,19
633,02 5.252,51
332,11 537,09
738,12 2.725,51
658,42 15,59
795,32 3.280,91
842,44 20,15
869,83 3.892,28
836,76 19,17
Jumlah 51.073,09
40.999,65 39.143,91
41.008,67 49.569,99
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan nilai output yang dihasilkan, golongan industri 31 makanan,
minuman, dan tembakau kembali menunjukkan peranannya terhadap output industri besar sedang di Sumatera Utara dimana sebesar Rp 28,99 triliun atau sekitar 58,49
persen dari output industri besar sedang dihasilkan oleh golongan industri ini. Penghasil output terbesar kedua adalah golongan industri 35 kimia, batu bara,
karet dan plastik, yaitu sebesar Rp 9,354 triliun atau sekitar 18,87 persen dari keseluruhan nilai output. Golongan industri 37 logam dasar, golongan industri 33
kayu, dan perabot rumah tangga, serta golongan industri 34 kertas, percetakan dan penerbitan mengikuti di belakangnya, dengan besarnya output masing-masing
sebesar Rp 3,829 triliun, Rp 3,299 triliun, dan Rp 1,969 triliun. Besarnya persentase dari masing-masing golongan tersebut secara berturut-turut adalah 7,72 persen, 6,52
persen, dan 3,97 persen. Output kecil dihasilkan oleh industri pengolahan lainnya dengan persentase 0,04.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Banyaknya perusahaan pada golongan industri 31 makanan, minuman dan tembakau berdampak pada besarnya tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan
industri ini. Tenaga kerja yang bekerja pada golongan industri ini ada sekitar 57.943 orang. Sedangkan perusahaan golongan industri 35 kimia, batu bara, karet dan
plastik mempunyai tenaga kerja sebanyak 44.367 orang, dan perusahaan golongan industri 33 kayu, perabot rumah tangga mempunyai tenaga kerja sebanyak 28.250
orang. Perusahaan yang paling tinggi menyerap tenaga kerja adalah perusahaan pada
golongan industri 37 logam dasar, dimana setiap perusahaannya dapat menyerap sampai 393 tenaga kerja. Sedangkan golongan industri 35 kimia, batu bara, karet,
plastik berhasil mempekerjakan 239 orang pada setiap perusahaannya. Kelompok industri yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah industri pengolahan lainnya
sebesar 35 orang per perusahaan.
Tabel 4.5 Nilai Input Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri
Tahun 2001-2005 Milyar Rp.
Golongan Industri 2001
2002 2003
2004 2005
1 2
3 4
5 6
31. Industri Makanan, Minuman dan TEmbakau 32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit
33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga 34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik
35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik 36. Industri Barang Galian Bukan Logam,
31.794,26 149,30
1.235,48 280,54
3.546,80 19.885,17
327,62 851,16
286,93 4.164,37
19.104,17 114,54
1.196,07 394,93
4.876,33 19.227,14
255,71 1.275,15
429,33 4.912,68
20.886,79 378,14
1.859,46 517,95
6.951,49
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Kecuali Minyak Bumi dan Batu bara 37. Industri Logam Dasar
38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan Perlengkapannya
39. Industri Pengolahan Lainny 230,41
1.308,64
663,72 5,12
122,73 3.962,01
226,40 345,61
232,97 1.183,83
411,93 8,03
288,56 1.590,49
586,87 10,22
347,47 2.136,84
500,12 9,12
Jumlah 39.214,27
30.171,77 27.522,80
28.576,15 33.587,47
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Secara umum input golongan industri mengalami peningkatan. Pada tahun
2005, input industri besar sedang sebesar Rp 49.57 triliun, atau naik 20,88 persen dari sebesar Rp 41,01 triliun pada tahun 2004. Hal ini dapat menjadi cerminan akan telah
adanya perbaikan kinerja ekonomi pada sektor industri, khususnya industri besar sedang, karena tahun sebelumnya terjadi penurunan nilai output.
Tingginya penyerapan tenaga kerja pada golongan industri 37 logam dasar dan golongan industri 35 kimia, batu bara, karet, dan plastik dapat dimanfaatkan
oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk membuka lapangan kerja dengan cara pendirian perusahaan jenis tersebut atau setidaknya dapat mengundang investor untuk
mendirikan perusahaan menanamkan modalnya pada industri-industri tersebut.
Tabel 4.6 Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang menurut Golongan Industri
Atas Dasar Harga Pasar Tahun 2001-2005 Milyar Rp.
Golongan Industri 2001
2002 2003
2004 2005
1 2
3 4
5 6
31. Industri Makanan, Minuman dan TEmbakau 6.876,53
5.868,30 4.776,04
5.085,60 8.105,58
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit 33. Industri Kayu, Perabot Rumahtangga
34. Industri Kertas, Percetakan dan Plastik 35. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik
36. Industri Barang Galian Bukan Logam, Kecuali Minyak Bumi dan Batu bara
37. Industri Logam Dasar 38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan
Perlengkapannya 39. Industri Pengolahan Lainnya
53,86 926,87
92,38 1.387,90
278,46 1.784,82
452,93 5,07
57,87 925,32
83,18 1.794,94
510,28 1.290,53
105,70 191,73
63,96 1.102,39
1.343,00 2.034,84
505,15 1.541,68
246,49 7,56
75,96 1.235,91
1.352,50 2.219,87
506,76 1.690,42
255,57 9,93
90,05 1.370,50
1.451,50 2.403,49
522,36 1.692,44
336,44 9,96
Jumlah 11.858,82
10.827,88 11.621,11
12.432,52 15.982,52
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sama halnya dengan nilai output, kelompok industri yang paling besar
menggunakan biaya input adalah golongan industri 31 makanan, minuman, dan tembakau yaitu sebesar Rp 20,886 triliun, atau sekitar 62,19 persen dari keseluruhan
input industri besar sedang pada tahun 2005. Golongan industri 35 kimia, batu-bara, karet dan plastik menyusul diurutan kedua dengan biaya input sebesar Rp 6,951
triliun atau sekitar 20,70 persen. Urutan selanjutnya adalah golongan industri 37,33,38,36,32 dan 39.
Secara keseluruhan biaya input naik sebesar 17,54 persen, dari Rp 28,576 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 33,587 triliun pada tahun 2005. Perbandingan
nilai output terhadap input sekitar 1,48 persen. Diharapkan untuk tahun tahun selanjutnya kenaikan input akan diikuti oleh kenaikan output yang lebih besar dari
tahun ini.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tahun 2005, golongan industri 31 makanan, minuman, dan tembakau menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 8,105 triliun atau sekitar 50,71 persen dari
keseluruhan nilai tambah golongan industri besar sedang. Golongan industri 35 kimia,batu bara, karet dan plastik merupakan penghasil nilai tambah terbesar kedua
dengan nilai tambah Rp 2,403 triliun atau sekitar 15,04 persen. Industri besar sedang lain yang cukup besar peranannya adalah golongan
industri 37,34, dan 33 dengan nilai tambah masing-masing sebesar Rp 1,692 triliun, Rp 1,451 triliun, dan Rp 1,370 triliun. Bila diukur dengan persentase secara berturut-
turut besarnya sekitar 10,59 persen, 9,08 persen, dan 8,57 persen. Secara keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan naik sebesar 28,55 persen dari Rp 12,432 triliun pada
tahun 2004 menjadi Rp 15,982 triliun pada tahun 2005. Apabila dicermati lebih lanjut, selama periode 2001-2005, terlihat bahwa
golongan industri 31 makanan, minuman, dan tembakau menempati peringkat pertama dalam menciptakan struktur nilai ouput, biaya input dan struktur nilai tambah
menurut golongan industri. Sebaliknya, pada urutan terakhir ditempati oleh golongan industri pengolahan lainnya.
Sementara itu, jika dibandingkan antara rasio nilai tambah terhadap output selama tahun 2001-2005 juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2002, rasio nilai
tambah terhadap output sekitar 26,41 persen, kemudian meningkat di tahun 2003 menjadi 29,69 persen. Selanjutnya nilai ini terus meningkat hingga tahun 2004 yang
mencapai 30,32 persen. Pada tahun 2005 meningkat kembali menjadi sebesar 32,24
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
persen. Hal ini cukup menggembirakan karena gambaran ini mengindikasikan bahwa usaha kelompok industri di Sumatera Utara sudah dapat menggunakan dananya
secara lebih efisien.
4.3 PERKEMBANGAN KESEMPATAN KERJA