Analisa Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Gampong Jawa

5.3 Analisa Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Gampong Jawa

Dari hasil pengamatan di wilayah studi ditemukan beberapa kecenderungan masyarakat Gampong Jawa dalam membuang sampahnya, pengkategorian ini berdasarkan kepada perhitungan terhadap berapa masyarakat yang mendapat pelayanan dan melihat langsung timbulan sampah ilegal yang terdapat di wilayah studi sehingga dapat dipetakan berdasarkan analisis keruangan pada objek penelitian kawasan Gampong Jawa. Tabel 5.5 menjelaskan perlakuan masyarakat terhadap sampah yang peneliti temukan. Tabel 5.5 Perlakuan Masyarakat Terhadap Sampah No Perlakuan Terhadap Sampah Persentase 1 Dikumpulkan dirumah, diangkut petugas dari PEMKO kelurahan 31,46 2 Di buang di halaman rumah, ke dalam lubang lalu ditimbun dibuang di halaman rumah dikumpulkan lalu dibakar 13,15 3 Dikumpulkan dirumah, dibuang ke TPS resmi 7,47 4 Dikumpulkan dirumah di buang ke tempat sampah ilegal contoh persimpangan jalan, lahan kosong 41,36 5 Dibuang ke parit, sungai 6,56 Total 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 5.9 dapat dilihat area perlakuan masyarakat terhadap sampah dari lima katagori di atas. Gambar 5.9 Peta Perilaku Masyarakat Membuang Sampah Sumber: Obsevasi data primer, diolah Dari hasil pengamatan penulis terhadap perlakuan masyarakat Gampong Jawa terhadap sampah terdiri dari lima cara pembuangan sampah yang paling sering dilakukan yang berhasil penulis klasifikasikan. 1. Pada point perlakuan masyarakat mengumpulkan sampah dirumah kemudian diangkut oleh petugas dengan sarana truk sampah diperoleh sebanyak 808 KK atau 31,46 dari total keseluruhan warga Gampong Jawa, area yang terkatagori pada point pertama ini merupakan permukiman Universitas Sumatera Utara yang berada pada lintasan jalur truk sampah, perumahan yang terdiri mulai dari kategori rumah mewah, dan sedang secara sosial masyarakat. Minimnya persentase ini disebabkan jangkauan pelayanan sampah yang belum menjangkau daerah selain lintasan truk. Belum optimalnya becak motor sampah yang mengumpulkan sampah warga di daerah yang tidak terjangkau truk sampah menyebabkan masih sedikitnya masyarakat yang mendapat akses pelayanan sampah, seperti jalan masuk perumahan yang sempit dan keterbatasan armada truk sampah dan becak motor sampah. 2. Aktivitas timbun dan bakar sampah dilakukan warga sebanyak 338 KK atau 13,5 aktivitas penimbunan sampah jarang dilakukan disebabkan oleh keterbatasan lahan yang dimiliki warga, hanya warga yang memiliki halaman depan atau belakang, kapling tanah yang luas atau dekat dengan lahan kosong berupa tempat terbuka yang dapat melakukan aktivitas membakar, masyarakat hanya temporal saja melakukan pembakaran sampah, untuk sampah rutin masih membuang di TPS resmi atau membuang sampah ke tempat sampah ilegal. beberapa titik pengamatan untuk lokasi pembakaran terlihat pada Gambar 5.10. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.10 Peta Sebaran Lokasi Aktivitas Pembakaran Sampah Sumber: Observasi dan Data Primer Diolah, 2014 3. Dikumpulkan di rumah dibuang ke TPS Tempat Pembuangan Sampah Sementara yang disediakan oleh Pemerintah Kota Langsa sebanyak 7,47, atau 192 rumah tangga. Aktivitas pada point ini dilakukan oleh masyarakat yang memiliki jarak relatif dekat dengan lokasi TPS dan disekitar permukiman warga tersebut tidak memungkinkan untuk membakar sampah atau menimbun karena keterbatasan lahan. 4. Sampah dikumpulkan dibuang pada tempat sampah illegal seperti persimpangan jalan, lahan kosong, di depan jalan masuk perumahan padat Universitas Sumatera Utara penduduk, pada jalan yang dilalui truk sampah, disebabkan karena tidak ada TPS disekitar permukiman tersebut dan adanya persepsi masyarakat bahwa sampah tersebut akan diangkut oleh petugas sampah nantinya karena tempat sampah ilegal ini berada juga pada jalur yang dilalui truk sampah sehingga menyebabkan aktivitas ini yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat, yaitu 41,36 rumah tangga melakukan aktivitas tersebut. 5. Aktivitas pembuangan sampah disungai dan parit, aktivitas ini dilakukan pada daerah yang bersinggungan langsung dengan sungai pada penelitian ini ada dua lingkungan yang memiliki pola pembuangan ke sungai, masyarakat yang berada pada dua dusun yang dekat dengan sungai ini mayoritas pemilik rumah masyarakat berpengahasilan rendah, hanya beberapa rumah yang dekat dengan tanggul yang permanen dan terkatagori sedang. Rumah tanggga yang melakukan pembuangan di sungai ini sebanyak 6,56 atau 169 rumah tangga yang memang tidak mendapat fasilitas tempat pembuangan sampah dan pelayanan sampah. Dari hasil pengkategorian berdasarkan perilaku masyarakat dalam memperoleh pelayanan sampah dan memperlakukan sampah berdasarkan keruangannya maka diperoleh hasil berupa klasifikasi berdasarkan perilaku mayarakat dalam membuang sampah pada kawasan Gampong Jawa pada Gambar 5.11 berdasarkan kategori penilaian di atas dapat kita lihat kawasan dengan warna merah merupakan perilaku masyarakat dalam membuang sampah yang mendapat Universitas Sumatera Utara pelayanan pengangkutan dari truk sampah sehingga zona kawasan yang berwarna merah ini meliputi daerah yang dilalui oleh truk sampah, pada kawasan yang berwarna biru merupakan aktifitas masyarakat membuang sampah secara ilegal yaitu berada pada kawasan yang tidak terjangkau oleh truk sampah dan tidak memperoleh akses dari TPS Gambar 5.11. Gambar 5.11 Zoning Kawasan Berdasarkan Perilaku Masyarakat Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Dari tipe jenis perumahan pada lingkungan Gampong Jawa Tengah terkategori mulai dari sedang sampai mewah, dari penyediaan tempat sampah hanya ada beberapa rumah saja yang menyediakan tempat sampah secara permanen di Universitas Sumatera Utara depan rumahnya selebihnya hanya mengunakan tempat berupa keranjang rotan atau diletakan di pinggir jalan dalam tumpukan plastik Gambar 5.12. Gambar 5.12 Penumpulan Sampah Secara Individu Sumber: Data Primer Diolah, 2014 2 5 1 2 3 4 1 2 3 4 Universitas Sumatera Utara Adanya tempat pembuangan sampah liar di depan perumahan sempit dan padat disebabkan tidak terjangkaunya pelayanan sampah sampai ke jalan yang sempit sehingga warga pada daerah sempit tersebut membuang sampah di jalan yang dilalui oleh truk sampah. Sebahagian lagi masih menggunakan metode membakar sampah pada halaman rumahnya yang relatif masih memiliki lahan Gambar 5.13. Gambar 5.13 Mendapat Pelayanan Sampah di Gampong Jawa Tengah Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Salah satu wilayah kajian yang bersinggungan dengan Daerah Aliran Sungai DAS Krueng Langsa adalah lingkungan Gampong Jawa Baru dan lingkungan dusun Amaliah, pada kedua dusun tersebut penduduk membangun rumah panggung di sepanjang tanggul sungai, dari pengamatan peneliti masyarakat masih belum memiliki tempat pembuangan sampah komunal dan belum terlayani oleh pelayanan Universitas Sumatera Utara sampah, masyarakat masih membuang sampah ke kolong rumah panggung dan menumpuk pada tempat lapangan terbuka, membuang kesungai belum lagi ditambah dengan sampah yang dibawa arus sungai ketika musim penghujan. Sedangkan masyarakat yang dekat dengan jalan sekunder membuang sampahnya pada pinggir jalan yang dilalui oleh truk sampah Gambar 5.14. Gambar 5.14 Perlakuan Masyarakat di Pinggir Sungai Sumber: Data Primer Diolah, 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 Universitas Sumatera Utara Kondisi perumahan masyarakat sangat padat dengan akses jalan masuk hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda tiga dan roda dua, hanya beberapa ruas yang dapat dilalui mobil. Adapun kondisi perumahan penduduk di pinggir sungai dijelaskan pada Gambar 5.15. Gambar 5.15 Tipe Rumah Tepi sungai Sumber: Dokumentasi Peneliti 2013 Dari hasil observasi tersebut didapat bahwa cara pembuangan sampah terbagi dalam daerah yang mendapat pelayanan sampah dan yang tidak mendapat pelayanan sampah. Dimana ada kecenderungan masyarakat yang tidak mendapat pelayanan angkutan truk sampah cenderung untuk menumpuk sampah pada TPS disekitar lingkungannya atau bila tidak ada tersedia TPS maka akan membuang sampahnya pada daerah yang dilalui oleh truk sampah. Pada Gambar 5.16 menunjukan pembuangan sampah ilegal pada jalur yang dilalui truk sampah. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.16 Tempat Sampah Ilegal di Jalur Truk Sampah Sumber: Observasi Peneliti 2013 Penentuan letak TPS juga menjadi salah satu kendala pengelolaan sampah dari 15 TPS yang ada di Gampong Jawa, hanya tersisa 12 TPS setelah peneliti melakukan wawancara dengan Geuchik setingkat Lurah: “Masyarakat mengajukan untuk membongkar TPS tersebut dikarenakan, keberadaan TPS tersebut sudah sangat mengganggu dari baunya dan sampah yang berserakan keluar dari TPS yang disebabkan oleh aktifitas pemulung pada malam hari, sampahnya selalu ada dan juga akibat telatnya truk sampah datang”. Sampah yang selalu ada dikarenakan belum disiplinnya masyarakat dalam membuang sampah tepat pada waktu pembuangannya, dari pengamatan peneliti mendapatkan sudah ada himbauan agar membuang sampah pada jam-jam tertentu namun masih hanya sebatas himbauan dan belum ada tindakan dalam pelaksanaannya. Universitas Sumatera Utara Banyaknya penyebaran TPS bila dibandingkan dengan daerah lain di sekitar Gampong Jawa menyebabkan adanya timbulan sampah domestik yang berasal dari pemukiman tetangga. “ TPS di Gampong Jawa merupakan yang terbanyak di Kota Langsa juga dengan jumlah penduduk yang padat baik disekitar Gampong Jawa hal ini menyebabkan timbulan sampah tidak berasal dari permukinan di Gampong Jawa saja tapi juga dari permukiman yang melintasi Gampong Jawa sambil membuang sampah ditambah sampah dari kawasan perdagangan dan jasa seperti sampah dari café dan restoran yang juga di buang pada daerah permukiman”. Dalam kasus peletakan TPS yang tidak terencana menyebabkan penghancuran TPS oleh warga, peneliti melakukan pengamatan kondisi sebelum TPS dihancurkan dan kondisi setelah TPS dihancurkan, proses pengamatan pada TPS ini peneliti lakukan pada saat TPS tersebut masih dipergunakan warga sampai pada saat penghancuran TPS tersebut oleh warga, peneliti merasa tertarik dengan mengamati TPS tersebut dikarenakan sangat mewakili dari permasalahan pada penempatan TPS dan berada pada kawasan permukiman sehingga akses masyarakat untuk membuang sampah pada TPS ini sangat mudah juga lokasi TPS yang berada pada jalur yang dilayani oleh truk sampah Gambar 5.17. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.17 Kondisi TPS di Gampong Jawa Tengah Sebelum dan Setelah Dihancurkan Sumber: Observasi Peneliti 2013 Dari Gambar 5.17 dapat kita lihat kondisi TPS pada bahu jalan, sampah yang berserakan sampai ke badan jalan dan lokasi TPS ini berada pada persimpangan jalan, sehingga menyebabkan kemacetan pada jam-jam sibuk seperti pagi dan sore hari. Berdasarkan kondisi tersebut masyarakat yang berada pada sekitar TPS berinisiatif untuk melakukan pembongkaran TPS dan tidak lagi membuang sampah pada lokasi sebelum setelah Universitas Sumatera Utara tersebut, perlakuan tersebut akhirnya berhasil menciptakan daerah yang dulunya TPS berubah wajah menjadi tempat yang bersih dari sampah dan pengguna jalanpun tidak mengalami kemacetan lagi ketika melalui ruas jalan tersebut. Yang menjadi pertanyaan apakah permasalahan tempat sampah tersebut selesai dan kemana warga membuang sampahnya. Dari hasil observasi terahadap warga sekitar ternyata warga menyiapkan wadah sendiri berupa keranjang dari bambu yang diletakan di bahu jalan yang dilalui oleh truk dan menyimpan kembali wadah tersebut setelah diangkut oleh truk sampah, penggunaan bambu selain murah dan efisien juga memudahkan petugas truk sampah dalam mengangkut sampah. Sebagian masyarakat membuang langsung ke TPS lain yang tidak dekat dengan rumahnya. Sebagaimana peneliti mewawancarai salah seorang warga “ kami membuang sampah tidak lagi disini” Pak Buyong. “Kami rela membayar iuran sampah asal sampahnya diangkut setiap hari “ Doir. Biaya dalam pengangkutan sampah Collecting cost memakan biaya sampai 50-70 dari total biaya pengelolaan sampah hal ini juga berhubungan dengan metode pembuangan apa yang digunakan Tcobanoglus, 2002. Mahalnya biaya pengelolaan sampah tentu bisa dikurangi dengan melakukan pengurangan sampah dari sumbernya, yaitu pada kawasan permukiman. Pemerintah Kota Langsa melalui Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Langsa memberi satu unit becak motor sampah kepada seluruh desa yang ada di Kota Langsa untuk saat ini baru hanya beberapa desa saja yang memiliki Universitas Sumatera Utara becak motor sampah tersebut, Gampong Jawa merupakan salah satu desa yang menerima bantuan becak motor sampah tersebut. Becak sampah ini memiliki kapasitas antara 1,5-2 m³ dengan daya jangkau menembus permukiman penduduk yang padat yang tidak dapat dilalui oleh truk sampah. Dalam melakukan tugasnya ternyata ada kendala yang dihadapi oleh pihak gampong dalam menjalankan operasional becak motor sampah tersebut, sehingga belum dapat berjalan pengoperasian becak motor sampah tersebut, masalah yang timbul adalah masalah biaya operasional yang harus ditanggung oleh pemerintah gampong desa. Kondisi ini peneliti dapati setelah melakukan wawancara dengan Geuchik Lurah Gampong Jawa sebagai berikut: “Biaya operasional becak motor sampah tidak ada dari desa, dikarenakan biaya retribusi sampah maksudnya biaya retribusi sesuai dengan Qanun No.15 Tahun 2010 tentang Retribusi hanya dipungut Rp.3000bulan per rumah tangga, dimana retribusi tersebut di setorkan langsung kapada instansi yang berwenang, lalu dari mana kami harus membiayai operasional becak motor sampah”. Instansi dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Langsa tidak menganggarkan biaya perawatan dan operasional becak tersebut diserahkan kepada kebijakan masing-masing gampong desa. Sedangkan menurut petugas Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan dalam hal ini saya melakukan wawancara kepala bidang kebersihan dan Universitas Sumatera Utara sanitasi Hermin Nuzul, ST, MT yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah membenarkan kondisi tersebut. “ Fasilitas tersebut diserahkan kepada Gampong untuk dikelola sendiri“. “Pemilihan lokasi TPS dilakukan melihat kebutuhan masyarakat kami melihat bahwa disana memang sering digunakan warga untuk membuang sampah, sehingga kami buatkan TPS, mengenai sampah yang berserakan itu disebabkan plat besi sebagai penutup TPS hilang, kami sangat menyayangkan hilangnya plat besi tersebut”Pihak BLHKP. 5.3.1 Pewadahan Proses atau aktivitas pewadahan sampah dalam hal ini adalah usaha yang dilakukan oleh individu dalam mengumpulkan sampah yang dihasilkannya sebelum dibuang atau dimusnahkan. Pewadahan yang tertutup merupakan pewadahan yang paling aman, dari hasil penelitian ini masih sedikitnya persentase penggunaan pewadahan sampah yang aman pada keseluruhan Kota Langsa. Pewadahan bertujuan untuk menghindari berserakannya sampah dengan menyimpan sementara sampah dari gangguan hewan dan aktifitas yang menyebabkan sampah berserakan dan memudahkan dalam proses pemuatan sampah ke dalam truk sampah. Pewadahan yang baik juga melakukan pemilahan dalam penumpukan sampah seperti sampah dapur dengan sampah organik dan sampah berupa plastik dan kemasan dalam sampah non organik. Pemisahan sampah organik dan non organik yang masih belum optimal dilakukan, hasil pengamatan peneliti hanya sedikit rumah Universitas Sumatera Utara yang memiliki tempat sampah dengan model pemilahan tersebut hanya perumahan mess perusahaan saja dilingkungan Gampong Jawa yang menyediakan sendiri tempat sampah terpisah tersebut Gambar 5.18, sedangkan pada kawasan perdagangan dan jasa pemerintah Kota Langsa telah menyediakan tempat sampah dengan pemisah antara organik dan non organik. Gambar 5.18 Tempat Sampah dengan Pemilahan Sumber: Observasi Peneliti 2013 Pewadahan yang banyak digunakan masyarakat adalah dengan menggunakan kantong plastik hal ini dilakukan karena sampah yang dikumpulkan dapat dibuang dengan mudah dengan menggunakan kantong plastik tanpa melakukan pemisahan antara sampah organik dan non organik, hanya sedikit warga yang menyiapkan tempat sampah di luar rumahnya kebanyakan warga yang menyiapkan tempat sampah berupa tempat sampah rotan hanya pada daerah yang dilalui oleh truk sampah, dengan menggunakan mengumpulkan dengan plastik pemindahan sampah dapat dilakukan warga sekalian keluar rumah melalui tempat sampah yang terdekat baik itu TPS resmi maupun tumpukan sampah yang sudah menjadi tempat sampah ilegal. Universitas Sumatera Utara Sebagian warga menggunakan tempat sampah dari bambu sebagai wadah tempat sampah agar sampah tidak berserakan Gambar 5.19. Gambar 5.19 Tempat sampah rotan Sumber: Observasi Peneliti, 2013 Masih tingginya persentase masyarakat yang belum melakukan pemilahan sampah berakibat kepada pemilihan alat angkut, alat angkut yang bisa digunakan adalah alat angkut berupa dump truck, sedangkan penggunaan compactor truck belum efektif digunakan dikarenakan masih tingginya persentase masyarakat yang tidak melakukan pemisahan sampah, saat ini Kota Langsa baru memiliki satu buah compactor truck. 5.3.2 Metode pengangkutan sampah Metode pengangkutan sampah dari sumbernya pada lokasi penelitian Gampong Jawa terdiri dari: 1. Pengangkutan dengan menggunakan becak motor sampah dengan kapasitas 1,5 m³-2 m³ digunakan untuk mengangkut sampah pada jalan Universitas Sumatera Utara lingkungan yang tidak dapat terjangkau dengan truk sampah. Moda persampahan yang menghubungkan antara warga penghasil sampah dengan TPS, sehingga tumpukan sampah yang tidak pada TPS atau timbulan sampah dalam bahu jalan pada jalan yang dilalui oleh truk sampah tidak muncul lagi karena jarak antara TPS dengan warga sebagai penghasil sampah sudah dapat dihubungkan dengan becak motor sampah ini, setelah sampah dikumpulkan melalui warga dan diangkut oleh becak motor sampah ke TPS terdekat kemudian pada jam yang telah ditentukan sampah diangkut dengan truk sampah ke TPA Gambar 5.20. Akan tetapi mekanisme ini belum berjalan dengan optimal pada Gampong Jawa sehingga siklus pembuangan sampah tersebut langsung pada TPS terdekat atau bila tidak terdapat TPS maka di tumpuk pada daerah yang menjadi tempat pembuangan sampah illegal, dimana timbulan sampah ini akan menjadi permasalahan bila terus berlanjut dan juga akan berpengaruh terhadap efisiensi pengangkutan dan pembuangan sampah ke TPA. Gambar 5.20 Alur Pembuangan Sampah pada Gampong Jawa Sumber: Data Primer Diolah, 2014 Permukiman sampah Becak Motor Sampah TPS Truk sampah TPA Universitas Sumatera Utara Permasalahan teknis operasional menggunakan becak motor sampah adalah tidak terpenuhinya pelayanan sampah saat ini dengan menggunakan satu becak motor sampah dengan 2-3 ritasi perhari hal ini berdasarkan pedoman standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, perumahan, permukiman dan pekerjaan umum KEPMEN Permukiman dan Prasarana Wilayah No 534KPTSM2001, dimana khusus untuk alat pengangkutan mempengaruhi pelayanan seperti: 1. Truk sampah dengan kapasitas 6m³ dapat melayani pengangkutan untuk 700-1000 rumah tangga dengan jumlah ritasi 2-3 ritasihari. Berdasarkan asumsi tersebut kapasitas becak motor sampah adalah 1,5-2 m³ dapat melayani 200 sampai dengan 300 rumah tangga, dengan jumlah rumah tangga di Gampong Jawa sebanyak 2568 rumah tangga maka jumlah becak motor sampah yang diperlukan: a. Kemampuan angkut becak motor sampahhari = 2m³ x 3 ritasi = 6m³ hari. b. Maka jumlah becak motor sampah yang di perlukan adalah: Becak Sampah = Sampah Yang Dihasilkan Kemampuan Angkut ........................5.2 = 6 m³ 22 m³ Becak Sampah = 3,66 atau 4 unit. Universitas Sumatera Utara Maka kebutuhan becak motor sampah yang diperlukan sebanyak 4 buah dengan 3 ritasi yaitu pagi, siang dan malam. Untuk menjangkau daerah yang tidak dilalui oleh truk sampah maka jumlah ideal untuk becak motor sampah yang diperlukan untuk melayani 2568 rumah tangga di Gampong Jawa Langsa dengan penambahan 3 becak motor sampah Gambar 5.21. Gambar 5.21 Becak Motor Sampah Sumber: Observasi Peneliti 2013 2. Pengangkutan dengan menggunakan truk sampah dengan kapasitas 5-6 m³, truk sampah memiliki jalur pengangkutan sampah tersendiri pada daerah Gampong Jawa terdapat dua unit truk sampah yang terbagi jalurnya kepada permukiman dan kawasan perdagangan dan jasa, pengangkutan sampah memiliki jadwal pengangkutan pagi hari antara pukul 7 sampai dengan 9 pagi. Truk sampah mengutip sampah pada setiap TPS dan juga sampah yang tidak memiliki wadah pada bahu jalan yang ditumpuk oleh warga baik menggunakan tong sampah pribadi ataupun tempat sampah Universitas Sumatera Utara ilegal yang terbentuk linear timbulannya mengikuti jalur truk sampah tersebut Gambar 5.22 aktifitas pengangkutan sampah di TPS. Gambar 5.22 Pengangkutan Dengan Truk Sampah Sumber: Observasi Peneliti 2013 Jalur pengangkutan truk sampah yang melintas didaerah Gampong Jawa beroperasi pagi hari dengan tiga truk sampah, satu truk sampah melintasi Jalan Ahmad Yani melintasi kawasan perdagangan dan jasa dan satu truk melintasi jalur Gampong Jawa Belakang menuju Paya Bujok Tunong, dan satu truk melintasi jalur lapangan merdeka menuju lingkungan Jawa Tengah menuju kembali ke Jalan Ahmad Yani, truk ini tidak hanya diperuntukkan untuk daerah Gampong Jawa saja tapi juga melintasi beberapa ruas jalan yang tidak masuk didaerah penelitian penulis. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.23 Jalur Pengangkutan Dengan Truk Sampah Sumber: Observasi Peneliti 2013 5.3.3 Pengolahan sampah Pengolahan sampah belum mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Langsa, kegiatan pengolahan yang terjadi masih dilakukan secara spontan saja oleh beberapa aktifitas antara lain: 1. Aktifitas pengumpulan barang bekas seperti koran, botol, dan bahan yang terbuat dari plastik yang dilakukan dari rumah kerumah dengan aktifitas membeli barang bekas tersebut, dilakukan oleh individu keuntungan yang didapat oleh penjual dapat berupa uang dari barang yang tidak terpakai = jalur truk sampah 1 = jalur truk sampah 2 = jalur truk sampah 3 Universitas Sumatera Utara dan sekaligus membersihkan rumah dari barang yang tidak dipakai lagi, sedangkan pembeli mendapat keuntungan dari barang bekas yang dibeli untuk dijual ke penampung. 2. Aktifitas pemulung di TPS, adanya aktifitas pemisahan sampah yang dilakukan oleh pemulung pada malam hari di TPS, ini juga menyebabkan berserakannya sampah di TPS akibat aktifitas pemulung tersebut. 3. Aktifitas yang dilakukan oleh kru petugas sampah, petugas sampah melakukan kegiatan sortir terhadap sampah yang dapat langsung dijual seperti, plastik bekas minuman gelas. 4. Aktifitas pemulung di Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA, aktifitas pemulung ini dilakukan pada truk sampah yang baru masuk di TPA dan langsung memilih sampah yang memiliki nilai jual. Dari aktifitas pemulung pengumpulan sampah di wilayah TPA oleh pemulung yang melakukan aktifitas recycle secara konvensional dengan memilah sampah yang bernilai seperti plastik, tempat minuman bekas yang memiliki nilai ekonomis untuk dijual kembali, penjualan sampah hasil dari pemulung sampah yang kemudian dijual lagi untuk diproses menjadi barang yang lebih bernilai ekonomis, terbentuknya simbiosis ini disebabkan adanya nilai jual dari sampah tersebut sehingga ke proses selanjutnya, walaupun dengan proses tersebut belum mampu mereduksi sampah secara signifikan di TPA, sehingga harus dilakukan pengolahan lagi terhadap sampah yang belum memiliki nilai ekonomis. Universitas Sumatera Utara Pada tahap akhir dari teknis operasional adalah dilakukannya pengolahan sampah, saat ini dengan telah dikeluarkanya peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan sampah yang mengharuskan pada Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA untuk melakukan pengelolaan terhadap sampah, artinya sampah yang selama ini dibuang dengan metode open dumping yang rentan terhadap permasalahan lingkungan diubah menjadi sanitaryland fill atau controlland fill. Adapun beberapa permasalahan dalam pengolahan sampah antara lain: 1. Biaya yang mahal, untuk menciptakan sebuah sistem pengolahan sampah yang merubah sampah menjadi produk yang bermanfaat sangat diperlukan dukungan dana yang besar. Belum dilakukannya pengolahan sampah dengan sanitaryland fill di Kota Langsa disebabkan kekurangan alat muat mekanis seperti excavator dan dozer untuk meratakan sampah. 2. Kesiapan pemerintah kota, kebanyakan pemerintah daerah memberikan pengelolaan sampah kepada pihak swasta sebagai pengelola. Saat ini kota seperti Solo memerlukan dana 8 milyar rupiah untuk mengelola sampahnya sendiri sedangkan Jakarta sebagai pusat ibu kota menghabiskan hampir 800 milyar rupiah, sehingga Pemerintah Provinsi Jakarta akan menghentikan kerjasama dengan swasta dan akan mengelola sendiri sampahnya. Universitas Sumatera Utara 131

5.4 Pembahasan