Teori Pengecualiaan Penggunaan Mata Uang Rupiah

53 BAB III PENGECUALIAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG

A. Teori Pengecualiaan Penggunaan Mata Uang Rupiah

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengecualian penggunaan mata uang Rupiah dalam UU Mata Uang dalam transaksi di wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam UU Mata Uang terdapat pengecualian dalam hal penggunaan mata uang Rupiah di dalam Wilayah Negara Indonesia. Hal itu dilakukan karena dalam hal pembentukan perundang-undangan. Terdapat asas-asas yang harus dimiliki oleh perundang-undangan agar dapat mengatur dengan baik. Ada banyak pandangan terhadap asas perundang-undangan yang baik tersebut, antara lain: Menurut I.C. Van der vlies di dalam bukunya yang berjudul Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving. Membagi asas-asas dalam pembentukan negara yang baik ke dalam asas-asas yang formal dan yang material. Asas-asas yang formal meliputi: 1. Asas tujuan yang jelas; 2. Asas organlembaga yang tepat; 3. Asas perlunya pengaturan; 4. Asas dapat dilaksanakan; 5. Asas Konsensus. Asas-asas yang material meliputi: 1. Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar 2. Asas tentang dapat dikenali Universitas Sumatera Utara 54 3. Asas perlakuan yang sama di dalam hukum 4. Asas kepastian hukum 5. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual. 60 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Terdapat salah satu asas yang memberikan adanya pengecualian di dalam UU Mata Uang yaitu asas dapat dilaksanakan. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. 61 Pengertian secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. Menurut ilmu pengetahuan hukum adalah: 1. Landasan filosofis Perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan filosofis filisofische grondslag apabila rumusannya atau norma-normanya mendapatkan pembenaran rechtvaardiging dikaji secara filososfis. Jadi dapat dibenarkan jika dipikirkan secara mendalam. Alasan tersebut sesuai dengan cita-cita dan pandangan hidup manusia dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Sesuai dengan cita-cita kebenaran idee der waarheid, cita-cita keadilan idee der gerechtigheid, dan cita-cita kesusilaan idee der zederlijkheid. 60 Maria Faria Indrati, Ilmu Perundang-Undangan Yogyakarta: Kanisius, 2011, hlm. 252. 61 Ibid, hlm. 254. Universitas Sumatera Utara 55 2. Landasan sosiologis Suatu perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan sosiologis. Apabila ketentuan-ketentuan sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hal ini penting agar perundang-undangan dibuat ditaati oleh masyarakat 3. Landasan yuridis Landasan yuridis atau disebut juga landasan hukum atau dasar hukum ataupun legalitas adalah landasan tau dasar yang terdapat dalam ketentuan- ketentuan hukum yang lebih tinggi derajatnya. 62 Di luar asas-asas di atas, dalam ilmu hukum atau ilmu perundang- undangan, diakui adanya beberapa teori atau asas-asas yang selalu mengikuti dan mengawali pembentukan peraturan perundang-undangan dan secara umum teori dan asas-asas tersebut dijadikan peraturan perundang-undangan Sebagai mana diketahui meskipun dalam Pasal 21 ayat 1 UU Mata Uang diatur secara tegas tentang kewajiban penggunaan Rupiah. Namun aturan tersebut seakan tidak berarti dengan keberadaan ketentuan ayat 2 dan Pasal 23 ayat 2 diberikan untuk keperluan pembayaran, hibah, atau untuk memenuhi kewajiban dengan valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis. Prinsip dalam pembuatan suatu peraturan selain dimaksudkan untuk mengatur juga diusahakan mampu dilaksanakan, yang berarti dalam pelaksanaanya tidak boleh terlalu membebani atau membatasi. Demikian pula dalam keharusan penggunaan Rupiah, aturan ini pada prinsipnya meningkatkan 62 Ibid, hlm. 255. Universitas Sumatera Utara 56 nilai Rupiah. Menyadari bahwa saat ini Rupiah bukanlah merupakan Hard Money dan belum pula semua negara mau menerima uang Rupiah maka teori pengecualian terhadap penggunaan Rupiah tetap diperlukan. Keharusan untuk menggunakan uang Rupiah dalam setiap transaksi apabila hal itu dilakukan di wilayah Indonesia tidak dapat diterapkan secara kaku. Terdapat situasi yang memungkinkan dilakukannya penegecualian. Teori pengecualian diakui sebagai teori yang selalu mengikuti dan mengawali pembentukan peraturan perundang-undangan dan secara umum teori dan asas-asas tersebut dijadikan acuan dalam membentuk UU Mata Uang. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai pembebanan keharusan penggunaan Rupiah ini justru membatasi kegiatan perekonomian yang nantinya berpotensi membawa keterpurukan ekonomi bangsa. Sebagai bahan pembanding, prinsip pengecualian ini juga dianut beberapa negara lain seperti Canada. 63

B. Faktor Penyebab Pengecualian Penggunaan Mata Uang Rupiah