3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
I.5.4 Sumber Pendapatan Daerah
Keuangan merupakan faktor penting dalam suatu penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah di daerah dapat terselenggara karena adanya dukungan faktor sumber daya yang
mampu menggerakkan roda pemerintahan dalam rangka pencapaian tujuan. Keuangan daerah adalah keseluruhan tatanan, perangkat, kelembagaan dan kebijakan penganggaran yang
meliputi pendapatan dan belanja daerah Munir, et al., 2004: 96. Kebijakan keuangan daerah diarahkan pada tercapainya sasaran pembangunan daerah, baik dari segi ekonomi, kesehatan,
maupun pendidikan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber-sumber keuangan yang digali daerah semakin penting peranannya, selain untuk menutupi keterbatasan dana
yang diterima dari pemerintah pusat, diperlukan pula upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah daerah untuk dapat secara maksimal menggali setiap potensi yang ada di daerah
sehingga dapat menghasilkan pemasukan terhadap sumber-sumber pembiayaan daerah. Koswara dalam Munir, et al., 2004: 97 menegaskan bahwa ciri utama yang
menunjukkan daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerahnya. Hal ini berarti bahwa daerah otonom harus memiliki kemampuan dalam menggali
sumber-sumber keuangannya sendiri, termasuk didalamnya kemampuan untuk mengelola keuangan secara efisien guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah merupakan dasar hukum bagi pengelolaan keuangan daerah. Menurut Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004, sumber-sumber pendapatan daerah berasal dari :
a. Pendapatan asli daerah, yang terdiri dari : 1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah b. Dana perimbangan, dan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
I.5.5 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Mardiasmo, 2002: 132. Pendapatan asli daerah sebagai salah satu sumber keuangan daerah, pada hakekatnya
menempati posisi yang paling strategis bila dibandingkan dengan sumber keuangan daerah lainnya. Dikatakan menempati posisi strategis, karena dari sumber keuangan daerah yang
ada, pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan yang dikembangkan dari potensi- potensi yang ada di daerah, yang dikelola berdasarkan kreativitas daerah.
Nasution 2009: 123-124 menegaskan bahwa pendapatan asli daerah merupakan sumber pendapatan yang menjadi tulang punggung otonomi daerah, bahkan dapat dikatakan bahwa
sektor pendapatan asli daerah inilah yang menjadi salah satu ukuran penting untuk menilai kemandirian suatu daerah. Keberadaan pendapatan asli daerah dapat mencegah
ketergantungan daerah terhadap pusat. Maka tampak bahwa faktor keuangan khususnya pendapatan asli daerah memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan proses pembangunan
dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Menurut Mahaditya Skripsi, 2008: 7-8 terdapat beberapa langkah dalam meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah PAD, yaitu: 1. Intensifikasi melalui upaya:
a. Pendataan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah b. Mengintensifikasi penerimaan yang ada
c. Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang belum memadai. 2. Penggalian sumber-sumber penerimaan yang baru ekstensifikasi. Penggalian
sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan ekonomi biaya yang tinggi. Sebab, pada dasarnya tujuan
meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian, upaya
ekstensifikasi lebih diarahkan pada upaya untuk mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur penting mengingat bahwa paradigma yang
berkembang dalam masyarakat saat ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi merupakan hak daripada kewajiban masyarakat terhadap negara, untuk itu
perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang dapat memberikan kepuasan dalam masyarakat.
I.5.5.1 Jenis-Jenis Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim 2001: 67, Pendapatan Asli Daerah PAD dipisahkan menjadi empat pendapatan, pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah. Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh Halim sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.
Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, dijelaskan pula bahwa pemerintah daerah berhak terhadap sumber-sumber pendapatan asli daerah yang terdiri dari:
1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan,
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
I.5.6 Pajak
Pajak merupakan salah satu sumber keuangan daerah yang tergolong pada pendapatan asli daerah. Secara umum, pajak merupakan iuran wajib rakyat kepada pemerintah yang
bersifat memaksa dan diatur dalam undang-undang. Pajak diartikan sebagai pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang
secara langsung dapat ditunjuk Suparmoko, 2000: 94. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang
pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran negara baik untuk
pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin.
Soemitro dalam Nasution, 2009: 126 secara terperinci mengartikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang secara paksa dengan tidak
mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan sebagai alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan.
Pengertian pajak selanjutnya dikemukakan oleh B. Usman dan K. Subroto dalam Nasution, 2009: 125, pajak diartikan sebagai pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah
berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah, yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan kepada
pembayarnya, sedangkan pelaksanaannya dimana perlu dapat dipaksakan. Dari beberapa defenisi mengenai pajak diatas, dapat ditarik beberapa unsur yang melekat
pada pajak, sebagai berikut: a. Pajak merupakan iuran wajib rakyat yang dipungut oleh pemerintah, yang apabila
diabaikan maka akan dikenakan sanksi b. Pajak memiliki dasar hukum yang diatur dalam undang-undang
c. Pemungutan pajak dapat dilakukan secara paksa d. Hasil pemungutan pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah
e. Pemerintah tidak secara langsung memberikan balas jasa kepada pembayar pajak.
I.5.6.1 Fungsi Pajak
Secara umum fungsi dapat diartikan sebagai manfaat atau kegunaan suatu hal. Maka fungsi pajak merupakan kegunaan pokok atau manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk
menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum, suatu negara tidak akan mungkin menghendaki
merosotnya kehidupan ekonomi masyarakatnya Lumbanraja, Tesis, 2010: 10-11. Terdapat 2 fungsi pajak menurut Mardiasmo 2006: 10, sebagai berikut:
1. Fungsi budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya. Dalam fungsi budgetair, pajak berfungsi sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan. Upaya pemerintah untuk mengoptimalkan pemasukan dana ke kas negara melalui cara ekstensifikasi
maupun intensifikasi pemungutan pajak dengan penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.
2. Fungsi Regulerend Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi. Pajak mempunyai fungsi regulerend artinya pajak
sebagai alat yang digunakan pemerintah untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dibidang sosial dan ekonomi maupun tujuan-tujuan tertentu di
luar bidang keuangan, serta dapat mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah.
Dengan adanya pajak diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Pemerintah harus dapat secara bijak dan
efisien mengelola pajak sehingga manfaat dari adanya pajak dapat dirasakan dan dapat meringankan beban pemerintah. Pengelolaan pajak yang baik akan membantu berjalannya
penyelenggaraan kehidupan bernegara, baik dalam bentuk pelaksanaan administrasi pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
I.5.6.2 Jenis-jenis Pajak
Menurut Wirawan. B. Ilyas 2007: 19 jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Menurut sifatnya a Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.
b Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu saja.
2. Menurut sasarannya a Pajak subjektif, adalah pajak yang dikenakan dengan memperhatikan kondisi
wajib pajak subjeknya. Setelah diketahui subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai daya pikul.
b Pajak objektif, adalah pajak yang dikenakan dengan melihat objeknya berupa keadaan yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah
diketahui objeknya barulah diperhatikan subjeknya. 3. Menurut lembaga pemungutnya
a Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat dan pembangunan.
Pajak pusat dipungut oleh departemen keuangan khususnya dirjen pajak. Pajak pusat terdiri dari :
1. Pajak Penghasilan PPh, 2. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa PPN,
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, 4. Pajak Bumi dan Bangunan PBB
5. Bea Materai, 6. Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB,
7. Bea Masuk, 8. Bea Keluar Pajak Ekspor dan cukai yang dikelola oleh Direktorat Jendral
Bea dan Cukai Departemen Keuangan b Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam
pelaksanaannya sehari-hari dipungut oleh Dinas Pendapatan Daerah Dispenda. Hasilnya menjadi bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah APBD.
I.5.7 Pajak Daerah
Pajak daerah secara umum merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedudukan pajak daerah sangat
penting bagi setiap daerah sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah, meskipun objek yang dikenakan terbatas. Hal ini dikarenakan objek pajak yang telah menjadi sumber
pendapatan bagi pungutan pajak pusat tidak boleh lagi menjadi objek pungutan pajak daerah Nasution, 2009: 128-129.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan bahwa pengertian pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Davey 1988: 39 menguraikan tentang kriteria pajak daerah yang terdiri dari 4 hal yaitu:
1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan dari daerah sendiri
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.
3. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah 4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil
pungutannya diberikan pada pemerintah daerah
I.5.7.1 Jenis-jenis Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah dapat diklasifikasikan menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya pajak
daerah dibagi menjadi : a. Pajak provinsi, adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat
provinsi, terdiri dari: 1. Pajak Kendaraan Bermotor,
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
4. Pajak Air Permukaan, dan 5. Pajak Rokok.
b. Pajak kabupatenkota, adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupatenkota, terdiri dari:
1. Pajak Hotel, 2. Pajak Restoran,
3. Pajak Hiburan,
4. Pajak Reklame, 5. Pajak Penerangan Jalan,
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, 7. Pajak Parkir,
8. Pajak Air Tanah, 9. Pajak Sarang Burung Walet,
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan 11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
I.5.8 Pajak Hotel
Pajak hotel merupakan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah kabupatenkota. Menurut Prakosa 2003: 116 pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel.
Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginapberistirahat, memperoleh pelayanan serta fasilitas lainnya, dengan dipungut
bayaran. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak
Daerah, pajak hotel merupakan pemungutan pajak atas setiap pelayanan yang disediakan hotel. Terdapat beberapa terminologi dalam pemungutan pajak hotel Siahaan, 2005: 246,
yaitu: a. Hotel adalah bangunan atau kamar yang khusus disediakan bagi orang untuk
menginapistirahat, memperoleh pelayanan atau fasilitas lainnya yang terdapat di hotel tersebut yang dikenakan bayaran yang dikelola atau dimiliki oleh pihak yang
sama.
b. Rumah penginapan adalah bangunan yang memiliki fasilitas untuk menginap dalam bentuk dan klasifikasi apapun beserta fasilitas lainnya yang digunakan dan disewakan
untuk umum. c. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan hukum yang mengelola atau
memiliki suatu usaha dalam bidang jasa penginapan. d. Pembayaran adalah jumlah yang akan diterima atau seharusnya diterima atas barang
atau jasa pelayanan yang diberikan sebagai bayaran kepada pemilik hotel atau penginapan.
e. Bon Penjualan bill adalah bukti pembayaran, yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan pembayaran atas jasa
pemakaian kamar atau tempat penginapan beserta fasilitas lainnya yang disediakan oleh hotelrumah penginapan.
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan
hotel. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel. Sementara itu yang menjadi wajib
pajak hotel adalah pengusaha hotel, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa
penginapan. Tarif pajak totel paling tinggi 10. Daerah dapat menetapkan sendiri tarif pajak hotel sesuai dengan kebijakan daerah sepanjang tidak melebihi 10 dan ditetapkan dalam
peraturan daerah. Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Besarnya pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif dasar pengenaan pajak hotel.
I.6 Defenisi Konsep
Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut: a. Strategi
Strategi adalah suatu rencana yang disusun secara matang dan memiliki keunggulan serta senantiasa mengalami inovasi guna mencapai tujuan organisasi dengan
memperhatikan lingkungan internal dan eksternal organisasi. b. Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan Asli Daerah PAD adalah sumber penerimaan yang diterima daerah dan dipungut berdasarkan Peraturan Daerah perda sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. c. Pajak Hotel