Pengelolaan Sampah TINJAUAN PUSTAKA

a. Satuan timbulan sampah kota besar = 2-2,5 Loranghari, atau = 0,4-0,5 kgoranghari. b. Satuan timbulan sampah kota sedangkecil = 1,5-2 Loranghari, atau = 0,3-0,4 kgoranghari. Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel, taman, kantor. Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah mengecil porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi sampah non-permukiman, sehingga asumsi tersebut di atas perlu penyesuaian.

2.2 Pengelolaan Sampah

2.2.1 Teori pengelolaan sampah Pengelolaan sampah solid waste management dalam solid waste management Tchobanoglous, 1993 menyatakan pengelolaan sampah merupakan permasalahan yang kompleks yang memerlukan penanganan dengan teknologi dan banyak disiplin ilmu, teknologi yang digunakan meliputi pengurangan sampah dari sumbernya, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, dimana keselurahan proses ini harus sesuai dengan hukum yang berlaku, sosial masyarakat, dan panduan lingkungan hidup yang melindungi kesehatan masyarakat, Universitas Sumatera Utara memenuhi nilai estetika dan secara ekonomi. Untuk merespon perilaku masyarakat terhadap sampah dan pengelolaan sampah secara terpadu maka disiplin ilmu yang diperlukan antara lain meliputi: administrasi, keuangan, hukum, arsitektur, perencanaan kota, ilmu lingkungan, dan teknik rekayasa. Pengelolaan sampah terpadu integrated waste management dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan aplikasi teknik, teknologi dan manajemen yang tepat untuk mencapai tujuan dari pengelolaan sampah. EPA Enviromental Protection Agency telah mengidentifikasi empat dasar manajemen strategis sebagaimana yang tercantum pada Gambar 2.2. a. interactive b. hierarchichal Gambar 2.2 Empat Aspek Dasar Pengelolaan Sampah Sumber: US. Enviromental protection Agency, 1995 in Solid waste Management Tchobanoglous 2003 Universitas Sumatera Utara 2.2.2 Teori pengelolaan sampah di Indonesia Secara garis besar teori pengelolan sampah di Indonesia telah tercantum dalam SNI Standar Nasional Indonesia merupakan sebuah standar yang ditetapkan oleh Badan Standar Indonesia yang berlaku secara nasional, dalam pengelolaan sampah SNI mengeluarkan standarnya pertambahan jumlah penduduk pada suatu wilayah secara otomatis akan memperkecil daya dukung sarana prasarana di suatu wilayah. Dengan analogi yang sama pertambahan penduduk juga akan terkait langsung terhadap jumlah timbulan di wilayah permukiman atau perkotaan. Kuantitas dan pemerataan penempatan sarana persampahan sangat berpengaruh terhadap efektifitas pengelolaan sampah. Pola pengelolaan sampah dibanyak daerah di Indonesia masih terbagi atas 2 dua kelompok pengelolaan yaitu antara pengelolaan yang dilaksanakan oleh masyarakat dari timbulan, pewadahan, pengangkutan, dan pembuangan akhir atau pemusnahan atau sampai ke TPS dan pengelolaan yang dilaksanakan oleh pemerintah yang melayani pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Pengelolaan secara terpadu terhadap persampahan oleh pemerintah atau pihak swasta yang ditunjuk oleh pemerintah secara umum belum banyak dilaksanakan, kecuali dibeberapa kota besar di Indonesia. Keterbatasan anggaran dalam pemenuhan sarana persampahan adalah alasan pokok pemerintah dan minat swasta yang masih rendah dalam menangani bisnis bidang persampahan. Universitas Sumatera Utara Dari tinjauan seperti disebutkan sebelumnya bahwa pola pengelolaan sampah yang laksanakan saat ini belum tercapai pola pengelolaan terpadu dari masyarakat sebagai penghasil sampah dan pemerintah sebagai penyedia dan pengelola sarana persampahan. Dari sisi masyarakat masih terbentuk persepsi bahwa sampah adalah bahan yang sudah tidak terpakai dan telah menjadi kewajiban pihak pemerintah untuk mengelolanya dan membersihkannya. Pola pendekatan baru dalam pengelolaan sampah saat ini telah dikonsepkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21PRTM2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan KSNP-SPP. Kebijakan nasional tersebut merupakan reaksi atas pengelolaan sampah di waktu sebelumnya yang dilaksanakan secara konvensional dan terkesan adanya sekat pemisah antara masyarakat sebagai produsen sampah dan peran pemerintah sebagai pengelola persampahan. Dalam kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang terkait dengan manajemen pengelolaan sampah antara lain, kebijakan pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya dengan pola meningkatkan pemahaman kepada masyarakat tentang upaya 3R reduce, reuse, recycle dan mengembangkan sistem insentif dan disinsentif. Dalam hal partisipasi masyarakat kebijakan yang dituangkan adalah meningkatkan pemahaman sejak dini, menyebarluaskan pemahaman tentang sampah kepada masyaakat tentang pengelolaan sampah. Universitas Sumatera Utara Sampah yang merupakan sisa dari aktifitas kehidupan ternyata saat ini mulai menimbulkan permasalahan baru bagi manusia itu sendiri, bisa kita bayangkan bagaimana sampah plastik yang tidak terurai kemudian pencemaran terhadap lingkungan, konflik sosial, dan korban jiwa telah menjadi fenomena tersendiri bagi masalah persampahan, oleh karena itu kebijakan pemerintah yang tertuang dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah telah menyikapi paradigma pengelolaan sampah yang saat ini masih pada paradigma pembuangan sampah dengan menggunakan TPA dengan metode Open dumping yang rentan terhadap pencemaran lingkungan dan turunan dari permasalahan sampah menjadi pengelolaan sampah dengan menggunakan TPA dengan Metode Sanitary Land Fill sehingga sampah bukan menjadi musuh tetapi dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif, hal ini memang memerlukan dukungan pemerintah daerah sebagai leading project dalam membina pengelolaan sampah, disamping tetap mensosialisasikan pengurangan sampang dengan sistem Zero waste dan 3R Reuse, Reduce, Recycle.

2.3 Aspek Pengelolaan Sampah di Indonesia