37 kerja dan modal tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan kehidupan
perekonomian. Penggunaan uang Rupiah saat ini adalah hal yang wajib digunakan karena
Rupiah adalah satu-satunya mata uang yang dapat dipergunakan di Wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam hal adanya penggantian terhadap pergantian
penggunaan mata uang Rupiah. Maka Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan dalam menetapkan mata uang akan
mengeluarkan jenis mata uang yang lain untuk dipergunakan sebagai mata uang di Wilayah Negara Republik Indonesia.
D. Peranan Bank Indonesia
Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral atau sering juga disebut Bank to bank dalam pembangunan memang penting dan sangat dibutuhkan
keberadaanya. Hal ini disebabkan bahwa pembangunan di sektor apapun selalu membutuhkan dana dan dana ini diperoleh dari sektor lembaga keuangan
termasuk bank. Tugas-tugas Bank Indonesia sebagai Bank to bank adalah mengatur, mengkoordinir, mengawasi serta memberikan tindakan kepada dunia
perbankan. Peranan lain Bank Indonesia adalah dalam hal menyalurkan uang
terutama uang Kartal kertas dan logam di mana Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk menyalurkan uang Kartal. Kemudian mengendalikan jumlah uang
yang beredar dan suku bunga dengan maksud untuk menjaga kestabilan Rupiah.
49
49
Kasmir.,Op.Cit, hlm. 168.
Universitas Sumatera Utara
38 Dalam UU Mata Uang Pasal 11 ayat 2 dan ayat 3 dikatakan bahwa Bank
Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan pengeluaran, pengedaran, dan atau pencabutan dan penarikan Rupiah. Dan dalam
perencanaan, pencetakan, dan pemusnahan dilakukan oleh Bank Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah. Kemudian di Pasal 29 ayat 1 dikatakan bahwa
Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menentukan keaslian Rupiah. Hal ini didukung juga dalam UU BI dalam Bab III, IV dan V bahwa Bank
Indonesia bertugas mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Berikut ini akan diuraikan garis-garis besar dari masing-masing tugas
Bank Indonesia seperti yang tertuang dalam UU BI. 1.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank
Indonesia berwenang: a.
Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkannya
b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang
termasuk, tetapi tidak terbatas pada: 1
Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang Rupiah maupun valas
2 Penetapan tingkat diskonto
3 Penetapan cadangan wajib minimum
Universitas Sumatera Utara
39 4
Pengaturan kredit atau pembiayaan c.
Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, paling lama 90 Sembilan puluh hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan
pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan. d.
Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan system nilai tukar yang telah ditetapkan.
e. Mengelola cadangan devisa.
f. Menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan
yang dapat bersifat makro dan mikro. 2.
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Dalam tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank
Indonesia berwenang: a.
Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaran jasa sistem pembayaran.
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan kegiatannya. c.
Menetapkan penggunaan alat pembayaran. d.
Mengatur sistem kliring antar bank baik dalam mata uang Rupiah maupun Asing.
e. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank.
f. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.
Universitas Sumatera Utara
40 g.
Mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah sera mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian
dengan nilai yang sama.
50
Dalam hal pengelolaan Rupiah Bank Indonesia wajib melaporkan secara periodik setiap 3 tiga bulan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Yang kemudian
Badan Pemeriksa keuangan melakukan audit secara periodik yang dilakukan 1 satu kali dalam 1 satu tahun. Untuk menjamin akuntabilitas pelaksanaan
pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan Rupiah. Sejalan dengan UU BI di atas, maka Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan memberikan wewenang dan kewajiban bagi Bank Indonesia untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap bank dengan
menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk ketentuan- ketentuan, petunjuk, dan nasihat, bimbingan dan pengarahan, maupun secara
representif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan, sehingga pada akhirnya Bank Indonesia dapat menetapkan arah
pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individu maupun secara keseluruhan.
Kewajiban pengawasan terhadap bank selain Bank Indonesia ada lembaga negara Otoritas Jasa Keuangan yang juga dapat melakukan pengawasan terhadap
bank. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan maka Otoritas Jasa Keuangan maka Otoritas Jasa
Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
50
Ibid, hlm. 171.
Universitas Sumatera Utara
41 terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Dan
salah satunya adalah bank. Namun perbedaan antara Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia
adalah bahwa Bank Indonesia berperan sebagai pengawas aspek makroprudensial yang berarti Bank Indonesia menjadi pengawas dalam hal ekonomi moneter dan
Otoritas Jasa Keuangan berperan sebagai pengawas mikroprudensial yang berarti Otoritas Jasa Keuangan berperan sebagai pengawas dalam hal kesehatan bank.
Berkaitan dengan apa yang telah diuraikan di atas, menurut ketentuan Pasal 8 UU BI, tugas Bank Indonesia adalah menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Dalam hal pengawasan oleh Bank Indonesia
adalah dalam hal ekonomi moneter kepada bank.
51
Pelaksanaan tugas sebagaimana di atas mempunyai keterkaitan dalam mencapai kestabilan nilai Rupiah. Tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter dilakukan Bank Indonesia, antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga. Efektivitas pelaksanaan tugas ini
memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal, yang merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Berdasarkan pada apa yang diuraikan di atas, bisa dikatakan bahwa tujuan Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai Rupiah tersebut perlu ditopang dengan tiga pilar utama, yaitu
51
Https:financeguess.wordpress.com20140222perbedaan-bank-indonesia-dengan- otoritas-jasa-keuangan, diakses pada tanggal 3 Februari 2015
Universitas Sumatera Utara
42 kebijakan moneter dengan prinsip kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat,
tepat, dan andal, serta sistem perbankan dan keuangan yang sehat.
52
Mengelola berarti
merencanakan, menyiapkan
pengorganisasian, melaksanakan, dan mengontrol bahwa pelaksanaan berjalan sedemikian rupa,
untuk selanjutnya memberikan masukan bagi perencanaan yang lebih baik. Pengelolaan pengedaran Rupiah oleh Bank Indonesia dapat pula dilihat dari
proses “kehidupan” Rupiah, yakni sejak tahap persiapan pengeluaran sampai dengan uang itu kembali kepada Bank Indonesia
untuk “dikebumikan” dengan tertib dan aman.
53
Pengelolaan Rupiah adalah suatu kegiatan yang mencakup perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan, dan penarikan, serta
pemusnahan Rupiah yang dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel yang diatur di UU Mata Uang.
1. Perencanaan;
Perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan menetapkan besarnya jumlah dan jenis pecahan berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah dalam periode
tertentu. Yang dilakukan oleh Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah. Yang dimaksud dengan “berkordinasi” diwujudkan dalam bentuk pertukaran
informasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah, antara lain terkait dengan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi, rencana tentang macam dan
harga Rupiah, proyeksi jumlah Rupiah yang perlu dicetak, serta jumlah Rupiah
52
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, hlm. 181.
53
Hotbin Sigalingging, “Kebijakan Pengedaran Uang di Indonesia,” Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, No.13, Juli 2004, hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
43 yang rusak dan yang ditarik dari peredaran. Ketentuan tersebut diatur di dalam
Pasal 13 ayat 1 dan ayat 2. Perencanaan yang terkait langsung dengan pengedaran uang antara lain
meliputi: a.
Perencanaan penerbitan uang emisi baru Dalam setiap penerbitan uang diupayakan agar kepercayaan masyarakat
terhadap uang tetap terjaga.Oleh karena itu, setiap uang yang diterbitkan dibuat sebaik mungkin agar dapat diterima oleh masyarakat. Di samping itu,
diupayakan agar suatu emisi dapat terbit atau beredar dalam waktu yang cukup lama. Penerbitan uang baru hanya dapat dilakukan atas dasar
pertimbangan tertentu sehingga dapat dihindarkan terlalu seringnya penerbitan uang baru. Dasar pertimbangan penerbitan uang baru, antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut: 1
Penyederhanaan satuan hitung untuk memperlancar transaksi pembayaran tunai, yakni dengan penataan kembali pecahan-pecahan
yang ada. Perubahan ini dimaksudkan agar pecahan baru menjadi lebih praktis dan efisien untuk penetapan harga, perhitungan, dan pencatatan.
2 Pecahan yang ada kurang dapat menampung perkembangan faktor
ekonomi seperti tingkat inflasi dan perubahan nilai tukar sehingga diperlukan pecahan baru yang akan mempermudah satuan hitung dalam
transaksi pembayaran tunai.
Universitas Sumatera Utara
44 3
Perubahan-perubahan pada uang bahan maupun teknik cetaknya guna meningkatkan kualitas uang atau efisiensi pengadaan. Perubahan
tersebut dapat dilakukan dengan pertimbangan: a
Terdapat kebijaksanaan untuk melakukan perubahan terhadap ukuran uang dalam rangka standarisasi ukuran, perubahan teknik cetak, serta
penambahan atau penggantian unsur pengamanan security features maupun gambar disain agar kualitas uang menjadi lebih baik.
b Tingkat pemalsuan uang yang semakin meningkat sehingga
membahayakan perekonomian maupun kepercayaan masyarakat terhadap uang Rupiah.
c Khusus untuk uang logam agar terdapat kewajaran antara nilai
intrinsik dengan nilai nominal.
54
b. Perencanaan Distribusi Uang
Rencana Distribusi Uang RDU adalah penetapan jumlah dan komposisi pecahan uang yang akan dikirim untuk memenuhi kebutuhan kas setiap
Kantor Bank Indonesia selama satu tahun. Dalam penyusunan RDU terdapat beberapa faktor yang dijadikan pertimbangan, yaitu :
1 Pertumbuhan ekonomi daerah
Secara teori, dapat dikatakan bahwa jika terdapat pertumbuhan ekonomi maka akan ada peningkatan permintaan uang termasuk uang
kartal. 2
Perkembangan inflasi
54
Ibid, hlm. 24.
Universitas Sumatera Utara
45 Laju inflasi menigkatkan permintaan uang kartal karena diperlukan lebih
banyak uang kartal untuk membeli barang dengan jumlah yang sama. 3
Perbandingan Jumlah Kredit dan Dana Umumnya, semakin banyak kredit yang disalurkan akan berpeluang
menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi permintaan uang.
4 Jumlah kantor bank dan ATM
Semakin banyak jumlah kantor bank dan ATM, semakin memudahkan masyarakat untuk menggunakan uang kartal.
5 Perkembangan daerah
Dengan berkembangnya daerah diperkirakan akan semakin banyak menciptakan
lapangan pekerjaan
dan mengundang
penduduk barupendatang, sehingga permintaan uang kartal meningkat.
6 Penerapan Otonomi Daerah OTODA
Sejak diberlakukannya kebijakan OTODA Januari 2001, pola pengeluaran pemerintah mengalami perubahan. Penerapan OTODA
mengubah alokasi penyaluran dana yang tidak lagi tersentralisasi, tetapi langsung ke daerah-daerah. Hal ini diperkirakan akan meningkatan
permintaan uang. 7
Lapangan Pekerjaan dan Sektor Ekonomi Permintaan uang kartal dipengaruhi oleh seberapa banyak jumlah
pekerja yang membutuhkan uang tunai cash minded. Umumnya,
Universitas Sumatera Utara
46 lapangan pekerjaan antara lain petani dan pedagang eceran, banyak
menggunakan pembayaran secara tunai. 8
Perkembangan berdasarkan kurun waktu Faktor Seasonal : harian pajak, mingguan gaji, bulanan hari raya
keagamaan, panen raya, liburan akademik dan liburan akhir tahun. Faktor yang dipengaruhi oleh sosial budaya daerah secara lokal : Hari
Raya Nyepi di Bali, Sekaten di Solo.
55
2.
Pencetakan;
Pencetakan adalah suatu rangkaian kegiatan mencetak Rupiah. Dalam hal Pencetakan Rupiah dilaksanakan di dalam negeri dengan menunjuk Badan Usaha
Milik Negara BUMN sebagai pelaksana Pencetakan Rupiah. Yang sekarang dicetak oleh PT Perum Peruri. Dalam hal badan usaha milik negara menyatakan
tidak sanggup
melaksanakan Pencetakan Rupiah. Pencetakan
Rupiah dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara bekerja sama dengan lembaga lain
yang ditunjuk melalui proses yang transparan dan akuntabel serta menguntungkan negara. Dalam hal pelaksanaan Pencetakan Rupiah harus menjaga mutu,
keamanan, dan harga yang bersaing. Pengertian dari
“Badan Usaha Milik Negara” adalah badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang percetakan Rupiah. Yang dimaksud dengan
“tidak sanggup melaksanakan Pencetakan Rupiah” adalah ketidaksanggupan yang disebabkan oleh keadaaan kahar force majeure dan bencana sosial. Yang
55
Ibid, hlm.32.
Universitas Sumatera Utara
47 dimaksud dengan “harga yang bersaing” adalah harga yang batasannya ditentukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang dan jasa. Ketentuan di atas diatur dalam UU Mata Uang Pasal 14.
Sebelum dilakukan pencetakan, maka dilakukan beberapa persiapan yang dilakukan dengan cermat agar uang hasil cetak memiliki kualitas yang baik,
terjaga keamanannya, dan siap untuk pengedaran ke masyarakat. Kegiatan pencetakan uang diserahkan kepada Perum Peruri sebagai Badan Usaha Milik
Negara yang didirikan khusus untuk melayanai kebutuhan cetak uang kertas dan uang logam sesuai dengan pesanan Bank Indonesia.
56
3. Pengeluaran;
Pengeluaran adalah suatu rangkaian kegiatan menerbitkan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta diumumkan melalui media massa. Dalam Rupiah yang dikeluarkan dibebaskan dari bea
materai. Ketentuan di atas diatur dalam UU Mata Uang Pasal 15. 4.
Pengedaran; Pengedaran adalah suatu rangkaian kegiatan mengedarkan atau
mendistribusikan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang mengedarkan
Rupiah kepada masyarakat. Pengedaran Rupiah dilakukan sesuai dengan kebutuhan jumlah uang beredar. Dan tata cara pengedaran Rupiah diatur dengan
56
Ibid, hlm. 34.
Universitas Sumatera Utara
48 Peraturan Bank Indonesia. Ketentuan di atas diatur dalam UU Mata Uang Pasal
16. Pengedaran uang terdiri dari kegiatan distribusi uang dan layanan kas yang
dilakukan oleh Bank Indonesia. Pengiriman uang yang dilakukan oleh Kantor Pusat ke Kantor Koordinator dan selanjutnya kepada kantor-kantor Bank
Indonesia di daerah, dan sebaliknya. a
Distribusi uang Penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu tertentu.
Pengiriman uang didasarkan pada rencana distribusi uang yang menetapkan jumlah dan pecahan uang yang dikirim selama periode
tertentu. Tujuan distribusi uang adalah untuk memenuhi kebutuhan kas setiap kantor Bank Indonesia dalam rangka menjaga posisi atau persediaan
kas yang aman. Kebutuhan kas tersebut meliputi kebutuhan uang untuk persediaan serta keperluan pembayaransi uang tersebut diharapkan kan
dapat dicapai keterpaduan dengan rencana pengadaaan uang dan pengiriman uang dapat terlaksana secara lebih efisien, efektif, cepat, tepat
waktu dan sesuai dengan kebutuhan. b
Layanan kas Kegiatan layanan kas oleh Bank Indonesia, pada garis besarnya terdiri dari
penerimaan setoran dari bank-bank, kegiatan bayaran, penukaran, dan layanan kas lainnya. Sasaran layanan perkasan ini adalah dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
49 memenuhi kebutuhan masyarakat atas uang dan menjaga agar uang yang
beredar tetap dalam kondisi yang layak edar.
57
5. Pencabutan dan penarikan;
Pencabutan dan Penarikan adalah rangkaian kegiatan yang menetapkan Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pencabutan dan Penarikan Rupiah ditetapkan oleh Bank Indonesia, ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta
diumumkan melalui media massa. Pencabutan dan penarikan diberikan penggantian oleh Bank Indonesia sebesar nilai nominal yang sama. Hak untuk
memperoleh penggantian Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran tidak berlaku setelah 10 sepuluh tahun sejak tanggal pencabutan. Yang dibagi
dalam lima tahun pertama dan lima tahun berikutnya. Kriteria penggantian atas Rupiah yang dicabut dan ditarik diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Terkait dengan penetapan besarnya penggantian oleh Bank Indonesia terhadap uang Rupiah yang telah dinyatakan tidak lagi sebagai alat pembayaran
yang sah, atau dengan istilah lain dinyatakan dicabut dan ditarik dari peredaran, lingkup pengaturannya tercantum secara jelas dalam Peraturan Bank Indonesia.
Penetapan pencabutan Rupiah memuat pengaturan mengenai tanggal berakhirnya Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah dan batas waktu penukaran
Rupiah kepada bank, Bank Indonesia, atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Penarikan Rupiah meliputi penarikan dalam rangka pencabutan dan
57
Ibid, hlm. 35.
Universitas Sumatera Utara
50 penggantian Rupiah yang rusak dan lusuh. Ketentuan di atas diatur dalam UU
Mata Uang Pasal 17. Tujuan dari pencabutan dan dari peredaran adalah untuk mencegah dan
meminimalisasi peredaran uang palsu serta untuk penyederhanaan komposisi dan emisi pecahan. Adapun dasar pertimbangan yang menentukan suatu pecahan
harus ditarik dari peredaran, antara lain karena: a.
Tingkat pemalsuan yang cukup tinggi, dilihat dari realisasi jumlah penemuan uang palsu dibandingkan dengan UYD uang yang diedarkan
pecahan tersebut serta memperhatikan pula tingginya mutu pemalsuan yang dapat menipu masyarakat.
b. Pecahan tersebut sudah cukup lama beredar lebih dari 7 tahun.
58
Dengan mekanisme demikian, diharapkan masyarakat yang memegang uang tersebut dapat segera menukarkan kepada Bank Indonesia. Hal terpenting
terkait dengan proses ini adalah masyarakat sebagai pemilik uang tidak dalam posisi dirugikan oleh Bank Indonesia karena adanya aktifitas penetapan uang
Rupiah terentu tidak lagi sebagai alat pembayaran yang sah di negara Indonesia. 6.
Pemusnahan. Pemusnahan adalah suatu rangkaian kegiatan meracik, melebur, atau cara
lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai Rupiah. Pemusnahan dilakukan terhadap Rupiah yang ditarik dari peredaran. Pemusnahan terhadap
Rupiah yang ditarik dari peredaran dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan pemerintah. Berkoordinasi sebagaimana dimaksud di atas
58
Ibid, hlm. 38.
Universitas Sumatera Utara
51 adalah diwujudkan dalam bentuk nota kesepahaman antara Bank Indonesia dan
Pemerintah yang berisi teknis pelaksanaan pemusnahan Rupiah, termasuk pembuatan berita acara pemusnahan Rupiah. Yang diatur di dalam UU Mata Uang
Pasal 18, bahwa jumlah dan nilai nominal Rupiah yang dimusnahkan ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Kriteria Rupiah yang dimusnahkan
berupa: a.
Rupiah yang tidak layak edar; b.
Rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis dan atau kurang diminati oleh
masyarakat; danatau c.
Rupiah yang sudah tidak berlaku. Dalam UU Mata Uang Pasal 19 dan Pasal 20 diatur bahwa dalam hal
pengelolaan Rupiah dilakukan secara periodik setiap 3 tiga bulan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam hal ini “Dewan Perwakilan Rakyat” adalah
kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi keuangan dan perbankan. Dan untuk menjamin akuntabilitas pelaksanaan Pencetakan,
Pengeluaran, dan Pemusnahan Rupiah, Badan Pemeriksa Keuangan melakukan audit secara periodik. Dan pelaksanaan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan
dilakukan paling sedikit 1 satu kali dalam 1 satu tahun. Pelaksanaan pemusanahan uang kertas dilakukan sendiri oleh Bank
Indonesia. Dalam pelaksanaanya, pemusnahan dilakukan oleh suatu tim yang susunan dan prosedur kerjanya diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung
suatu proses pengawasan yang efektif. Selain pengawasan melalui orang, kegiatan
Universitas Sumatera Utara
52 pemusanahan ini juga dipantau melalui camera video dan perekaman, sejak
persiapan hingga uang menjadi limbah racikan. Yang nantinya dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir TPA yang telah ditetapkan pemerintah atau bekerja
sama dengan pihak ketiga. Pelaksanaan pemusnahan uang logam dilakukan oleh suatu tim
pemusnahan uang logam dari Bank Indonesia. Pemusnahan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh kantor Bank Indonesia yang telah memiliki alat peleburan
uang logam atau oleh perusahaan jasa peleburan logam milik pihak ketiga dengan suatu pengawasan yang ketat. Perusahaan jasa peleburan logam tersebut sekaligus
sebagai calon pembeli limbah uang logam mengingat limbah uang logam masih mempunyai nilai dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki tempat peleburan sendiri, tungku yang cukup, lokasi yang tertutp
dan aman b.
Memiliki ruangan tersendiri yang aman untuk membuka peti uang logam dan menyimpan uang logam yang akan dimusnahkan.
c. Memiliki halaman pakir kendaraan yang cukup luas.
d. Menerbitan bank garansi atau surat jaminan.
59
59
Ibid, hlm. 39.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB III PENGECUALIAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH DALAM
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG
A. Teori Pengecualiaan Penggunaan Mata Uang Rupiah