Sistematika Penulisan Profil Selat Malaka

tangan kedua. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan 37

c. Teknik Analisis Data

. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, data sekunder nantinya akan diperoleh dari literatur, buku, media cetak, jurnal atau internet. Adapun literatur yang dianggap relavan adalah buku-buku mengenai Wawasan Nusantara, Zona Ekonomi Ekslusif ZEE Indonesia, hukum laut internasional, ekonomi perairan dan berbagai informasi terkait masalah pemanfaatan Selat Malaka oleh negara-negara diluar negara pantai serta posisi Geopolitik Selat Malaka bagi kepentingan ekonomi politik nasional Indonesia pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Di dalam suatu penelitian dibutuhkan analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif deskriptif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri dalam 4 empat bab, yakni : 37 Burhan Bungin. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. hal. 123-128. Universitas Sumatera Utara BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: PROFIL GEOPOLITIK SELAT MALAKA Bab ini akan menjelaskan profil Selat Malaka, kerentanan wilayah Selat Malaka, pengamanan Selat Malaka oleh Indonesia, posisi Singapura dan posisi Malaysia. BAB III: POSISI GEOPOLITIK SELAT MALAKA BAGI KEPENTINGAN NASIONAL INDONESIA Bab ini akan berisikan analisis terhadap masalah penelitian yang dibagi dalam dua sisi yaitu, eksternal dan internal. Sampai pada inti dari kajian penelitian yaitu tantangan pengelolaan Selat Malaka bagi Kepentingan Negara Indonesia dengan pendekatan konsepsi Geopolitik dan Kepentingan Nasional Indonesia secara eksternal dan internal. BAB IV: PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya. Universitas Sumatera Utara BAB II PROFIL GEOPOLITIK SELAT MALAKA

A. Profil Selat Malaka

Selat dalam arti Geografis merupakan bagian dari laut yang menyempit yang terletak diantara dua daratan yang menghubungkan laut yang lebih luas. Dalam artian Yuridis, selat merupakan bagian dari laut yang digunakan untuk pelayaran internasional antara satu bagian laut lepas dan bagian laut lepas dari suatu negara laut atau teritorial suatu negara lain 38 . Selat Malaka berada di antara dua daratan besar yaitu Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Saat ini ada tiga negara berdaulat yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura 39 1. Jarak Pulau Perak M dan Titik Berlian Indonesia=I 91 mil; . Panjang Selat Malaka adalah 600 mil dari Tanjung Jambuaye Aceh sampai ke Tanjung Pergam di Pulau Bintan atau dari Pulau Perak Malaysia=M sampai ke Taman Datok M. Adapun lebarnya bervariasi mulai dari Utara, Selatan sampai ke Timur sebagai berikut: 2. Jarak Ujung Tamiang I dengan Pulau Penang M 126 mil; 3. Jarak Pulau Berhala I dan Pulau Perak M 37,9 mil; 4. Jarak Ujung Timbun Tulang I dan Tanjung Beras Babah M 71,8 mil; 5. Jarak Pulau Rupat I dan Caoe Bechabo M 20,9 mil; 38 Iman Prihandono, Makalah Navigasi Departemen Hukum Internasional Universitas Airlangga. 39 S. Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. VI-VII. Universitas Sumatera Utara 6. Jarak Pulau Bengkalis I dan Tanjung Jambo M 24,8 mil; 7. Jarak Pulau Karimun Kecil Utara I dan Pulau Kukus M 8,4 mil; 8. Jarak Pulau Karimun Kecil Selatan I dan Tanjung Piai M 9,26 mil; 9. Jarak Pulau Nipah I dan Tanjung Gul Singapura=S 9,1 mil; 10. Jarak Pulau Takong Besar I dan Pulau Senang S 3,2 mil; 11. Jarak Pulau Sabar I dan Pulau Seburok S 6,1 mil; 12. Jarak Pulau Anak Sambu I dan P. St John S 3,8 mil; 13. Jarak Sikwang I dan Tanjung Bedok S 8,7 mil; 14. Jarak Tanjung Babi I dan Tanjung Siapa M 8,9 mil; dan 15. Jarak Tanjung Pergam I dan Tanjung Datok 40 Dari gambaran di atas terlihat bahwa mulai dari Pulau Karimun Kecil di Selat Malaka sampai ke Tanjung Pergam di Selat Singapura banyak terdapat wilayah selat yang sempit. Meskipun sebagian besar Selat Malaka kedalamnya rata-rata adalah 30 fathoms 55 meter, namun mulai dari lepas pantai Pulau Rupat, Pulau Karimun Kecil sampai ke Selat Singapura banyak terdapat dasar laut yang amat dangkal antara 5 fathoms 1,8 meter . 41 Selat Malaka memiliki panjang 900 km atau 600 mil dengan lebar bervariasi yaitu 65 km atau 40 mil di sisi Selatan dan semakin ke Utara semakin melebar sekitar 250 km atau 155 mil, dasar laut di beberapa tempat hanya 23 km bila laut surut dimana perubahan arus laut tidak teratur dengan kecepatan 3 mph . 40 Syamsumar Dam. 2010. Politik Kelautan. Jakarta: Bumi Aksara. hal. 82. Lihat juga dalam Chua Thia Eng et-al eds: “Mallaca Straits: Environmental Profile”. hal. 1. 41 Ibid., hal. 83. Universitas Sumatera Utara Cleary Chuan, 2000. Ekologi kondisi tanah dan lingkungan yang ada di sekitar Selat Malaka memiliki banyak kesamaan 42 Batas-batas Selat Malaka yaitu di sebelah Barat dibatasi atau sejajar dengan bagian paling Utara Pulau Sumatera 5°40 ′LU 95°26′BT dan Lem Voalan di bagian paling Selatan dari Goh Phuket Pulau Phuket di Thailand 7°45 ′LU 98°18 ′BT. Pada bagian Timur sejajar antara Tanjong Piai Bulus, dan wilayah paling Selatan daripada Semenanjung Malaysia 1°16 ′LU 103°31′BT dan kemudian ke arah Karimun 1°10 ′LU 103°23.5′BT. Di sisi Utara dibatasi oleh Pantai Barat Daya Semenanjung Malaysia dan dari Selatan dibatasi oleh pantai bagian Timur Laut Pulau Sumatera ke arah Timur dari Tanjung Kedabu 1°06 ′N 102°58 ′BT kemudian ke Pulau Karimun Cleary dan Chuan, 2000 . 43 42 Ibid., hal. 83-84. 43 Ibid., hal. 78-79. . Selat Malaka suatu kawasan beriklim tropik. Keadaan ini berhubungan dengan kedudukannya yang berada didekat garis khatulistiwa. Curah hujan terutama di pesisir Timur dan Utara mencapai purata 1000 mm hingga 2000 mm per tahun, sedangkan di bagian tengah, pesisir Barat dan Selatan curah hujannya lebih tinggi yaitu mencapai 2000 mm hingga 3000 mm per tahun. Suhu maksimum rata-rata mencapai 23° Celcius hingga 35° Celcius, dengan kelembaban nisbi udara mencapai 65 hingga 75. Secara umum kawasan Selat Malaka memiliki ketinggian rata-rata 125 m di atas permukaan laut. Secara lebih terperinci ketinggian kawasan Selat Malaka dapat dibagi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Kawasan dengan ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut mencapai luas 1.297.895 accre atau 22.65 dari seluruh luas kawasan Selat Malaka. 2. Kawasan dengan ketinggian 25–1000 m di atas permukaan laut mencapai luas 3.110.498 accre atau 54.22 dari seluruh luas kawasan Selat Malaka. 3. Kawasan dengan ketinggian diatas 1000 m di atas permukaan laut mencapai luas 1.297.498 accre atau 23.16 dari seluruh luas kawasan Selat Malaka 44 Penduduk di sekitar kawasan Selat Malaka terdiri dari beragam suku yaitu Melayu, Aceh, Tionghoa, Siam dan suku bangsa lainnya. Khusus untuk Melayu, suku ini adalah suku mayoritas di kawasan Selat Malaka, dengan penyebarannya yang sangat luas meliputi Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, Indonesia di Sumatera, Kalimantan, dan untuk kawasan Sumatera suku bangsa Melayu tersebar khususnya di wilayah Pantai Timur Sumatera serta Brunei Darussalam. . Pulau Sumatera Indonesia yang kawasannya langsung berhadapan dengan Selat Malaka adalah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau, sedangkan negara bagian di Malaysia yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka adalah Kedah, Perlis, Malaka, Johor, Selangor, Negeri Sembilan, dan Perak yang keseluruhan dari negara bagian ini terletak di Semenanjung Malaysia 45 44 Solvay Gerke Hans-Dieter Evers. “Selat Malaka: Jalur Sempit Perdagangan Dunia”. Jurnal Akademika. Edisi 811 Tahun 2011. hal. 10. 45 S. Pandoyo Toto. 1985. Wawasan Nusantara dan Implementasinya Dalam UUD 1945 Serta Pembangunan Nasional. Jakarta: Bina Aksara. hal 3-4. . Kabupaten atau Kota di Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat Malaka adalah Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara, Universitas Sumatera Utara Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu dan Kota Medan. Pantai Timur Sumatera yang menghadap ke Selat Malaka banyak ditumbuhi hutan mangrove, termasuk di Pantai Barat Semenjung Malaysia. Namun, jumlah hutan mangrove semakin berkurang karena aktivitas pembangunan yang dilakukan manusia. Di Pantai Barat Semenanjung Malaysia, semenjak sekitar tahun 1965 hingga tahun 1985 sekitar 200 km lahan mangrove telah diubah fungsinya sehingga kawasan hutan mangrove yang semula secara keseluruhan seluas 1.184 km menjadi berkurang Cleary Chuan, 2000. Air Selat Malaka dikenal cukup hangat dan iklim di sekitar Selat Malaka adalah iklim tropis yang dipengaruhi dua angin musim. Kondisi iklim dan suhu air akan mempengaruhi hasil tangkapan ikan bagi nelayan sekitar Selat Malaka. Kandungan mineral dan potensi ikan sangat besar di perairan Selat Malaka 46 Provinsi Riau adalah salah satu kawasan yang secara geografis berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan sangat dekat dengan negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapura. Provinsi Riau menjadi pintu masuk ke wilayah Indonesia Sumatera yang sangat strategis M. Saeri, 20011. Ada enam titik terluar dari Provinsi Riau yang dinilai berpotensi untuk menjadi gerbang keluar masuk dari dan ke Riau yaitu daerah Panipahan, dan Sinaboi berada di Kabupaten Rokan Hilir, Tanjung Medang di Pulau Rupat Kota Dumai, selat Baru di Kabupaten Bengkalis, Selat Panjang dan Tanjung Samak di Kabupaten Meranti. Kabupaten . 46 S. Pandoyo Toto. 1985. Wawasan Nusantara dan Implementasinya Dalam UUD 1945 Serta Pembangunan Nasional, Jakarta: Bina Aksara. hal. 32-35. Universitas Sumatera Utara atau kota di Provinsi Riau yang letaknya berbatasan dengan Selat Malaka adalah Kabupaten Indragiri Hilir, Bengkalis, Rokan Hilir, Meranti, dan Kota Dumai. Jalur Selat Malaka merupakan jalur terpendek dari Tanduk Afrika dan Teluk Persia ke Asia Timur dan Samudera Pasifik. Selat Malaka tidak hanya koridor bagi lalu lintas laut dari Timur ke Barat atau Barat ke Timur, tetapi menjadi jalur komunikasi lintas selat dan mengintegrasikan provinsi dan negara pada masing-masing kedua sisi selat. Sehingga perdamaian dan kestabilan di wilayah Selat Malaka merupakan prasyarat bagi perkembangan pasukan energi yang lancar dan perdagangan antarbangsa antara Kesatuan Eropa dan Asia Timur. Gambar 1 Wilayah Selat Malaka Sumber: Peta Wilayah Selat Malaka, www.dephan.go.id Selat Malaka menjadi jalur utama bagi lalu lintas kargo dan manusia antara wilayah Indonesia-Eropa dan wilayah lainnya di Asia serta Australia. Ini adalah jalur laut Timur-Barat yang terpendek jika dibandingkan dengan Selat Universitas Sumatera Utara Makassar dan Selat Lombok di Indonesia. Setiap tahun, barang-barang dan jasa bernilai jutaan Euro melewati wilayah Selat Malaka 47 Terdapat lima buah pelabuhan penting antar bangsa, yakni Pelabuhan di Singapura, Pelabuhan Klang berdekatan dengan Kuala Lumpur, Pelabuhan Johor, Pelabuhan Pulau Pinang dan Pelabuhan Belawan Medan. Selain itu masih ada sejumlah besar pelabuhan kecil dan terminal feri yang cukup penting bagi kawasan setempat. Apabila Singapura dan pelabuhan utama lainnya yang jumlahnya lebih sedikit, merupakan pusat pelayaran dunia, maka pelabuhan- pelabuhan kecil merupakan tulang belakang perdagangan lokal dan migrasi tenaga kerja . 48 Sekitar 50.000 buah kapal yang setiap tahun berlayar, mengangkut sepertiga daripada perdagangan dunia melewati Selat Malaka setelah angkutan kargo umum, minyak dan komoditi terpenting di dunia. Oleh karena lebar Selat Malaka adalah hanya sekitar 1,5 mil nautika 2,8 km dan 0,6 mil nautika 1,1 km . 49 , Phillips Channel di Selat Singapura dan kawasan terpanjang the One Fathom Bank merupakan salah satu titik tersempit yang terpenting bagi lalu lintas laut dunia 50 47 Lina Mauludina Rosalind. “Pengaturan Kerjasama, dan Tantangan Diplomasi Indonesia di Selat Malaka”. Jurnal Diplomasi . Edisi 2 No. 4 Tahun 2010. hal. 77. 48 Solvay Gerke Hans-Dieter Evers. “Selat Malaka: Jalur Sempit Perdagangan Dunia”. Jurnal Akademika. Edisi 811 Tahun 2011. hal. 9-10. . 49 Adalah suatu satuan panjang yang diterima penggunaannya oleh Sistem Internasional Satuan , tapi bukan bagian dari satuan SI. Mil laut digunakan di seluruh dunia untuk keperluan kelautan dan penerbangan . Satuan ini biasa digunakan pada hukum dan perjanjian internasional, terutama menyangkut batas wilayah perairan. Mil laut dikembangkan dari mil geografis dengan definisi standar internasiona 50 Transit minyak di Selat Malaka, dalam http.www.eia.doe.govemeucabschoke.html. diakses pada 12 Februari 2014 pkl 11:20. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2003, sejumlah 19,154 buah tanker yang mengangkut lebih daripada 10 juta barel minyak per hari melayari Selat Malaka kearah Timur negara-negara Teluk Persia–Asia Timur Zubir 2006:6 51 . Pada tahun 2007, dari total 80 juta barel produksi minyak bumi yang diperdagangkan per hari, sekitar 15 juta barel per hari diangkut melalui Selat Malaka 52 Perdagangan diduga akan meningkat disebabkan keperluan minyak yang bertambah, terutama China. Kesibukan dan dampak keamanan yang terjadi di Selat Malaka dapat dipantau dari data pergerakan kapal yang melintasi Selat Malaka dari tahun 1999-2009 yang meningkat signifikan setiap tahunnya. Jenis kapal yang melintas di Selat Malaka sepanjang periode tersebut sebanyak 228.506 kapal kontainer, 162.250 kapal tanker, 78.706 kapal bulk vessel, 76.273 kapal cargo, disusul dengan jenis kapal ro–ro sebanyak 38.411, 27.234 kapal penumpang, 11.133 kapal Armada Angkatan Laut, dan sisanya kapal penangkap ikan dan Selat Malaka menjadi penghubung perdagangan minyak bumi antara negara-negara di Timur-Tengah dan negara-negara di Asia, khususnya Jepang dan China. 53 Di penghujung tahun 2010 kapal yang melintas telah mencapai 71.359 kapal dari sebanyak 63.636 kapal di tahun 2004 yang awalnya hanya 43.965 di tahun 1999. Kesibukan di Selat Malaka diperkirakan akan meningkat mencapai angka 316.700 kapal di tahun 2024 dan akan mencapai angka 1.300.000 pada . 51 Ibid. 52 “worldOilTransitChokepoint,”http:www.eia.doe.govcabsWolrd Oil Transit ChokepointsBackground.html. diakses pada 12 Februari 2014 pkl 11:30. 53 Conni Rahakundini Bakrie. Maritime Security Safety di Selat Malaka, dalam www. Uni Sosial Demokrat - Keadilan Sosial.html. diakses pada 2 April 2014 pkl 11.52. Universitas Sumatera Utara tahun 2083 54 . Saat ini lalu lintas minyak melalui Selat Malaka, jumlahnya adalah tiga kali lebih besar daripada lalu lintas minyak yang melewati Terusan Panama 55 Perdagangan dunia termasuk khususnya sumber tenaga dunia seperti minyak, Liquefied Natural Gas LNG, dan bahan-bahan cargo bermuatan kering maupun basah harus melewati jalur sempit tertentu antara kawasan pemasok sumber tenaga dunia untuk sampai ke negara-negara yang menjadi tujuan pengiriman minyak. Oleh karena jalur yang dapat dilayari di Selat Malaka pada ruas tertentu lebarnya hanya kurang dari 1 mil nautika 1,5 km, maka ruas-ruas tersebut menimbulkan sejumlah halangan atau gangguan yang penting bagi lalu lintas antarbangsa . 56 . Selat Malaka memiliki peluang baik, tetapi juga menyimpan resiko tinggi bagi perdagangan luar dan antarbangsa. Pencemaran, perompakan dan konflik antarbangsa mungkin merupakan ancaman utama yang dapat menggangu perdagangan dunia dan menimbulkan kerugian yang tidak dapat diduga sebelumnya bagi ekonomi dunia. Apabila kapal tanker minyak diserang angin laut, lalu terkandas, menyebabkan tumpahan minyak dan menghalangi kapal- kapal lain yang melewati jalur sempit dan menimbulkan kerugian ekonomi dan lingkungan. Misalnya, kerugian bagi nelayan-nelayan setempat, pencemaran di pesisir pantai, penurunan perdagangan lokal dan pariwisata. Dalam jangka waktu singkat, kerugian ekonomi mungkin akan mencapai jutaan Euro. 54 Ibid. 55 Ibid. 56 Syamsumar Dam. 2010. Politik Kelautan. Jakarta: Bumi Aksara. hal. 84. Universitas Sumatera Utara Gambar 2 Rute Minyak Dunia Source: U.S. Government Accountability Office Note: Circles represent millions of barrels per day transported through each chokepoint. Arrows represent common petroleum maritime routes. Sumber : Rute Minyak Dunia, http:www.eia.govcountriesanalysisbriefsWorld_Oil_Transit_Chokepointswotc.pdf Pada tahap awal dari negara-negara pesisir yang baru merdeka, seperti Indonesia, Singapura, dan Malaysia hubungan lintas selat menurun, namun pada tahun-tahun 1980-an mulai berkembang dengan lebih pesat bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Sehubungan dengan itu, Selat Malaka mempertahankan dan memperkuat posisinya sebagai jalur pelayaran terpenting di dunia, lebih penting dari Terusan Panama atau Selat Gibraltar 57 Selat Malaka terletak antara negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang merupakan penghubung Samudera Hindia ke Laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik. Selat Malaka pemasok rute laut terpendek antara Teluk Persia . 57 Ibid. Universitas Sumatera Utara dan Pasar Asia. Selat Malaka menjadi kunci chokepoint di Asia dengan aliran minyak sebesar 13, 6 juta barel per hari bbld perkiraan tahun 2009 58 Sumber : EIA data estimates based on APEX tanker data Pasar internasional bergantung pada transport yang handal. Penyumbatan secara sementara chokepoints dapat menyebabkan gangguan besar di pasar energi dunia. Penutupan beberapa chokepoints akan memerlukan lagi rute alternatif, sehingga meningkatkan biaya transportasi.

B. Kerentanan Wilayah Selat Malaka

Dokumen yang terkait

Ekonomi Cina Dan Politik Luar Negeri Indonesia (Studi Kasus : Pengaruh Kebangkitan Ekonomi Cina Terhadap Orientasi Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

4 86 151

PERUBAHAN KEBIJAKAN INDONESIA TERHADAP IMF PADA MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI HINGGA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

1 4 1

KONSISTENSI INDONESIA DALAM MENDUKUNG UPAYA KEMERDEKAAN PALESTINA PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (2004-2009)

1 4 91

PENGARUH BANTUAN USAID DALAM KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA ERA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

0 2 99

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 9 19

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 0 4

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 2 31

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 2 32

Posisi Geopolitik SelatMalaka Bagi Kepentingan Nasional Indonesia. (Studi Analisis: Ekonomi Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono)

0 2 5

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DIBAWAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Tahun 2009-2011

0 0 15