Fungsi Pajak Jenis-jenis Pajak

Soemitro dalam Nasution, 2009: 126 secara terperinci mengartikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang secara paksa dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan sebagai alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan. Pengertian pajak selanjutnya dikemukakan oleh B. Usman dan K. Subroto dalam Nasution, 2009: 125, pajak diartikan sebagai pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah, yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan kepada pembayarnya, sedangkan pelaksanaannya dimana perlu dapat dipaksakan. Dari beberapa defenisi mengenai pajak diatas, dapat ditarik beberapa unsur yang melekat pada pajak, sebagai berikut: a. Pajak merupakan iuran wajib rakyat yang dipungut oleh pemerintah, yang apabila diabaikan maka akan dikenakan sanksi b. Pajak memiliki dasar hukum yang diatur dalam undang-undang c. Pemungutan pajak dapat dilakukan secara paksa d. Hasil pemungutan pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah e. Pemerintah tidak secara langsung memberikan balas jasa kepada pembayar pajak.

I.5.6.1 Fungsi Pajak

Secara umum fungsi dapat diartikan sebagai manfaat atau kegunaan suatu hal. Maka fungsi pajak merupakan kegunaan pokok atau manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum, suatu negara tidak akan mungkin menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakatnya Lumbanraja, Tesis, 2010: 10-11. Terdapat 2 fungsi pajak menurut Mardiasmo 2006: 10, sebagai berikut: 1. Fungsi budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya. Dalam fungsi budgetair, pajak berfungsi sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan. Upaya pemerintah untuk mengoptimalkan pemasukan dana ke kas negara melalui cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak dengan penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak. 2. Fungsi Regulerend Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Pajak mempunyai fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat yang digunakan pemerintah untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dibidang sosial dan ekonomi maupun tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, serta dapat mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan keinginan pemerintah. Dengan adanya pajak diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Pemerintah harus dapat secara bijak dan efisien mengelola pajak sehingga manfaat dari adanya pajak dapat dirasakan dan dapat meringankan beban pemerintah. Pengelolaan pajak yang baik akan membantu berjalannya penyelenggaraan kehidupan bernegara, baik dalam bentuk pelaksanaan administrasi pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

I.5.6.2 Jenis-jenis Pajak

Menurut Wirawan. B. Ilyas 2007: 19 jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Menurut sifatnya a Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. b Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu saja. 2. Menurut sasarannya a Pajak subjektif, adalah pajak yang dikenakan dengan memperhatikan kondisi wajib pajak subjeknya. Setelah diketahui subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai daya pikul. b Pajak objektif, adalah pajak yang dikenakan dengan melihat objeknya berupa keadaan yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya barulah diperhatikan subjeknya. 3. Menurut lembaga pemungutnya a Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat dan pembangunan. Pajak pusat dipungut oleh departemen keuangan khususnya dirjen pajak. Pajak pusat terdiri dari : 1. Pajak Penghasilan PPh, 2. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa PPN, 3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, 4. Pajak Bumi dan Bangunan PBB 5. Bea Materai, 6. Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, 7. Bea Masuk, 8. Bea Keluar Pajak Ekspor dan cukai yang dikelola oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai Departemen Keuangan b Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dipungut oleh Dinas Pendapatan Daerah Dispenda. Hasilnya menjadi bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.

I.5.7 Pajak Daerah