Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
a. PMDN X
1
PMDN X
1
mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, dengan koefisien sebesar 19222.65
.
Hal ini berarti jika terjadi penambahan PMDN sebesar 1 miliar rupiah, ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan
mengalami peningkatan sebesar 19223 orang. Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PMDN signifikan pada = 5,
dengan t-hitung t-tabel 2.622 2.080. Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel PMDN berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada tingkat
kepercayaan 95 . Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada PMDN, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris
paribus.
b. PMA X
2
PMA X
2
mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, dengan koefisien sebesar 22830.63. Hal ini berarti jika terjadi penambahan PMA
sebesar 1 juta US , ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami peningkatan sebesar 22831 orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PMA signifikan pada = 5 , dengan t-hitung t-tabel 2.667 2.080. Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya,
variabel PMA berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada tingkat kepercayaan 95 .
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada PMA, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris paribus.
c. Konsumsi X
3
Konsumsi X
3
mempunyai pengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, dengan koefisien sebesar 2419.994. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan tingkat
Konsumsi sebesar 1 milyar rupiah , ceteris paribus maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami peningkatan sebesar 2420
orang.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa Konsumsi signifikan pada = 5 , dengan t-hitung t-tabel 2.332
2.080. Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel Konsumsi berpengaruh nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada
tingkat kepercayaan 90 . Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila terjadi kenaikan pada
Konsumsi, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan meningkat, ceteris paribus.
4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Multikolinearity
Multikolinearity adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi variabel independen di antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat
gejala multikolinearitas di antara variabel-variabel independennya. Hal ini dapat terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang
sudah ditentukan.
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Dari model analisis:
LY= g +
1
LX
1
+
2
LX
2
+
3
LX
3
+ ………. 1
Penyerapan Tenaga Kerja = f PMDN, PMA,KONSUMSI Kemudian dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen,
hal ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen. Sehingga diperoleh hasil analisis regresi variabel independennya sebagai
berikut: a
PMDN = f PMA, KONSUMSI
PMDN = g +
2
LX
2
PMA +
3
LX
3
Konsumsi + ….. 2
Dari hasil analisis regresi diperoleh R
2
sebesar 0.719077. Artinya, variabel PMA X
2
, Konsumsi X
3
mampu memberi penjelasan sebesar 72 terhadap variabel tenaga kerja . R
2
Y, X
1,
X
2
, X
3
R
2
X
2
, X
3
0.79 0.72. Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R-Square persamaan 2 lebih kecil daripada R-Square persamaan 1.
b PMA = f PMDN, KONSUMSI
PMA = g +
1
LX
1
PMDN +
3
LX
3
KONSUMSI + ……... 3
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Dari hasil analisis regresi diperoleh R
2
sebesar 0.549808. Artinya, variabel suku bunga LIBOR X
1
dan tingkat inflasi X
3
mampu memberi penjelasan sebesar 55 terhadap variabel PMA. R
2
Y, X
1,
X
2
, X
3
R
2
X
1
, X
3
0.79 0.55 . Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R-Square persamaan 3 lebih kecil daripada R-Square persamaan 1.
c KONSUMSI = f PMDN, PMA
KONSUMSI = g +
1
LX
1
PMDN +
2
LX
2
PMA + ……... 4
Dari hasil analisis regresi diperoleh R
2
sebesar 0.547108. Artinya, variabel PMDN X
1
dan PMA X
2
memberi penjelasan sebesar 55 terhadap variabel konsumsi. R
2
Y, X
1,
X
2
, X
3
R
2
X
1
, X
2
0.79 0.55. Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearity karena R-Square persamaan 4 lebih kecil daripada R-Square persamaan 1.
Autocorrelation Serial Corelation Autocorrelation terjadi apabila error term dari periode waktu yang
berbeda observasi data cross section berkorelasi. a.
Hipotesa Ho : = 0, berarti tidak ada autokorelasi
Ha : ≠ 0, berarti ada autokorelasi b.
Kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan 95 adalah sebagai berikut: dw dl
: tolak Ho ada korelasi positif
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
dw 4-dl : tolak Ho ada korelasi negatif
du dw 4-du : terima Ho tidak ada korelasi dl
≤ dw ≤ du : tidak bisa disimpulkan inconclusive 4-du
≤ dw ≤ 4-dl : tidak bisa disimpulkan inconclusive c. Berdasarkan hasil output program Eviews 4.1 diperoleh nilai Dw hitung sebesar
1.011. Sementara nilai-nilai tabel yang diperoleh adalah: k = 3, dan n = 25
= 5 du = 0.992
dl = 0.921 4-du = 3.079
4-dl = 3.008 c.
Kesimpulan Berdasarkan hasil regresi di atas dapat diperoleh bahwa Ho diterima dimana
du dw 4-du 0.992 1.011 3.008. Artinya, tidak terdapat korelasi serial di antara disturbance term-nya.
Inconclusive Inconclusive Autokorelasi + Autokorelasi -
Ho diterima
Antoni Sianturi : Pengaruh Investasi Dan Konsumsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Di Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
0 0.921 0.992 2 3.008 3.079 4
1.011 Gambar 4.3 Uji Dw-statistik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN