60 Bukan saja untuk negara tetapi hal ini juga memberikan kemudahan
kepada para pengusaha yang melakukan kegiatan bisnis dengan luar negeri yang selama ini sering sekali mengalami hambatan dalam melakukan transaksi untuk
kegiatan bisnis yang juga nantinya dapat membantu pertumbuhan ekonomi. Negara dapat membantu hal tersebut dengan mengeluarkan peraturan terhadap
daerah-daerah yang merupakan daerah perbatasan yang sering melakukan kegiatan bisnis internasional. Sehingga para pengusaha dapat terlindungi dengan
adanya pengecualian penggunaan mata uang Rupiah tersebut.
C. Kegiatan yang Dikecualikan dalam Penggunaan Mata Uang Rupiah
Dalam hal kegiatan yang dikecualikan dalam penggunaan mata uang Rupiah diatur di dalam Pasal 21 ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011
Tentang Mata Uang. Adapun kegiatan yang dikecualikan dalam penggunaan Mata Uang Rupiah tersebut adalah:
1. Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara;
Dalam membahas mengenai kegiatan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara maka tidak terlepas pengelolaan keuangan negara. Yang
berdasarkan atas Legal Framework antara lain meliputi: a
UUD Negara Republik Indonesia 1945 b
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Daerah c
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara d
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Universitas Sumatera Utara
61 e
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Propenas f
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 Tentang APBN g
Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
h Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja Dan Anggaran kementrian Negaralembaga i
Peraturan Presiden Pelaksanaan APBN j
Peraturan Presiden Rencana Pembangunan Tahunan.
67
Pendapatan negara yang diperkenanakan secara yuridis tersebar dalam berbagai jenis. Hal ini dimaksudkan agar mudah dipahami substansi terhadap
pendapatan negara tersebut. Adapun jenis pendapatan negara sebagai sumber keuangan negara adalah sebagai berikut:
a Pajak negara
Yang terdiri dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang dan jasa, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan, bea materai. b
Bea dan cukai Yang terdiri dari bea masuk, cukai gula, cukai tembakau.
c Penerimaan negara bukan pajak
Yang terdiri dari penerimaan yang besumber dari pengelolaan dana pemerintah, penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam, penerimaan dari
hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, penerimaan dari
67
W. Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013, hlm. 42.
Universitas Sumatera Utara
62 kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah, penerimaan
berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi, penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah,
penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.
68
Anggaran negara merupakan bentuk tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dimana fungsi dari
anggaran adalah perpaduan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan oleh presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden pada hakikatnya merupakan
pelaksana kedaulatan rakyat di bidang pemerintahan negara sehingga berwenang mengajukan rancangan anggaran negara. Kemudian, Dewan Perwakilan Rakyat
merupakan pula pelaksana kedaulatan rakyat di bidang legislasi, khususnya bidang anggaran negara. Presiden menguasai dan melaksanakan anggaran negara
karena berada
dalam kedudukan
sebagai Chief
Financial Officer
CFO.Sementara itu, menteri-menteri sebagai Chief operational Officer COO. Kecuali Menteri Keuangan berada dalam kedudukan, baik sebagai Chief
Operational Officer karena memperoleh mandat maupun Chief Financial Officer karena memperoleh delegasi dari presiden.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 13 dan angka 14 dapat dikatakan secara singkat bahwa pendapatan negara
adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sedangkan belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. P asal 5 ayat 1 dikatakan bahwa “Satuan hitung
68
Ibid, hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
63 dalam penyusunan, penetapan, dan pertanggungjawaban APBNAPBD adalah
mata uang Rupiah. Namun hal tersebut dikecualikan dalam ayat 2 yang menyatakan bahwa “Penggunaan mata uang lain dalam pelaksanaan
APBNAPBD diatur oleh Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
Berarti di dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara dapat menggunakan mata uang selain Rupiah dalam melakukan transaksi.Dengan
syarat adanya ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing,
badanlembaga asing,
badanlembaga internasional,
Pemerintah, badanlembaga dalam negeri atau perorangan, baik dalam bentuk devisa, Rupiah
maupun barang atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayarkan kembali.
69
Sumber- sumber hibah antara lain: a.
Hibah kepada pemerintah daerah dapat bersumber dari: 1
Pemerintah; 2
Pemerintah daerah lain; 3
Badanlembagaorganisasi swasta dalam negeri; dan 4
Kelompok masyarakatperorangan dalam negeri. b.
Hibah dari pemerintah dapat bersumber dari:
69
www.djpk.kemenkeu.go.idattachmentsarticle190Hibah_Daerah.pdf diakses tanggal 25 September 2014.
Universitas Sumatera Utara
64 1
Pendapatan APBN; 2
Pinjaman Luar Negeri;danatau 3
Hibah Luar Negeri. c.
Hibah dari Pinjaman Luar Negeri dan Hibah Luar Negeri dapat bersumber dari pemerintah negara asing, badanlembaga asing, badanlembaga internasional
danatau donor lainnya.
70
Transaksi penerimaan dan pemberian hibah dari atau ke luar negeri. Sama halnya dengan dengan transaksi anggaran pendapatan dan belanja negara
disebabkan karena hibah merupakan salah satu sumber APBNAPBD. Maka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara. Maka dapat menggunakan mata uang asing. Dalam pelaksanaan APBNAPBD yang diatur oleh menteri keuangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Penerimaan dan atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri pasal 6 ayat 1. Dalam rangka perencanaan Pinjaman danatau Hibah
Luar Negeri Presiden menetapkan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri selama 5 lima tahun, berdasarkan usualan Menteri dan Menteri Perencanaan
yang disusun dengan prioritas bidang pembangunan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
65 3.
Transaksi perdagangan internasional; Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan individu
dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Bila dibandingkan
dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan ini disebabkan oleh
faktor-faktor antara lain: a.
Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan. b.
Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari
pembatasan yang dikeluarkan oleh-oleh masing-masing pemerintah. c.
Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan
dan sebagainya.
71
Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tentu akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut. Manfaat tersebut antara lain:
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor faktor tersebut diantaranya: kodisi geografi, iklim, tingkat
71
Mahmul Siregar dalam Kuliah Transaski Bisnis Internasional di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Tanggal 14 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
66 penguasaan IPTEK. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara
mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri. 2.
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan.
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinya alat produksinya dengan maksimal karena khawatir akan terjadi kelebihan
produksi. Yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-
mesinnya secara maksimal dan menjual kelebihan produk ke luar negeri. 4.
Transfer teknologi modern Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
72
Setiap negara dalam kehidupan di dunia ini pasti melakukan pasti melakukan interaksi dengan negara-negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk
kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional. Beberapa alasan yang
72
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
67 menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara atau perdagangan internasional
antara lain: 1.
Revolusi informasi dan transportasi Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistem
berbasis komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit serta digitalisasi pemprosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi.
2. Interdepedensi kebutuhan
Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing- masing aspek, bisa ditinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi.
Kesemuanya itu akan berdampak pada ketergantungan antara negara yang satu dengan yang lainnya.
3. Liberalisasi ekonomi
Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerja sama memiliki implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan
berinteraksi melalui perdagangan antar negara. 4.
Azas keunggulan komparatif Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut
yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara
tersebut. 5.
Kebutuhan devisa Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa
suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus
Universitas Sumatera Utara
68 memiliki cadangan devisa yang digunakan dalam melakukan pembangunan,
salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional.
73
Dalam perdagangan internasional dikenal adanya prinsip dalam hukum perdagangan internasional diperkenalkan oleh sarjana hukum perdagangan
internasional yaitu Aleksander Goldstain. Memperkenalkan tiga prinsip dasar tersebut dasar tersebut, yaitu prinsip kebebasan para pihak dalam berkontrak the
principle of the freedom of contract, prinsip pacta sunt servanda; dan prinsip penggunaan arbitrase.
74
Berkenaan dengan transaksi perdagangan internasional terhadap pengecualian penggunaan mata uang adalah prinsip kebebasan para pihak dalam
berkontrak the principle of the freedom of contract. Dalam kebebasan berkontrak sebenarnya merupakan prinsip universal dalam hukum perdagangan
internasional. Setiap sistem hukum pada bidang hukum dagang mengakui kebebasan para pihak ini untuk membuat kontrak-kontrak dagang.
Kebebasan tersebut mencakup bidang hukum yang cukup luas. Meliputi kebebasan untuk melakukan jenis-jenis kontrak yang para pihak sepakati.
Termasuk pula kebebasan untuk memilih forum penyelesaian sengketa dagangnya. Mencakup pula kebebasan untuk memilih hukum yang akan berlaku
terhadap kontrak. Kebebasan ini sudah barang tentu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kepentingan umum, kesusilaan, kesopanan, dan
persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing sistem hukum.
75
73
Ibid.
74
Aleksander Goldstain, The New Law of Merchant JBL, 1961, hlm. 12.
75
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
69 Melihat dari prinsip dasar kebebasan berkontrak dan tujuan dari
perdagangan internasional tampak bahwa UU Mata Uang memberikan pengaturan terhadap pengecualian terhadap penggunaan mata uang Rupiah dalam hal diatur
dalam kontrak. Dalam Pasal 23 ayat 2 UU Mata Uang menyatakan bahwa dikecualikan untuk pembayaran atau untuk penyelesaian kewajiban dalam valuta
asing yang telah diperjanjikan secara tertulis di Wilayah Kesatuan Republik Indonesia.
4. Simpanan di bank dalam bentuk valuta asing;
Valuta asing adalah mata uang negara lain yang dimiliki oleh perorangan, instansi swasta atau pemerintah suatu negara. Bagi negara yang mengeluarkan,
mata uang tersebut adalah mata uang domestic national currency, merupakan alat penukar dan pembayaran yang sah di negara tersebut.
76
Valuta asing baru akan mempunyai arti, apabila suatu valuta dapat ditukarkan terhadap valuta lainnya. Dengan pengertian tersebut maka terdapat dua
macam sistem pertukaran valuta asing atau disebut sebagai konvertabilitas, yaitu pertukaran dengan suatu pembatasan dan pertukaran tanpa pembatasan.
Pertukaran tanpa pembatasan artinya apabila baik penduduk maupun bukan penduduk suatu negara dapat menukarkan valuta negara yang bersangkutan ke
dalam valuta asing dengan nominal tanpa batas.
77
Perekonomian modern saat ini menganggap valuta asing dapat sebagai komoditi, yaitu sama dengan komoditas lain seperti logam mulia emas, properti
dan komoditas lainnya yang dapat diperdagangkan ke seluruh mancanegara.
76
Wiene Sandyawati, Valuta Asing Jurus Ampuh Dalam Kebutuhan Dana Jangka Pendek Investor Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hlm. 14.
77
Ibid.hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
70 Dalam melaksanakan transaksi valuta asing, bank harus mengusahakan
maintain dalam beberapa mata uang dunia. Bank devisa mengadakan hubungan korespondensi dengan bank-bank lain untuk keperluan transaksi valuta asing, baik
yang menyangkut perdagangan internasional maupun eksporimpor. Oleh karena setiap negara mempunyai mata uang karakteristik sendiri-
sendiri, maka dengan adanya perdagangan uang antar negara timbullah permintaan dan penawaran akan mata uang dari negara-negara yang bersangkutan.
Contoh: Jepang, dengan mata uang Yen akan mengimpor kapas dari Indonesia yang mata uangnya Rupiah. Pada saat transaksi perdagangan kedua belah pihak
baik importir maupun eksportirnya berjanji dan menyetujui bahwa pembayaran akan dilakukan dalam mata uang US Dollar.
Berdasarkan perjanjian tersebut, maka saat pembayaran importir Jepang membutuhkan US Dollar sebagai alat pembayaran. Maka timbullah permintaan
akan US Dollar dan penawaran akan Yen. Setelah eksportir Indonesia menerima US Dollar ingin menukarkan US Dollar ke Rupiah, maka timbul permintaan
Rupiah dan penawaran akan US Dollar.
78
Peran lembaga keuangan sangat dibutuhkan lembaga-lembaga keuangan tersebut terutama bank harus mengembangkan sumber daya manusia dan
teknologi komunikasi yang diperlukan untuk menunjang bisnis valuta asing. Keikutsertaan lembaga keuangan perbankan dalam aktivitas pasar uang dan valuta
78
IbId.hlm. 16.
Universitas Sumatera Utara
71 asing adalah ikut berpartisipasi dalam meminjam dan memberikan pinjaman, baik
dalam maupun luar negeri.
79
Lembaga perbankan yang dimaksud dengan bank dalam hal penyimpanan valuta asing adalah Bank Devisa yaitu suatu bank yang diberi izin untuk
melaksanakan transaksi luar negeri berupa Foreign exchange dealing, Money Market, Letter of Credit. Dengan demikian yang dimaksud dengan bank dalam
penyimpanan valuta asing adalah Bank Devisa.
80
Adanya pengecualian penggunaan mata uang Rupiah dalam penyimpanan di bank di dalam UU Mata Uang. Karena adanya transaksi dalam perdagangan
internasional yang membuat perlunya bank untuk menyimpan valuta asing. Sehingga alur transaksi perdagangan internasional dapat berjalan dengan baik.
5. Transaksi pembiayaan internasional
Seperti yang diungkapkan di atas bahwa perdagangan internasional terwujud karena adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli yang mereka
tuangkan dalam kontrak. Dalam kontrak ini biasanya mereka juga mencantumkan bagaimana cara, sistem atau klausul pembayarannya.
Sistem pembayaran ini merupakan salah satu hal yang penting dalam transaksi perdagangan. Dalam transaksi dagang yang sifatnya terbatas, di mana
penjual dan pembeli berada dalam wilayah atau tempat yang sama, pembayaran dan penyerahan barang dapat dilakukan secara langsung. Lain halnya dengan
79
Ibid, hlm. 76.
80
Daud S.T. Kobi, Op.Cit, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
72 perdagangan internasional. Para pihak mungkin kurang begitu saling kenal.
Karena domisil mereka yang berjauhan. Di samping sistem pembayaran, sistem pembiayaannya pun akan sangat
berpengaruh terhadap kelancaran perdagangan internasional. Oleh karena itu pula, dapat dinyatakan bahwa perdagangan internasional akan lebih berjalan lancar
dengan tersedianya fasilitas pembiayaan kredit bagi jual beli-barang dalam perdagangan internasional.
81
Para pelaku dalam perdagangan internasional secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksportir yaitu yang melakukan
penjualan seller atau pensuplai pemasok atau supplier. Lalu kelompok Importir yaitu yang memikul tanggung jawab atas terlaksananya dengan baik barang yang
diimpor. Pada kegiatan ekspor impor proses pembayaran antara negara dapat
dilakukan melalui berbagai cara antara lain. Secara tunai Cash Payment, pembayaran kemudian Open Account,wesel inkaso Collection Draft,
konsinyasi Consignment. a.
Pembayaran di mukaCash PaymentAdvance Payment Adalah suatu cara pembayaran di mana pembeli barang melakukan
pembayaran terlebih dahulu sebelum menerima barang yang dibelinya. Cara pembayaran ini sangat menguntungkan pihak Eksportir karena pihak
penjual telah menerima pembayaran sebelum merealisasi pengiriman barang, di lain pihak merugikan pihak pembeli apabila terjadi Nondelivery.
81
Huala Adolf, Op.Cit, hlm. 129.
Universitas Sumatera Utara
73 Transaksi semacam ini pada umumnya kurang disukai oleh Importir,
kecuali pembeli sangat membutuhkan barang yang ditawarkan oleh penjual atau dengan kata lain adanya kondisi
Seller’s Market di mana kondisi pasar suatu produk tertentu sepenuhnya dipengaruhi oleh penjual
atau karena pembeli dan penjual telah saling percaya seperti induk perusahaan dengan anak perusahaan. Advance Payment dari segi finansial,
maka merupakan pembiayaan dari pembeli di mana penjual dapat membiayai persiapan pengiriman barang. Pengiriman barang kepada
importir tetap didukung dengan dokumen yang diwajibkan atas nama Importir tanpa disertai weseldraft. Penyerahan barang kepada Importir
tanpa disertai weseldraft. Penyerahan barang kepada Importir dilaksanakan dengan cara Free of Payment.
b. Pembayaran Kemudian Open Account
Adalah suatu cara pembayaran dimana Eksportir megirim barangnya terlebih dahulu, kemudian pembayaran dilakukan oleh Importir sesuai
jadwal pembayaran yang telah disepakati bersama. Transaksi semacam ini biasanya dilakukan antara pembeli dan penjual yang telah saling
mempercayai. Resiko yang timbul dari transaksi ini terjadi pada pihak penjual apabila pembeli tidak melakukan pembayaran sesuai jadwal atau
sama sekali tidak ada pembayaran Non Payment. Dari aspek finansial merupakan kebalikan dari cara pembayaran Advance Payment di mana
pengadaan pengadaan barang dibiayai sendiri oleh penjual.
Universitas Sumatera Utara
74 c.
Konsinyasi Consignment Adalah suatu cara penjualan barang di mana penjual menyerahkan
barangnya kepada agen di luar negeri dan pembayaran dilaksanakan setelah barang tersebut dijual. Dokumen-dokumen yang bertalian dengan
pengiriman barang dapat diserahkan kepada agen tanpa pembayaran Free of Payment atau dokumen-dokumen dikirim langsung kepada agen tanpa
melalui bank. Keuntungan bagi penjual dari transaksi ini terletak pada perluasan jaringan pemasaran barang-barangnya dan sekaligus sebagai
sarana promosi hasil produksinya. d.
Wesel Inkaso Collection Draft Adalah suatu cara pembayaran di mana Eksportir mengirim barang dan
kemudian menagih pembayaran dari Importir bersama-sama dengan pengiriman dokumen pengapalan dan weswl atau draft.
Penagihan pembayaran atas pembayaran barang-barang yang dikirimkan kepada Importir ditagihkan melalui bank dengan cara menyerahkan
dokumen-dokumen pengapalan berikut wesel atau draft kepada bank untuk ditagihkan melalui koresponden bank di mana Importir berdomisili.
Cara pembayaran Collection Draft ada 2 dua cara yaitu: 1
Document Against Payment yaitu penyerahan dokumen kepada Importir apabila Importir telah membayar atau melunasi dokumen
tersebut. 2
Document Againt Acceptance yaitu penyerahan dokumen kepada Importir apabila Importir telah mengaksep wesel.
Universitas Sumatera Utara
75 e.
Letter of Credit LC Adalah suatu cara pembayaran di mana Eksportir akan menerima
pembayaran pada saat dia mengirim barang bersama dokumen-dokumen dan sebaliknya Importir akan melakukan pembayaran pada saat dokumen-
dokumen dan atau barang diterima. Dan dalam pembayaran Letter of Credit kepentingan baik pembeli maupun penjual sama-sama dilindungi.
82
Sistem pembayaran dengan LC merupakan cara yang paling aman bagi eksportir untuk memperoleh hasil dari penjualan barangnya dari importir,
sepanjang eksportir dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai dengan yang disyaratkan dalam LC.
83
LC dikenal juga dengan Documentary Credits ini terus berkembang dan sistem ini lah yang banyak digunakan
dan berperan penting untuk membayar barang-barang dalam perdagangan internasional.
84
Dalam kaitannya dengan perdagangan internasional, LC memainkan peran yang cukup penting. Pengadilan Inggris misalnya telah
lama mengakui bahwa LC merupakan mekanisme pembayaran yang paling penting dalam dalam perdagangan internasional Pengadilan Inggris
memandang LC
sebagai “the life blood of international
commerce”.
85
Peran tersebut adalah : 1
Memudahkan pelunasan pembayaran transaski ekspor; 2
Mengamankan dana yang disediakan importir untuk membayar barang impor;
82
Daud S.T. Kobi, Op.Cit, hlm. 6.
83
Mahmul Siregar, Loc.Cit.
84
Amir M.S., Letter of Credit: Dalam Bisnis Ekspor Impor Jakarta: PPM, 2001, hlm. 1.
85
Huala Adolf, Op.Cit, hlm. 133.
Universitas Sumatera Utara
76 3
Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan.
86
Uraian di atas tampak bahwa sangatlah wajar bila LC kemudian menjadi lebih banyak disukai oleh para pihak, khususnya penjual dan pembeli dalam
bertransaksi dagang secara lintas batas. Alasan utama para pedagang menyukai sistem ini adalah Karena adanya unsur janji bayar yang ada pada sistem ini.
87
Cara-cara pembiayaan internasional di atas ada sistem pembiayaan internasional yang lain serta lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai dengan
kesepakatan antara penjual dan pembeli merupakan cara pembayaran di luar dari kelima cara pembayaran tersebut di atas namun dianggap lazim dalam
perdagangan luar negeri seperti barter, perdagangan lintas batas. Undang-undang Mata Uang Pasal 21 ayat 2 huruf e dikatakan adanya
pengecualian terhadap penggunaan mata uang Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam hal pembiayaan internasional. Yang berarti
dalam pembiayaan internasional yang menggunakan cara apa pun dapat menggunakan mata uang asing dan bekerja sama dengan pihak bank sebagai
pihak yang turut serta dalam pembiayaan internasional tersebut. Penggunaan mata uang asing di daerah perbatasan, kawasan wisata maka
hal tersebut tidak dapat dikatakan ke dalam pelanggaran yang diatur UU Mata Uang. Walaupun daerah-daerah tersebut tidak dimasukkan ke dalam pengecualian
penggunaan mata uang Rupiah. Hal tersebut disebabkan UU Mata Uang bersifat limitatif yang berarti UU Mata Uang mengatur apa yang tertera di dalamnya
sehingga tidak memuat peraturan pelaksana di dalam UU Mata Uang tersebut.
86
Amir M.S., Loc.Cit.
87
Ramlan Ginting, Letter of Credit: Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis Jakarta: Salemba Empat, 2000, hlm. 18.
Universitas Sumatera Utara
77 Jika hal penggunaan mata uang asing di daerah perbatasan, kawasan wisata
dimasukkan ke dalam pelanggaran terhadap mata uang Rupiah maka UU Mata uang seharusnya bersifat fleksibel dengan memuat peraturan pelaksana di
dalamnya. Berdasarkan hal tersebut Pasal 21 ayat 2 UU Mata Uang pengecualian
yang dimaksud adalah pengecualian dalam hal penggunaan uang kartal yaitu uang kertas dan uang logam. Dalam hal penggunaan uang giral yang berupa cek, giro
atau dengan menggunakan sistem transfer bank maka hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan mata uang asing walaupun berada di wilayah Negara
Republik Indonesia. Walaupun hal tersebut tidak diatur di dalam pengecualian yang diatur dalam UU Mata Uang yang selama ini mengatur tentang penggunaan
mata uang Rupiah.
Universitas Sumatera Utara
78
BAB IV PELANGGARAN DALAM PENGGUNAAN RUPIAH BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG
A. Tindakan yang Dilarang Terhadap Rupiah Berdasarkan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang.
Tindakan yang dilarang atau kejahatan terhadap mata uang Rupiah, dewasa ini semakin merajalela dalam skala yang besar dan sangat merisaukan.
Kejahatan terhadap mata uang Rupiah ada yang dilakukan secara perseorangan, terorganisasi, maupaun yang dilakukan lintas batas negara. Bahkan modus dan
bentuk kejahatan terhadap mata uang semakin berkembang. Dan tidak mungkin dapat dipungkiri bahwa kejahatan terhadap mata uang juga dapat menimbulkan
kejahatan yang lainnya.
88
Kaitannya dengan penggunaan uang Rupiah sebagai legal tender bagi wilayah Republik Indonesia, maka mata uang merupakan salah satu simbol
kedaulatan negara, maka penggunaan mata uang Rupiah di wilayah Negara Republik Indonesia berarti penghormatan terhadap kedaulatan Indonesia,
sementara penggunaan mata uang asing di wilayah Negara Republik Indonesia dengan mengesampingkan mata uang Rupiah berarti merupakan salah satu
tindakan penjajahan terhadap kedaulatan Bangsa Indonesia khususnya di bidang ekonomi. Salah satu upaya penegakannya adalah dengan menegaskan dalam
Currency Act bahwa Rupiah adalah satu-satunya legal tender untuk seluruh
88
Hilkia H. Longkutoy, “Alat Bukti Dalam Pemeriksaan Tindak Pidana Rupiah Sebagai Mata Uang Negara
Republik Indonesia,” Lex Crimen, Volume II, No. 6, Oktober 2013, hlm. 166.
Universitas Sumatera Utara
79 wilayah Negara Republik Indonesia, yang berarti penggunannya adalah wajib
dalam transaksi apapun dan siapapun selama di wilayah Indonesia dengan konsekuensi pidana bagi yang melanggar.
89
Undang-Undang Mata Uang. Rupiah sebagai legal tender memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. Uang adalah alat pembayaran yang sah;
2. Mata uang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Rupiah;
3. Rupiah wajib digunakan dalam transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran,
penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang, danatau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut maka untuk kategori legal tender tidak ada
pembatasan wujud uang Rupiah, berarti tidak ada keharusan bahwa uang merupakan alat pembayaran yang sah adalah uang kartal baik uang kertas
maupun uang koin sebagaimana yang berlaku di Republik Indonesia. Dalam hal ini yang terpenting adalah mata uang yang digunakan adalah Rupiah merupakan
model alat bayarnya adalah terserah pada user, apakah memilih uang kartal atau alat pembayaran yang lain seperti cek, kartu kredit, dan kartu debit serta berbagai
alat pembayaran sejenis dengan metode non-currency. Sementara uang giral diatur dalam undang-undang tersendiri tentang lalu-lintas pembayaran.
90
89
Mishkin, Frederic S, Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan Jakarta: Salemba Empat, 2008, hlm. 60.
90
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku Kedua Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 1994, hlm. 101.
Universitas Sumatera Utara
80 Keharusan penggunaan mata uang Rupiah dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini mengingat mata uang merupakan salah satu simbol kedaulatan negara, yang harus ditegakkan keberadaannya. Ada pun
pengaturan mengenai hal-hal yang tidak dapat dilanggar dalam UU Mata Uang yaitu:
1. Setiap orang dilarang menolak untuk menerima uang Rupiah yang
penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang, danatau transaksi keuangan lainnya di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena terdapat keraguan atas keaslian Rupiah. Dalam hal ini dikecualikan untuk pembayaran
atau untuk penyelesaian kewajiban dalam bentuk valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis.Sehubungan dengan masalah uang kembalian
bahwa sangat tegas pembayaran atau memenuhi kewajiban harus dengan uang, maka tidak ada alasan bagi pelaku usaha untuk menukarnya dengan
permen. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 23 UU Mata Uang 2.
Setiap orang dilarang meniru Rupiah, kecuali untuk tujuan pendidikan dan atau promosi dengan memberi kata specimen. Dalam hal ini meniru Rupiah
baik sebagian atau seluruhnya baik uang kertas atau uang logam. Kecuali untuk tujuan edukasi di dalam melakukan pengenalan terhadap Rupiah dengan
adanya kata specimen. Yang berarti adalah bagian dari keseluruhan Rupiah. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang bentuk
dan jenis dari mata uang Rupiah. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 24 UU Mata Uang.
Universitas Sumatera Utara
81 3.
Setiap orang dilarang merusak, memotong, menghancurkan, danatau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai
simbol negara. Yang dimaksud dengan “merusak” adalah mengubah bentuk,
atau mengubah ukuran fisik dari aslinya, antara lain membakar, melubangi, menghilangkan sebagian, atau merobek. Merendahkan kehormatan Rupiah
atas pertimbangan bahwa Rupiah sebagai simbol negara. Dengan melakukan kegiatan perdagangan Rupiah melalui ekspor dan impor Rupiah yang telah
dirusak tersebut. Karena Rupiah merupakan kedaulatan Negara Indonesia. Maka tidak dapat melakukan perusakan dengan mengubah bentuk asli dan
dari Rupiah tersebut. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 25 UU Mata Uang 4.
Setiap orang dilarang memalsukan uang Rupiah serta menggunakan uang Rupiah jika diketahuinya merupakan Rupiah palsu. Pengertian memalsukan
uang Rupiah adalah uang tiruan yang dibuat oleh pihak yang tidak berwenang untuk diedarkan atau telah beredar, menyerupai alat pembayaran yang sah
counterfeit money. Yang dipergunakan dalam transaksi pembayaran dalam lalu lintas pembayaran. Yang mengakibatkan kerugian terhadap orang yang
menerima uang Rupiah palsu tersebut. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 26 UU Mata Uang.
5. Setiap orang dilarang memproduksi, menjual, membeli, mengimpor,
mengekspor, menyimpan, danatau mendistribusikan mesin, peralatan, alat cetak, pelat cetak, atau alat lain yang digunakan atau dimaksudkan untuk
membuat Rupiah palsu.Penggunaan mata uang Rupiah di wilayah Negara Republik Indonesia berarti penghormatan terhadap kedaulatan Indonesia
Universitas Sumatera Utara
82 dengan mengesampingkan mata uang Rupiah berarti merupakan salah satu
tindakan penjajahan terhadap kedaulatan Bangsa Indonesia khususnya di bidang ekonomi yang berpotensi besar untuk menyerang bidang-bidang lain di
wilayah Republik Indonesia. Salah satu penegakan prinsip ini adalah dengan menegaskan dalam currency regulation bahwa Rupiah adalah satu-satunya
legal tender untuk seluruh wilayah Republik Indonesia, yang berarti penggunaanya adalah wajib pada transaksi apapun dan oleh siapapun selama
di wilayah Indonesia dengan konsekuensi sanksi pidana bagi yang melanggar. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 27 UU Mata Uang.
B. Sanksi Hukum Terhadap Pelanggaran Mata Uang Berdasarkan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang
Konteks penanggulangan kejahatan mata uang, dari segi hukum material yang berlaku saat ini sebenarnya sudah cukup mengantisipasi kejahatan mata uang
baik yang terdapat dalam KUHP maupun dalam UU BI. Akan tetapi dari segi hukum formal perlu memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan
profesionalisme aparat, sarana, dan prasarana. Penegakan hukum terkait kejahatan Mata Uang, terutama pemalsuan
Rupiah, memerlukan pengaturan yang memberikan efek jera bagi pelaku karena efek kejahatan tersebut berdampak luar biasa terhadap perekonomian dan
martabat bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, setiap orang yang melanggar ketentuan dalam UU Mata Uang dikenai sanksi pidana yang berat.
Prinsip sesuai sifat hukum pidana sebagai hukum publik tujuan pokok diadakannya
hukum pidana
ialah melindungi
kepentingan-kepentingan
Universitas Sumatera Utara
83 masyarakat
sebagai suatu
kolektivitas dari
perbuatan-perbuatan yang
mengancamnya atau bahkan merugikannya baik itu datang dari perorangan maupun kelompok organisasi. Berbagai kepentingan bersifat kemasyarakatan
antara lain ialah ketentraman, ketenangan, dan ketertiban hidup masyarakat.
91
Sistem pemidanaan dalam tindak pidana ekonomi diselaraskan dengan ketidak seimbangan yang terganggu dan sebisa mungkin dengan pengenaan sanksi
kesimbangan kehidupan perekonomian dan kerugian negara yang timbul karenanya dapat dipulihkan kembali. Jadi tujuan pemidanaan pada hukum tindak
pidana ekonomi adalah untuk mencapai pulihnya keseimbangan dan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat banyak.
92
Undang-Undang Mata Uang mengatur tentang sanksi pidana yang diberikan terhadap kejahatan mata uang dalam penggunaan mata uang Rupiah.
Yang secara berurutan diatur di dalamnya, yaitu sebagai berikut. 1.
Setiap orang yang tidak menggunakan Rupiah dalam: a.
Setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran; b.
Penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; danatau
c. Transaksi keuangan lainnya dipidana dengan pidana kurungan paling lama
1 satu tahun dan pidana denda paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah.
2. Setiap orang dilarang menolak atau menerima Rupiah yang penyerahannya
dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang
91
Ismu Gunadi W dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011, hlm. 12.
92
Azis Syamsudin, Tindak Pidana Khusus Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 27.
Universitas Sumatera Utara
84 harus dipenuhi dengan Rupiah danatau untuk transaksi keuangan lainnya di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena terdapat keraguan atas kaslian Rupiah dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
satu tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. Dalam transaksi keuangan lainnya antara lain meliputi kegiatan
penyetoran uang dalam berbagai jumlah dan jenis pecahan dari nasabah kepada bank.
3. Setiap orang yang meniru Rupiah, kecuali untuk tujuan pendidikan dan promosi dengan memberi kata specimen dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 satu tahun dan dipidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 dua ratus juta rupiah.
4. Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan Rupiah Tiruan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. Sesuai dengan hal ini, harus dipatuhi adalah:
a. Bahwa setiap orang uang meniru Rupiah kecuali untuk bertujuan edukasi
dan pendidikan dapat dikenakan pidana; b. Setiap orang dilarang untuk menyebarkan atau mengedarkan dapat dikenai
pidana. 5. Setiap orang yang dengan sengaja merusak, memotong, menghancurkan,
danatau mengubah Rupiah dengan maksud merendahkan kehormatan Rupiah sebagai simbol negara. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima
Universitas Sumatera Utara
85 tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar
rupiah. 6. Setiap orang yang membeli atau menjual Rupiah yang sudah dirusak,
dipotong, dihancurkan, danatau diubah dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
satu miliar rupiah. 7. Setiap orang yang mengimpor atau mengekspor Rupiah yang sudah dirusak,
dipotong, dihancurkan, danatau diubah sebagaimana dimaksud dalam pasal dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan pidana
denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah. Yang dimaksud dalam hal ini merusak adalah mengubah bentuk, atau mengubah
ukuran fisik dari aslinya, antara lain membakar, melubangi, menghilangkan sebahagian, atau merobek. Dengan maksud untuk merendahkan kehormatan
negara.Dimana Rupiah sebagai simbol negara Indonesia. Dan di dalam pasal 25 ayat 2 dan ayat 3 adalah Rupiah yang sudah rusak tersebut diperdagangkan
baik secara domestik atau secara perdagangan internasional melalui eksport dan import.
8. Setiap orang yang memalsu dan menyimpan secara fisik dengan cara apa pun yang diketahui merupakan Rupiah sebagaimana dimaksud dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan dipidana paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah.
Universitas Sumatera Utara
86 9. Setiap orang yang mengedarkan danatau membelanjakan Rupiah palsu
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah.
Berdasarkan penjelasan di atas unsur-unsur pelanggaran adalah: 1.
Perbuatan yang bertentangan dengan apa yang secara tegas dicamtumkan dalam undang-undang pidana
2. Pelanggaran merupakan tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan baik
perbuatannya maupun hukumannya. Pemberian sanksi pidana dalam UU Mata Uang juga diatur tentang
pemberian pemberatan hukuman karena jabatannya, cara serta tujuan melakukannya.
1. Dilakukan oleh pegawai Bank Indonesia, pelaksana Pencetakan Rupiah, badan
yang mengkoordinasikan pemberantasan pelanggaran terhadap Rupiah, badan yang mengoordinasikan pemberantasan Rupiah Palsu, danatau aparat penegak
hukum, pelaku dipidana dengan pidana penjara dan pidana denda maksimum ditambah 13 satu per tiga
2. Jika dilakukan dengan terorganisasi, digunakan untuk kejahatan terorisme,
atau digunakan untuk kegiatan yang dapat mengakibatkan terganggunya perekonomian nasional, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama
seumur hidup dan pidana denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 seratus miliar rupiah.”
Universitas Sumatera Utara
87
C. Pencegahan dalam Pelanggaran Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang