selat memiliki kecendrungan mudah dipolitisasi dan selanjutnya akan diikuti dengan penggelaran kekuatan militer.
d. Selat Malaka bebas dari pelanggaran hukum, yaitu pelanggaran
hukum nasional maupun internasional, seperti illegal fishing, illegal logging, illegal migrant,
penyelundupan dan lain-lain. Pada tahun 2009 telah dilaksanakan pembangunan fasilitas sistem
telekomunikasi pelayaran di wilayah Selat Malaka SLOC dan Selat Sunda ALKI-1 dan Selat Lombok ALKI-2 berupa :
a. Persiapan Indonesia Ship Reporting System INDOSREP di Selat
Sunda dan Selat Lombok. b.
Pembangunan Vessel Traffic Services VTS di wilayah Selat Malaka,
3. Indonesia vs Singapura dalam hal keamanan untuk Kepentingan Nasional Indonesia
Kepentingan Nasional menjelaskan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya
dengan kata lain yaitu mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan tercapainya kepentingan nasional maka negara akan berjalan dengan
stabil, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan keamanan dengan kata lain jika kepentingan nasional terpenuhi maka
negara akan tetap bertahan.
Universitas Sumatera Utara
Kepentingan Ekonomi Nasional Indonesia dalam memanfaatkan Selat Malaka tidak terpenuhi. Dibuktikan dengan ketidakbeerdayaan
Indonesia dalam hal pengelolaan Selat Malaka. Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk menetapkan rezim lintas di Selat Malaka, dan lintas
yang berlaku di Selat Malaka berada dalam penguasaan Negara Singapura dengan kecanggihan teknologi yang dimilikinya. Akibat dari
tidak terpenuhinya Kepentingan Ekonomi Nasional Indonesia di Selat Malaka berdampak pada ketidakstabilan politik dalam negeri.
Singapura memiliki peran dalam hal keamanan di Selat Malaka. Tetapi, peran Singapura dalam hal keamanan di Selat Malaka, membawa
dampak negatif bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan Singapura melakukan pengamanan di Selat Malaka hanya untuk mencapai
kepentingan nasional Singapura dan untuk tetap meningkatkan perekonomian Negara Singapura melalui rezim lintas internasional free
transit yang berlaku di Selat Malaka.
B. Kepentingan Nasional Indonesia secara internal dengan menselaraskan konsepsi Wawasan Nusantara dengan aplikasi di
lapangan terhadap Selat Malaka • Pengelolaanmanagement Selat Malaka
1. Pembenahan birokrasi Indonesia yang tumpang tindih
Kapasitas atau kekuatan suatu negara tergantung dari kondisi Ketahanan Nasionalnya yang tidak bisa ditinjau dari satu aspek saja,
Universitas Sumatera Utara
melainkan dari multi aspek. Oleh karena itu, dalam hal pengelolaan aspek geostrategis Selat Malaka, negara ini perlu memiliki
kemampuan mongkoordinasikan banyak aspek dengan baik, termasuk subjek instrumen pelaksananya dengan baik.
Sebagai pembanding sistem pertahanan dan keamanan antara Negara Indonesia dengan Negara Malaysia dan Negara Singapura, di
Malaysia terdapat tujuh lembaga yang terlibat dalam melindungi perairannya, yaitu Royal Polisi Malaysia Marine, Departemen Bea
Cukai, Departemen Kelautan, Departemen Perikanan, Angkatan Laut Kerajaan Malaysia RMN, Depertemen Lingkungan Hidup, dan
Departemen Imigrasi. Secara umum, RMN dan Royal Malaysia Air Force
bertanggungjawab untuk melindungi Zona Ekonomi Ekslusif ZEE Malaysia, sedangkan instansi lain bertanggungjawab untuk
operasi yang berbeda dan tugas-tugas di perairan teritorial negara. Singapura hanya melibatkan 3 lembaga dalam melindungi perairannya
yaitu, Angkatan Laut Singapura RSN, Polisi SPF, dan coast Guard PCG.
Bagaimana dengan Indonesia ? Di Indonesia setelah gelombang Security Sector Reform
SSR terdapat 13 lembaga yang terlibat dalam keamanan maritim. Namun demikian, sampai saat ini peran masing-
masing ke-13 lembaga tersebut masih kurang jelas yang mengakibatkan sulitnya koordinasi antar lembaga dalam
Universitas Sumatera Utara
mengamankan wilayah kedaulatan perairan Indonesia, termasuk di Selat Malaka
182
Jika ditinjau dari sisi efektivitas birokrasi, meski sebenarnya Indonesia memiliki kelengkapan institusi yang berwenang dalam
menangani setiap persoalan keamanan, penegakan hukum dan keselamatan laut, yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia TNI,
khusunya TNI AL, Polisi Republik Indonesia, Badan Koordinasi Keamanan Laut, dan departemen atau lembaga yang terkait namun
pada prakteknya koordinasi antar institusi ini masih kurang baik sehingga tumpang tindih antar satu sama lain
.
183
2. Memperbaiki kualitas Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama yang langsung berhadapan dengan Selat Malaka
. Sehingga faktor tidak efektifnya birokrasi ini juga kian melengkapi keterbatasan capacity
building Ketahanan Nasional Indonesia untuk mengelola banyak
aspek geostrategis di Selat Malaka.
Dengan Pelabuhan Indonesia dengan fasilitas yang sangat kurang memadai dan kebanyakan hanya menjadi pelabuhan pengumpan
feeder bagi pelabuhan negara tetangga di Selat Malaka. Fakta membuktikan bahwa 80-90 barang ekspor impor Indonesia harus
dipindah-kapalkan tranship di Singapura karena kondisi pelabuhan-
182
Connie Rahakundini Bakrie, Maritime Security Safety di Selat Malaka Harian Seputar Indonesia, 3 November 2010.
183
Disarikan dari wawancara dengan Djumantoro Purbo, advisor Kementerian Luar Negeri RI
Universitas Sumatera Utara
pelabuhan Indonesia belum memadai pada bidang teknologi pelabuhan, dan hal ini menjadi faktor pendorong ketidaksiapan pelabuhan-
pelabuhan Indonesia dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Oleh karena itu membangun infrastruktur perdagangan di Selat Malaka yang berdaya saing sangat dibutuhkan Indonesia dalam
mewujudkan ketahanan ekonominya. Indonesia harus mampu merumuskan strategi agar bisa menanggulangi ancaman persoalan
keamanan security, keselamatan safety, pelayaran, hingga sampai pada pembangunan infrastruktur perdagangan sebagai reaksi Indonesia
dalam mengelola potensi ekonomi maritim di Selat Malaka. Tetapi dalam kenyataannya, Indonesia tidak memiliki strategi dalam
pemanfaatan posisi Geopolitik Selat Malaka sebagai jalur emas tersebut, Indonesia tidak berdaya akan pemanfaatan Selat Malaka oleh
negara-negara asing terutama negara kecil seperti Singapura yang menguasai dan memiliki kontrol terhadap aktifitas di Selat Malaka.
Pelabuhan-pelabuhan Indonesia yang diharapkan menjadi wadah dalam memajukan perekonomian Indonesia ternyata tidak mampu
berbuat apa-apa, pemerintah Indonesia enggan mengeluarkan dana untuk memperbaiki fasilitas pelabuhan-pelabuhan di Indonesia,
terutama Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara yang berhadapan langsung dengan jalur pelayaran internasional di Selat Malaka.
Universitas Sumatera Utara
Diperburuk dengan kondisi birokrasi Indonesia yang tumpang tidih, sehingga tidak adanya kejelasan akan siapa ataupun lembaga mana
yang sepenuhnya berwenang terhadap permasalahan dan mengambil alih pemanfaatan Selat Malaka dari tangan asing. Dengan tidak
memiliki kemampuan teknologi dan Sumber Daya Manusia SDM yang memadai kepentingan ekonomi nasional Indonesia tidak akan bisa
terpenuhi. Dengan adanya presiden Indonesia yang baru, diharapkan untuk memperhatikan masalah ini.
3. Masalah pandu kapal