Pencegahan dalam Pelanggaran Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

87

C. Pencegahan dalam Pelanggaran Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang

Slogan umum “Mencegah lebih utama daripada memberantas” telah merupakan slogan yang memasyarakat.Namun secara rasional, belum diamalkan dengan baik. Pengamalan dimaksud merupakan pemikiran sekaligus pada penerapan suatu gagasan sehingga gagasan tersebut, dapat berjalan tanpa gangguan, hambatan dan ancaman. Pengertian dari pencegahan dalam hal ini adalah membuat halangan atau rintangan agar tidak terjadi tindak pidana terhadap perbankan sehingga bank dalam mengembangkan usaha terhindar dari risiko yang merugikan atau yang tidak diinginkan. Tindakan atau perbuatan yang merintangi atau menghambat tindak pidana terhadap perbankan hanya dapat ditentukan setelah memahami semua unsurkomponen atau faktor yang terkait dan terlibat dalam aktivitas perbankan, baik personal maupun peralatan yang digunakan serta sistem menajemen yang diterapkan. 93 Melakukan upaya pencegahan terhadap penanggulangan uang palsu, Bank Indonesia melakukan kegiatn pada upaya preventif, sedangkan upaya repsresif merupakan kewenangan aparat penegak hukum. Walaupun Bank Indonesia memiliki hak tunggal untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah tetapi tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan dan penangkapan terhadap tindak pidana pemalsuan uang. 94 93 Leden Marpaung, Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Terhadap Perbankan Jakarta, Djambatan, 2005, hlm. 128. 94 Hotbin Sigalingging, Op.Cit, hlm. 40 Universitas Sumatera Utara 88 Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Bahwa bank dalam perekonomian modern merupakan institusi yang amat vital, bahkan dalam sistem ekonomi terbuka bank merupakan suatu lembaga yang “Conditio Sine Qua Non”. Perbankan haruslah dilihat sebagai pranata keuangan secara utuh. Begitu vitalnya peranan perbankan dalam perekonomian sehingga tugas utama Bank Indonesia adalah mengawasi sepak terjang perbankan. Bila tugas dan wewenang Bank Indonesia untuk mengawasi pelaksanaan ketentuan yang telah ditetapkan di bidang perbankan yang berlangsung secara efektif dan baik. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar Bank Indonesia jangan sekali-kali menelantarkan tugas dan kewenangan tersebut. 95 Melaksanakan tugas pokok di bidang pengedaran uang, Bank Indonesia selalu berupaya agar uang yang dikeluarkan dan diedarkan memiliki ciri-ciri dan unsur pengamanan yang cukup mudah dikenali oleh masyarakat namun di pihak lain dapat melindungi uang dari unsur pemalsuan. Bahwa keaslian uang dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terdapat baik pada bahan yang digunakan untuk membuat uang kertas, plastik, atau logam, desain dan warna masing-masing pecahan uang, maupun pada teknik pencetakan uang tersebut. Penetapan ciri-ciri uang uang dianut suatu prinsip bahwa semakin besar nilai nominal uang maka semakin banyak unsur pengaman Security Features dari uang tersebut sehingga aman dari pemalsuan. Di samping itu, sistem keamanan uang sudah ditentukan standartnya secara internasional. Salah satunya 95 Marulak Pardede, Hukum Pidana Bank Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm. 190. Universitas Sumatera Utara 89 memberi cetakan intaglio dapat diraba. Membuat uang tidak bisa sembarangan dicetak. Kertasnya juga khusus karena sifatnya forensik. Bank Indonesia menetapkan pembaharuan uang kertas Rupiah dilakukan minimal 5 tahun sekali dan maksimal 10 tahun. Bank Indonesia harus selangkah lebih maju dari pemalsu uang kertas. Ketika pemalsu baru sadar perbedaanya, teknologi pengamanan uang kertas Rupiah sudah dirubah lagi. 96 Kemudian penyebarluasan secara aktif informasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah melalui penayangan iklan layanan masyarakat merupakan salah satu cara untuk mencegah tindak pidana mata uang Rupiah terkhususnya adalah pemalsuan mata uang Rupiah. Dan melakukan kegiatan tatap muka dengan berbagai lapisan masyarakat dan instansi berwenang dalam rangkaian acara sosialisasi keaslian uang rupiah serta membangun pusat database uang Rupiah palsu yang dinamakan “Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center” atau BC-CAC. 97 Di samping pengamanan pada uang, pihak Bank Indonesia juga melakukan upaya pencegahan peredaran uang palsu dengan menyentuh langsung ke masyarakat. Bank Indonesia melakukan sosialisasi langsung maupun seminar yang bekerjasama dengan instansi terkait terkhusus Kepolisian, mitra perbankan hingga instansi seperti pemerintah dan kampus. Sosialisasi yang dilakukan Bank Indonesia meliputi 2 macam, yakni: 96 Nursadam, Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Pengedaran Mata Uaang Kertas Palsu di Kota Makassar, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014, hlm. 70. 97 Aminah, Tindak Pidana Pemalsuan Uang Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 7Tahun 2011 Tentang Mata Uang, Jurnal Ilmiah, Fakultas Hukum, Universitas Mataram, 2013 hlm. 12. Universitas Sumatera Utara 90 1. Sosialisasi secara langsung melalui tatap muka dan penyuluhan kepada berbagai lapisan masyarakat. Umumnya objek sosialisasi berasal dari berbagai kalangan masyarakat, seperti perbankan, pedagang pasar tradisional, murid- murid sekolah, mahasiswa, serta aparat penegak hukum. Selain itu, upaya penyukuhan ciri-ciri keaslian uang Rupiah melalui kegiatan pameran dan seminar. 2. Sosialisasi secara tidak langsung, melalui penayangan Iklan Layanan Masyarakat ILM di berbagai media elektronik dan media cetak, melalui istilah “3D”. Selain itu, Bank Indonesia juga menyediakan sarana informasi yang lebih lengkap dan jelas pada menu sistem pembayaran pada situs bi.go.id, yang diresmikan pada 28 Desember 2006. Materi pada situs tersebut meliputi edukasi tentang data dan keaslian uang Rupiah, serta data dan penyebaran uang palsu di Inonesia. 98 Bank Indonesia memberikan sosialisasi mengenai ciri-ciri uang asli bukan ciri-ciri uang palsu serta tindakan apa yang harus dilakukan apabila menemukan uang yang diduga palsu. Dalam sosialisasi tersebut ikut pula disampaikan oleh Bank Indonesia tentang bagaimana prosedur dalam melaporkan uang yang diduga palsu tersebut dan keadaan-keadaan atau saksi yang akan diterima apabila tidak dilaporkan mengenai uang yang diduga palsu. Kegiatan pencegahan lain dilakukan melalui : 1. Pengawasan dan pengamanan di tempat mencetak uang asli dan pabrik kertas yang memproduksi security paper; 98 Nursadam, Op.Cit, hlm. 72. Universitas Sumatera Utara 91 2. Pengawasan terhadap perusahaan percetkan maupun took alat dan tinta cetak; 3. Pengawasan terhadap tempat-tempat transaksi yang menggunakan uang cash tunai; 4. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan perbankan dan Money Changer; 5. Pengawasan dan pemeriksaan secara ketat terhadap orang yang masuk ke wilayah Negara Republik Indonesia dengan bekerja sama dengan instansi terkait dan 6. Meningkatkan penanganan dan pengembangan terhadap setiap laporan tentang uang palsu sehingga masyarakat terlindungi. 99 Melaksanakan tugas pokok di bidang pengedaran uang. Bank Indonesia selalu berupaya agar uang diterbitkan dan diedarkan memiliki ciri-ciri dan unsur pengaman yang cukup supaya di satu pihak mudah dikenali oleh masyarakat umum namun dipihak lain dapat melindungi uang dari unsur pemalsuan. Ciri-ciri umum uang kertas yang dapat dikenali sebagai berikut: 1. Bahan uang kertas adalah kertasplastic dengan spesifikasi khusus yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. Tanda air, pada uang kertas terdapat tanda air berupa gambar yang akan terlihat apabila diterwangkan ke arah cahaya. 3. Benang pengaman, ditanam di tengah ketebalan kertas atau terlihat seperti dianyam sehingga tampak sebagai garis melintang dari atas ke bawah dapat 99 Aminah, Op.Cit, hlm. 9. Universitas Sumatera Utara 92 dibuat tidak memendar maupun memendar di bawah sinar ultra violet dengan satu warna atau beberapa warna 4. Cetak Intaglio, cetakan timbul yang terasakasar apabila diraba. 5. Rectoverso, percetakan suatu ragam bentuk yang menghasilkan cetakan pada bagian muka dan belakang beradu cepat dan saling mengisi jika diterawangkan kearah cahaya. 6. Optical Variable ink, hasil cetak mengkilap glittering yang berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. 7. Tulisan mikro, tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan menggunakan kaca pembesar. 8. Invisible Ink, hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar dibawah sinar ultra violet. 9. Multi layer latent imagemetal layer, teknik cetak dimana dalam satu bidang cetakan terlihat lebih dari satu objek gambar bila dilihat dari sudut pandang tertentu.Color windowclear window, pada uang kertas terdapat bagian yang terbuat dari plastic transaparan berwarna tidak berwarna. Diharapkan dengan adanya kegiatan pencegahan dalam pelanggaran mata uang Rupiah. Adanya tingkat penurunan dalam pelanggaran dalam mata uang. Untuk mengangkat martabat Rupiah bukan saja di Indonesia sebagai martabat bagi negara tetapi juga di mata dunia. Sehingga perekonomian Indonesia semakin meningkat sehingga dapat membantu masyarakat Indonesia dalam hal pengenalan terhadap Rupiah dan lebih menghargai Rupiah di dalam melakukan transaksi dalam lalu lintas perdagangan. Universitas Sumatera Utara 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab terdahulu selanjutnya dapat dirumuskan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan Mata Uang Rupiah berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dalam Pasal 21 ayat 1 adalah alat untuk tujuan pembayaran, penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipatuhi dan transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam hal setiap kegiatan yang ada di Wilayah Negara Republik Indonesia yang berhubungan dengan transaksi pembayaran harus menggunakan Mata Uang Rupiah. Untuk menjaga kedaulatan Republik Indonesia yang menentukan sendiri mata uang yang dipergunakan di Negara Indonesia. 2. Pengecualian penggunaan Mata Uang Rupiah dalam Wilayah Negara Republik Indonesia diatur dalam Pasal 21 ayat 2 UU Mata Uang adalah transaksi tertentu dalam pelaksanaan anggaran dan pendapatan dan belanja negara, penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri, transaksi perdagangan internasional, simpanan di bank dalam bentuk valuta asing, transaksi pembiayaan internasional. Dalam hal wilayah perbatasan, daerah wisata dan pembayaran dengan uang giral yang menggunakan mata uang asing di wilayah Negara Republik Indonesia hal tersebut diperbolehkan disebabkan UU Mata Uang bersifat limitatif sehingga pengaturan yang ada di Universitas Sumatera Utara 94 dalam dan tertera di dalamnya yang diatur dan diluar tersebut tidak diatur. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya peraturan pelaksana yang dimuat di dalam undang-undang tersebut. 3. Tindakan yang dilarang terhadap mata uang Rupiah yang diatur dalam Pasal 23 hingga Pasal 27 antara lain menolak untuk menerima Rupiah sebagai pembayaran atau alat untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi, meniru Rupiah, merusak Rupiah, memalsukan dan memproduksi Rupiah. Tindakan pelanggaran terhadap mata uang Rupiah dapat menimbulkan dampak yang sangat luas seperti menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap rupiah, mengacaukan stabilitas perekonomian, bahkan dapat mengurangi wibawa negara. Dalam hal pencegahan Bank Indonesia seba gai yang menetapkan Rupiah sebagai mata uang di Wilayah Negara Republik Indonesia melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pelanggaran terhadap mata uang melalui media cetak dan media elektronik. Dan juga melakukan kegiatan pengawasan terhadap perusahaan percetakan uang Rupiah dan melakukan koordinasi serta bekerja sama dengan lembaga perbankan dan Money Changer. B. SARAN Berikut merupakan saran yang dapat disampaikan oleh penulis terhadap Pengecualian Penggunaan Mata Uang Rupiah berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dalam hal bertransaksi di Wilayah Negara Republik Indonesia: Universitas Sumatera Utara 95 1. Perlu adanya kesadaran dari masyarakat Indonesia. Dalam hal menggunakan Mata Uang Rupiah dalam melakukan transaksi bisnis di Wilayah Negara Indonesia. Karena Mata Uang Rupiah adalah salah satu tanda kedaulatan suatu negara. Jadi perlu adanya rasa mencintai negara sendiri untuk membangun perekonomian negara Indonesia. 2. Sebaiknya dalam UU Mata Uang. Perlu diberikan penjelasan yang komprehensif dalam Undang-Undang tersebut. Sehingga tidak menimbulkan ketidakjelasan yang menimbulkan hambatan bagi pelaku bisnis, bahkan menjadi celah bagi aparat hukum. Dalam hal perjanjian yang dikecualikan bisa diatur dalam Peraturan Pemerintah. Yang mengatur mengenai perjanjian apa saja yang dikecualikan dalam hal transaksi penggunaan mata uang Rupiah. Karena berapa pun banyaknya Undang-Undang yang diproduksi oleh lembaga legislatif, jika tidak dimengerti justru akan menjadi masalah dalam pembangunan. 3. Perluasan dan pemberian informasi sebagai pembelajaran bagi masyarakat agar dalam melakukan transaksi di Wilayah Negara Republik Indonesia wajib menggunakan mata uang Rupiah. Namun dalam transaksi yang berhubungan dengan luar negeri maka adanya pengecualian terhadap hal tersebut dengan memperhatikan Pasal 21 ayat 2 UU Mata Uang Universitas Sumatera Utara 96 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku