Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bidang hiperbarik, yaitu Perhimpunan Kedokteran Kelautan PERDOKLA dan Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik Indonesia PKHI. Organisasi diatas bekerja sama secara erat dengan Rumah Sakit Angkatan Laut dan Lembaga Kesehatan Angkatan Laut untuk melaksanakan pelayanan, pendidikan dan penelitian, pembinaan serta pengembangan hiperbarik sebagai pengobatan utama dan pengobatan tambahan dalam penyelenggaraan pelayanan medik di saarana pelayanan kesehatan di Indonesia Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2008. Beberapa rumah sakit yang memiliki fasilitas terapi oksigen hiperbarik adalah :

1. RSAL Dr. Ramelan, Surabaya 2. RS PT Arun, Aceh 3. RS AL Dr. Midiyato S, Tanjung Pinang 4. RS AL Dr. Mintohardjo, Jakarta 5. RS Pertamina, Cilacap 6. RS Pertamina, Balikpapan 7. RS Gunung Wenang, Manado 8. RSU Makasar 9. RS AL Halong, Ambon 10. RS Petromer, Sorong 11. RS Bethsaida, Serpong Tangerang

2.7.1. Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik didefinisikan oleh Undersea and Hyperbaric Medical Society UHMS sebagai pengobatan dimana pasien bernafas dengan oksigen 100 dalam suatu ruangan yang bertekanan yang lebih besar dari 1 ATA Gill A.L, 2004.

2.7.2. Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Indikasi mengacu pada lingkup dan standar untuk penggunaan yang sesuai dengan terapi oksigen hiperbarik. Di Cina indikasi dari terapi oksigen hiperbarik awalnya dirilis pada tahun 1982. Dengan praktek dan pengakuan CMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Chinese Medical Association merevisi indikasi yang direkomendasikan pada tahun 2004 untuk memasukkan 12 indikasi darurat dan indikasi non-darurat. Indikasi darurat adalah penyakit di mana terapi oksigen hiperbarik harus diberikan sesegera mungkin. Berikut ini adalah indikasi darurat Yan, 2015: 1. Karbon monoksida keracunan akut dan keracunan gas berbahaya lainnya; 2. Gangren gas, tetanus dan infeksi bakteri anaerob lainnya; 3. Penyakit dekompresi; 4. Sindrom emboli udara; 5. Setelah resusitasi cardiopulmonary CPR karena berbagai risiko disfungsi otak akut; 6. Bantuan dalam pengobatan syok; 7. Edema otak; 8. Edema paru kecuali edema paru jantung; 9. Crush injure; 10. Suplai darah setelah transplantasi kulit; 11. Keracunan obat dan kimia; 12. Acute ischemia anoxic encephalopathy Selain itu, indikasi non-darurat yang disetujui untuk digunakan: 1 keracunan karbon monoksida atau ensefalopati beracun lainnya; 2 tuli mendadak; 3 penyakit iskemik serebrovaskular cerebral arterioclerosis, transient ischemic attack, trombosis serebral, infark serebral; 4 craniocerebral injury gegar otak, memar otak dari operasi pengangkatan hematoma intrakranial, cedera batang otak; 5 pemulihan pendarahan otak; 6 fraktur penyembuhan; 7 serosa sentral peradangan retina; 8 keadaan vegetatif; 9 sindrom insufisiensi adaptasi dataran tinggi; 10 cedera saraf perifer; 11 intrakranial operasi tumor jinak; 12 penyakit periodontal; 13 ensefalitis virus; 14 kelumpuhan wajah; 15 osteomyelitis; 16 osteonekrosis aseptik; 17 cerebral palsy; 18 keterlambatan perkembangan janin; 19 diabetes dan kaki diabetik; 20 penyakit jantung koroner aterosklerotik angina dan infark miokard; 21 kecepatan aritmia fibrilasi atrium, denyut prematur, takikardia; 22 miokarditis; 23 penyakit pembuluh darah perifer, vaskulitis, misalnya, trombosis vena dalam, Raynaud; 24 vertigo; 25 ulkus kulit kronis hambatan suplai darah arteri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kongesti vena, luka baring; 26 cedera tulang belakang; 27 ulkus peptikum; 28 kolitis ulserativa; 29 hepatitis menular Menggunakan ruang khusus penyakit menular; 30 luka bakar; 31 radang dingin; 32 operasi plastik; 33 pencangkokan kulit; 34 cedera olahraga; 35 kerusakan radioaktif tulang dan jaringan lunak, sistitis, dll; 36 tumor ganas dengan radioterapi atau kemoterapi; 37 cedera saraf otic; 38 sindrom kelelahan; 39 angioneurotic headache ; 40 pustular; 41 psoriasis; 42 pityriasisrosea; 43 multiple sclerosis; 44 sindrom Guillain Barre akut; 45 ulkus mulut berulang; 46 ileus paralitik; 47 asma bronkial; dan 48 sindrom gangguan pernapasan akut Yan, 2015.

2.7.3. Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik