Rumusan Masalah Ruang Lingkup Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Indonesia, salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas terapi oksigen hiperbarik adalah Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat. Tahun 2014 pasien tuli mendadak sudden deafness di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo sebanyak 123 pasien, jumlah ini meningkat dari 106 pasien pada tahun 2013. Pada tahun 2002 dilakukan penelitian tentang terapi oksigen hiperbarik terhadap penderita dengan diagnosa tuli mendadak di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo. Pada 34 pasien yang diteliti terdapat 25 pasien yang mengalami perbaikan pendengaran. Penelitian tersebut hanya dilakukan pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz dan 4000 Hz dengan perbaikan pendengaran sebesar 13,7±23,1 dB, 14,1±21,9 dB dan 13,8±20,0 dB wulandari, 2002. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Penggunaan Terapi Oksigen Hiperbarik pada Pasien Tuli Mendadak Sudden Deafness di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Periode 2014 dengan frekuensi tambahan 250 Hz, 2000 Hz dan 8000 Hz.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa penyakit tuli mendadak semakin meningkat. Pada tahun 2002, sudah dilakukan penelitian tentang terapi oksigen hiperbarik terhadap penderita dengan diagnosa tuli mendadak di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz dan 4000 Hz Wulandari, 2002. Penelitian ini akan dilakukan dengan penambahan pada frekuensi 250 Hz, 2000 Hz dan 8000 Hz di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi hiperbarik pada pasien tuli mendadak di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2014 hingga Desember 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi fungsi terapi oksigen hiperbarik terhadap pasien tuli mendadak. 2. Untuk mengetahui apakah ada perbaikan pendengaran setelah terapi oksigen hiperbarik berdasarkan umur. 3. Untuk mengetahui apakah adanya perbaikan pendengaran setelah terapi oksigen hiperbarik pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan 8000 Hz. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan tentang penggunaan terapi hiperbarik, khususnya bagi pasien tuli mendadak atau sudden deafness.

1.4.2. Secara Metodologi

Metode penelitian ini dapat menjadi referensi untuk diaplikasikan pada penelitian farmasi klinis yang menggunakan terapi oksigen hiperbarik.

1.4.3. Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan ataupun kebijakan dalam pengobatan tuli mendadak di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Terapi Hiperbarik pada Pasien Tuli Mendadak sudden deafness di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat Periode 2014”, membahas tentang penggunaan terapi hiperbarik pada pasien tuli mendadak di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat. Data yang diambil berupa data pasien yang menderita penyakit tuli mendadak atau sudden deafness yang dilakukan dengan pendekatan retrospektif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai juni 2015 di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat. 5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran

2.1.1. Anantomi Alat Pendengaran

Gambar 1. Anatomi Telinga Pearce, 2009. Telinga terdiri dari tiga bagian: a. Telinga luar, b. Telinga tengah, c. Teliga dalam, telinga dalam terdiri dari dua bagian, yaitu aparat vestibular untuk keseimbangan dan koklea untuk pendengaran. Telinga luar dan tengah menghantarkan suara ke koklea, yang memisahkan suara sesuai frekuensi sebelum suara ditransduksi oleh sel rambut menjadi kode neural dalam serat saraf pendengaran. Pada telinga luar terdapat konka yang paling penting secara akustik Moller, 2006. a. Telinga Luar Telinga luar terdiri atas aurikel atau pina, meatus auditorius eksterna yang menghantarkan getaran suara menuju membran timpani.