Dalam sistem pengelolaan persampahan, masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat dalam artian sesungguhnya, dan dunia usaha swasta yang berada dalam
lingkungan masyarakat, atau dengan kata lain adalah individu maupun kelompok yang berada diluar posisi pemerintah.
2.4 Kedudukan Sistem Pengelolaan Persampahan dalam Tata Ruang Kota
Kota yang selalu berkembang dari tahun ke tahun dan dengan segala aktivitas penduduknya memerlukan pelayanan dari pemerintah kota sebagai pengelola
pembangunan kota. Seiring dengan kondisi tata ruang dari waktu ke waktu akan mengakibatkan tuntutan pemenuhan kebutuhan penduduk akan sarana dan prasarana
semakin meningkat termasuk dalam hal persampahan. Apabila berbicara tentang tata ruang kota, sebenarnya ialah berbicara tentang alokasi materi di dalam ruang,
sehingga akan menyangkut besaran apa dan dimana. Setiap besaran di dalam ruang tersebut apa dan dimana selalu bergerak dari penduduk jumlah penduduk dan
standar tingkat kesejahteraannya. Pemerintah daerah pada umumnya memiliki garis kebijakan dasar dalam hal pengelolaan ruang kota yang tertuang di dalam Rencana
Tata Ruang Kota setempat dengan berbagai tingkatan wilayah dan kandungan materi yang menyertainya. Tata Ruang Kota adalah sebuah sistem besar di dalam kota,
dimana didalamnya terdiri dari beberapa subsistem penyusunnya, yaitu: sub sistem perumahan, pendidikan, kesehatan, keagamaan, pelayanan umum perkantoran,
perdagangan, perindustrian, listrik, air bersih, telepon, persampahan, jaringan
Universitas Sumatera Utara
transportasi kota, drainase kota, pariwisata, kelembagaan, dan pembiayaan. Idealnya tiap subsistem diatas memiliki arahan kebijakan tersendiri kebijakan sektoral yang
saling terpadu dan terintegrasi dalam hal alokasi besarannya didalam ruang sesuai dengan kebutuhan penduduk kota. Wujud keterpaduan tersebut idealnya akan
tertuang di dalam Rencana Tata Ruang Kota RTRK.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah selain pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, termasuk didalamnya adalah
penyediaan peralatan yang digunakan, tehnik pelaksanaan pengelolaan dan
administrasi. Hal ini bertujuan untuk keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah.
Dalam pengelolaan sampah terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan sampah perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat dengan
tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang modern, dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dalam sistem
tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk
berpartisipasi aktif. Defenisi manajemen untuk pengelolaan sampah di negara-negara maju
diungkapkan oleh Tchobanoglous, yang merupakan gabungan dari kegiatan pengontrolan jumlah sampah yang dihasilkan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan sampah di TPA yang memenuhi prinsip
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi, dan mempertimbangan lingkungan yang juga responsif terhadap kondisi masyarakat yang ada.
2.4.1 Konsep pengelolaan sampah 3R Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah
atau merubah bentuk sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dengan berbagai macam cara. Teknik pengolahan sampah yang pada awalnya menggunakan
pendekatan kumpul-angkut-buang, kini telah mulai mengarah pada pengolahan sampah berupa reduce-reuse-recycle 3R. Reduce berarti mengurangi volume dan
berat sampah, reuse berarti memanfaatkan kembali dan recycle berarti daur ulang sampah. Teknik pengolahan sampah dengan pola 3R, secara umum adalah sebagai
berikut: 1. Reduce pengurangan volume
Ada beberapa cara untuk melakukan pengurangan volume sampah, antara lain:
a. Incenerator pembakaran
Merupakan proses pengolahan sampah dengan proses oksidasi, sehingga menjadi kurang kadar bahayanya, stabil secara kimiawi serta
memperkecil volume maupu berat sampah yang akan dibuang ke lokasi TPA.
Universitas Sumatera Utara
b. Balling pemadatan
Merupakan sistem pengolahan sampah yang dilakukan dengan pemadatan terhadap sampah dengan alat pemadat yang bertujuan untuk mengurangi
volume dan efisiensi transportasi sampah. c.
Composting pengomposan Merupakan salah satu sistem pengolahan sampah dengan
mendekomposisikan sampah organik menjadi material kompos, seperti humus dengan memanfaatkan aktivitas bakteri.
d. Pulverization penghalusan Merupakan suatu cara yang bertujuan untuk mengurangi volume,
memudahkan pekerjaan penimbunan, menekan vektor penyakit serta memudahkan terjadinya pembusukan dan stabilisasi.
2. Reuse Reuse adalah pemanfaatan kembali atau mengguanakan kembali bahan-
bahan dari hasil pembuangan sampah menjadi bahan yang dapat di pergunakan kembali. misalnya sampah konstruksi bangunan.
3. Recycle Recycle adalah kegiatan pemisahan benda-benda anorganik misalnya:
botol-botol bekas, kaleng, kardus, dan lainnya dari tumpukan sampah untuk diproses kembali menjadi bahan baku atau barang yang lebih
berguna.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Stakeholders pengelola sampah kota Dalam pengelolaan persampahan skala kota yang rumit, terdapat beragam
stakeholders yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung. Setiap stakeholders berperan sesuai dengan posisinya masing-masing. Dalam skala kota, peran
Pemerintah Kota dalam mengelola sampah sangatlah penting, dan pengelolaan sampah merupakan salah satu tugas utamanya sebagai bentuk pelayanan yang
merupakan bagian dari infrastruktur kota tersebut. Stakeholders utama yang biasa terdapat dalam pengelolaan sampah di Indonesia antara lain:
a. Pengelola kota yang biasanya bertindak sebagai pengelola sampah;
b. Institusi swasta non-pemerintah yang berkarya dalam pengelolaan sampah;
c. Institusi swasta yang terkait secara langsung dengan persoalan sampah, seperti
produsen yang menggunakan pengemas bagi produknya; d.
Masyarakat atau institusi penghasil sampah yang menggantungkan penanganan sampahnya pada sistem yang berlaku di sebuah kota;
e. Institusi non-pemerintah yang bergerak dalam pengelolaan sampah, termasuk
aktivitas daur-ulang, seperti swasta, LSM, pengelola real estate, yang aktivitasnya perlu berkoordinasi dengan pengelola sampah kota;
f. Masyarakat yang bertindak secara individu dalam penanganan sampah, baik
secara langsung maupun tidak langsung, misalnya kelompok pemulung yang memanfaatkan sampah sebagai sumber penghasil;
g. Institusi yang tertarik dan peduli terhadap persoalan persampahan.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Pengelolaan Sampah Perkotaan Negara Lain