Pengaruh Proses Belajar Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana

and ability SDM antara lain melalui pendidikan, pelatihan, diskusi atau seminar, studi banding atau dengan praktek lapangan yang lebih intensif serta memilik modul- modul dan bahan-bahan yang berhubungan dengan perencanaan anggaran bencana.

5.2.2. Pengaruh Proses Belajar Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana

terhadap Perencanaan Anggaran Bencana Proses belajar adalah pengetahuan atau pandangan dan keterampilan yang menghasilkan solusi bagi seseorang menghadapi keadaan tertentu dalam membuat proses perencanaan anggaran bencana, pengambilan keputusan sampai finalisasi anggaran bencana oleh eksekutif dan legislatif pada APBD Kota Banda Aceh. Dari hasil penelitian didapat nilai t hitung sebesar 4.886 dengan tingkat signifikan 0.000 karena tingkat signifikan lebih kecil dari pada α = 0.05 dan nilai t hitung t tabel 4.886 2.010, maka Ho ditolak artinya variabel persepsi dengan indikator proses belajar berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel perencanaan anggaran bencana. Sesuai dengan hasil koefisien regresi proses belajar x1.2 terdapat sebesar 0.358. Artinya setiap ada peningkatan sebesar 1 pada indikator proses belajar, maka akan meningkatkan kematangan perencanaan anggaran bencana sebesar 35.8. Dengan demikian semakin baik proses belajar yang dilakukan eksekutif dan legislatif maka akan meningkatkan kematangan dalam perencanaan anggaran bencana Berdasarkan hasil analisis variabel kompetensi untuk indikator proses belajar eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana menunjukkan bahwa proses belajar cukup baik sebanyak 56,69, proses belajar baik Universitas Sumatera Utara eksekutif dan legislatif sebanyak 34,77, proses belajar kurang baik eksekutif dan legislatif sebanyak 4, Atas penilaian tersebut maka dapat diinterpretasikan bahwa secara umum eksekutif dan legislatif mempunyai proses belajar cukup baik terhadap perencanaan anggaran bencana pada APBD Kota Banda Aceh Sesuai dengan hasil penelitian data responden untuk tingkat pendidikan S1 sebanyak 38 respoden, responden yang berpendidikan S.Sos 14. Ini menujukkan rata-rata responden tidak berlatar belakang perekonomian atau kurang memahami tentang perencanaan anggaran. Menurut James Whittaker dalam Soemarno 2003, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan, workshop dan pengalaman perencanaan anggaran. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri eksekutif dan legislatif. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu Slameto, 2003. Menurut Suharto dalam Hery 2007, belajar adalah suatu proses untuk mempermudah pengetahuan atau pandangan dan keterampilan yang akan Universitas Sumatera Utara menghasilkan suatu kekuatan tahu, mau dan mampu pemecahan sesuatu bagi seseorang, menghadapi suatu keadaan tertentu. Menurut Gagne dalam Hery 2007, belajar merupakan kegiatan yang kompleks setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas yaitu dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif eksekutif dan legislatif. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Pada kontek persepsi untuk indikator proses belajar juga merupakan unsur domain dari unsur-unsur lain dari persepsi karena proses belajar eksekutif dan legislatif dalam menjalankan tugas sebagai perencanaan anggaran merupakan proses usaha yang dilakukan individu untuk meningkatkan kinerjanya sebagai perencana.

5.2.3. Pengaruh Motivasi Eksekutif dan Legislatif tentang Bencana terhadap