Rencana Analisis Data Analisa Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Tanggal perawatan, 4. Sifat gangguan pendengaran 5. Data audiometri sebelum dan setelah terapi oksigen hiperbarik

4.4.3. Pengolahan Data

1. Editing data Pemeriksaan kembali kelengkapan data dan mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria. 2. Coding data Coding berupa kegiatan pemberian kode numerik angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Peneliti melakukan coding terhadap data yang terpilih dari proses seleksi untuk mempermudah analisis di program Microsoft Excel. 3. Entry data Pemasukan data ke dalam program Microsoft Excel dalam bentuk tabel yang telah dilakukan proses coding. 4. Cleaning data Data yang sudah dimasukan diperksa kembali sebelum melakukan analisa lebih lanjut.

4.4.4. Perhitungan Data

1. Perhitungan batas ambang dengar AD =

4.5. Analisa Data

4.5.1. Rencana Analisis Data

Data-data yang telah dilakukan pengolahannya dengan benar selanjutnya dianalisis menggunakan program SPSS Statistical Package for the Social Sciences 16.0. yang akan dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Analisa univariat Analisis univariat adalah analisa yang digunakan untuk menganalisa setiap variabel terikat maupun bebas yang akan diteliti secara deskriptif Notoatmodjo, 2003. Adapun pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat ialah: 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Sifat gangguan pendengaran 4. Data audiometri sebelum dan setelah terapi 2. Analisa bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan atara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk melihat kemaknaan antara variabel. Selisih data audiometri sebelum dilakukannya terapi oksigen hiperbarik dengan data audiometri setelah dilakukannya terapi oksigen hiperbarik dilakukan analisa dengan SPSS Statistical Package for the Social Sciences 16.0. dengan uji Paired Sample T-Test. Paired Sample T-Test Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak menggunakan terapi oksigen hiperbarik Hipotesis : 1. H o :Tidak ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakana 2. H 1 :Ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik secara bermakna Pengambilan Kesimpulan : 1. Jika nilai signifikan ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Jika nilai signifikan ≤0,05, maka Ho ditolak berarti ada perbaikan pendengaran pada penderita tuli mendadak dengan terapi oksigen hiperbarik 40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Gangguan Pendengaran Pasien Tuli Mendadak Sifat Jumlah Unilateral 18 50 Bilateral 18 50 Total 36 100 Pasien tuli mendadak atau sudden deafness di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo periode 2014 berjumlah 123 pasien. Pasien yang memiliki catatan audiometri yang lengkap sebelum dan setelah terapi oksigen hiperbarik berjumlah 36 pasien. Dari 36 pasien tersebut, 18 pasien tuli mendadak bersifat unilateral dan 18 pasien bilateral. Maka, gangguan pendengaran yang dapat diamati berjumlah 54 telinga.

5.1.2. Perubahan Tingkat Pendengaran dB berdasarkan Usia

Perubahan Tingkat Pendengaran dB 12-16 tahun 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun 65 tahun 27,5 20 8,75 5 8,75 3,75 -1,25 27,5 10 10 12,5 7,5 -1,25 28,5 15 10 15 8,75 1,25 33,75 16,25 10 17,5 11,25 2,5 18,75 12,5 45 11,25 3,75 20 15 11,25 5 23,75 18,75 12,5 7,5 25 20 15 10 30 22,5 15 11,25 36,25 28,75 17,5 15 37,5 33,75 43,75 43,75 Rerata 27,5 27,43 21,93 21,06 19,75 11,38 5,38 SD 5,67 9,67 12,88 14,48 4,02 5,47