Perkebunan Sebagai Subsektor Pertanian

Pembangunan pertanian Indonesia pada beberapa tahun ke depan masih akan dihadapkan pada beberapa isu mendasar dan tantangan baru yang merupakan dampak dari krisis finansial global, lonjakan harga pangan yang bersamaan dengan lonjakan harga minyak bumi dunia. Sektor pertanian harus menghadapi faktor eksogen yang terkadang datang tiba- tiba, seperti: instabilitas atau fluktuasi harga yang akan mempengaruhi harga faktor produksi, fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi, serta variabilitas cuaca yang semakin tidak bersahabat. Menurut Michael P. Todaro suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni: 1. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas pertanian. 2. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang didasarkan pada strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan. 3. Diversifikasi kegiatan pembangunan pedesaan padat karya nonpertanian yang secara langsung atau tidak lansung menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian.

2.3 Perkebunan Sebagai Subsektor Pertanian

Saat ini subsektor perkebunan merupakan sektor yang penting bagi keberlanjutan perekonomian bangsa. Dari sisi penerimaan negara, pada tahun 2008 sub sektor perkebunan memberikan sumbangan penerimaan negara lebih dari US 18,85 milyar yang melibatkan petani sebanyak, 19,43 juta KK terlibat di sektor on farm, jumlah tersebut belum diperhitungkan penyerapan tenaga kerja pada sektor hilir maupun jasa penunjangnya untuk komoditas utama perkebunan. Ditjen Perkebunan Universitas Sumatera Utara Selain sebagai komoditi ekspor, komoditi perkebunan juga berperan dalam mendukung penyediaan bahan baku industri dalam negeri, seperti industri ban, sarung tangan, minyak goreng, rokok, minuman, tekstil, cokelat dan sebagainya, Dalam upaya pengelolaan usaha perkebunan yang baik dan bermutu perlu didukung dengan ketersediaan SDM perkebunan yang mencukupi dan berkualitas. Meskipun kinerja perkebunan telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, masih dijumpai berbagai masalah dan tantangan yang dapat menghambat pencapaian kinerja perkebunan dalam masa mendatang, antara lain: 1. Produktivitas perkebunan yang sampai saat ini masih dibawah potensi produksinya, baru sekitar 60-80. 2. Industri pengolahan yang belum berkembang, sehinggga nilai tambah tidak dinikmati didalam negeri dengan optimal. 3. Dukungan infastruktur yang masih rendah, baik jalan maupun pelabuhan. 4. Mutu produk perkebunan masih dikategorikan rendah dan perlu ditingkatkan. 5. Terdapat sejumlah kebijakan dan peraturan daerah yang berpotensi menghambat investasi di daerah, seperti ekonomi biaya tinggi dalam perijinan dan retribusi. 6. Isu-isu lingkungan yang berkembang di dalam maupun dalam tataran internasional. 7. Kualitas SDM perkebunan yang juga belum seluruhnya sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan perkebunan ke depan tetap mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Sekurang-kurangnya terdapat 3 tiga hal yang mewamai kegiatan pembangunan perkebunan kedepan, yaitu: Pertama: globalisasi, dengan upaya peningkatan daya saing, meliputi mutu produksi, penyajian dan harga; Kedua: penerapan konsep dasar pembangunan berkelanjutan; Ketiga: mendukung upaya kearah kemandirian pangan dan energi. Universitas Sumatera Utara 2.4 Tanaman Karet 2.4.1 Sejarah Karet