Da tertinggi p
66.42
, c kindness
s masing seb
apat dilihat pada residen
curiosity dan
sebanyak 55 banyak 54 o
berdasarka n narkoba d
n gratitude 5 orang atau
orang atau 4 an tabel ter
di BNN adal masing-ma
u 41, 05, s 40,3.
rsebut, ena lah spiritua
asing sebany serta love of
am kelas ke lity
sebanya yak 65 oran
of learning d
ekuatan kar ak
89
orang ng atau 48,
dan love ma rakter
g atau 51,
asing-
Lim citizenship
24.63
, h sebanyak
ma kelas ke p
sebanyak humor
32 or 26 orang at
ekuatan kar 38 orang a
rang atau
23
tau
19.40.
rakter terend atau
28.36 3.88
, hope dah pada re
, leadersh e
sebanyak esiden narko
hip sebanya
29 atau,
21
oba BNN a ak 33 orang
.64
dan vi adalah
g atau itality
4.2.2 K
Kategorisasii Skor Resiiliensi
Ad residen na
dapun untu arkoba yang
uk kategori g diujikan pa
sasi tinggi ada 134 resp
, sedang, r ponden ada
rendahnya alah sebagai
Resiliensi i berikut:
pada
Tabel 4
Da responden
resiliensi d resiliensi d
Kategor
Tinggi Sedang
Rendah
ari tabel 4. n yang diuj
dalam kateg dalam kateg
ri Rumus
X + min
X +
Distr ribusi Skor
4.8 r Resiliensii
8 distribus jikan, 21 o
gori tinggi, gori sedang
2 + min n
≤ X ≤ 2 + min
R R
+ min 12
∑
si skor di a orang atau
57 orang at dan 56 ora
Rentangan Raw Score
150 28 – 150
128 ∑
atas dapat 15,672
tau 42,537 ang atau 41,
Jumlah Subjek
21 57
56 134
diketahui b diantaranya
diantarany 791 diant
h k
Persen
15,672 42,537
41,791 100
n
2 7
1
bahwa dari a memiliki
ya memiliki taranya mem
i 134 skor
i skor miliki
skor resiliensi dalam kategori rendah. Terlihat bahwa mayoritas responden memiliki skor kekuatan karakter sedang dimana antara kategori skor sedang
dengan skor rendah hanya selisih satu responden .
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1 Uji korelasional
Untuk pengujian hipotesis peneliti menggunakan uji korelasional pearson pada spss11,5. Berikut adalah hasil uji hipotesis:
Tabel 4.9 Correlations
kekuatan karakter
resiliensi kekuatan karakter
Pearson Correlation 1
.609 Sig. 2-tailed
. .000
N 134
134 resiliensi
Pearson Correlation .609
1 Sig. 2-tailed
.000 .
N 134
134 Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui nilai korelasi r hitung antara kekuatan karakter dengan resiliensi pada residen narkoba menunjukkan angka
0,609 dengan nilai signifikan p=0,000 0,05, maka Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kekuatan karakter dengan resiliensi
ditolak sedangkan hipotesis alternatif yang menyakatakan ada hubungan yang signifikan antara kekuatan karakter dengan resiliensi diterima. Kesimpulan yang
didapat adalah ada hubungan positif yang signifikan antara kekuatan karakter dengan resiliensi pada residen narkoba.
4.4 Hasil Penelitian Tambahan
Setelah diketahui nilai korelasi, kemudian dilihat klasifikasi kekuatan karakter mana yang paling berkorelasi dengan resiliensi.
Tabel 4.10 Correlations
Pearson Correlation Sig. 1-tailed
resiliensi resiliensi resiliensi 1.000 .
curiousity .338 .000
open mindedness .221
.005 love of learning
.522 .000
persistence .193 .013
bravery .253 .002 intergrity .434 .000
vitality .345 .000 love .310
.000 kindness .404
.000 social intelligence
.379 .000
citizenship .407 .000
fairness .419 .000 leadership .317
.000 forgiveness and mercy
.279 .001
humility and modesty .387
.000 prudence .217
.006 self regulation
.503 .000
appreciation .268 .001
gratitude .542 .000 hope .303
.000 humor .410 .000
spirituality .170 .025
perspective .215 .006
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa semua klasifikasi kekuatan karakter berkorelasi positif secara signifikan dengan resiliensi.
Kemudian kekuatan karakter seperti gratitude p= 0,0000,05, love of learning p= 0,0000,05, self-regulation p= 0,0000,05, intergrity p= 0,0000,05 ,
fairness p= 0,0000,05, merupakan kekuatan karakter yang paling berkorelasi
secara signifikan terhadap resiliensi dilihat dari besaran Pearson Correlation yang dimiliki.
4.4.1 Uji Regresi
Untuk melihat kontribusi kekuatan karakter terhadap resiliensi, peneliti menggunakan uji regresi dengan spss 11.5.
Tabel 4.11 Model Summary
a Predictors: Constant, kekuatan karakter
Mod el
R R
Square Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate Change Statistics
R Square
Change F
Change df1
df2 Sig. F
Change 1
.792a .627
.550 10.14330
.627 8.055
23 110
.000
b Dependent Variable: resiliensi
Berdasarkan tabel 4.11 di atas didapatkan nilai signifikansi F sebesar 0,000, yang artinya nilai F signifikan pada taraf 5 p=0,0000,05. Sehingga
dapat disimpulkan, ada pengaruh yang signifikan kekuatan karakter terhadap resiliensi pada residen narkoba. Pada tabel di atas juga diperoleh R
2
sebesar 0,627 yang berarti bahwa kekuatan karakter memberikan kontribusi sebesar 62,7
terhadap resiliensi pada residen narkoba.
Tabel 4.12 Tabel Kontribusi Klasifikasi Kekuatan Karakter Terhadap Resiliensi
No Klasifikasi Kekuatan
Karakter R
2
F
hitung
F
tabel
Signifikansi
1. Gratitude 0,293 54,796 3,92
Signifikan 2.
Love of learning 0,094
13,591 3,92
Signifikan 3. Self
Regulation 0,063 8,741 3,92
Signifikan 4. Intergrity
0,037 4,956 3,92 Signifikan
5. Fairness 0,003 0,385 3,92
Tidak signifikan
6. Humor 0,028 3,658 3,92
Tidak signifikan
7. Citizenship 0,009 1,144 3,92
Tidak signifikan
8. Kindness 0,008 1,008 3,92
Tidak signifikan
9. Humility and
modesty 0,05
6,231 3,92 Signifikan
10. Social intelligence
0,006 0,742
3,92 Tidak signifikan
11. Vitality 0,002
0,244 3,92
Tidak signifikan
12. Curiousity 0,002
0,242 3,92
Tidak signifikan
13. Leadership 0,001
0,120 3,92
Tidak signifikan
14. Love 0,001
0,119 3,92
Tidak signifikan
15. Hope 0,001
0,118 3,92
Tidak signifikan
16. Forgiveness and mercy
0,001 0,117
3,92 Tidak signifikan
17. Appreciation 3,92
Tidak signifikan
18. Bravery 3,92
Tidak signifikan
19. Open mindedness
3,92 Tidak
signifikan 20. Prudence
0,002 0,226
3,92 Tidak
signifikan 21. Perspective
0,009 1,017
3,92 Tidak
signifikan 22. Persistence
0,017 1,92
3,92 Tidak
signifikan 23. Sprituality
3,92 Tidak
signifikan
Jumlah 0,627 - -
-
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kekuatan karakter yang signifikan memberikan kontribusi terhadap resiliensi adalah Gratitude sebesar 29,3 F
hitung = 54,796 F tabel = 3,92, Love of learning sebesar 9,4 F hitung = 13,591 F tabel = 3,92, Self-Regulation sebesar 6,3 F hitung = 8,741 F tabel
= 3,92, Intergrity sebanyak 3,7 F hitung = 4,956 F tabel = 3,92, Humility and modesty
sebesar 5 F hitung = 6,231 F tabel = 3,92. Jadi dapat disimpulkan bahwa Gratitude memberikan kontribusi terbesar terhadap resiliensi
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian selanjutnya
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data di bab empat korelasi pearson product moment
r = 0,609 dengan nilai signifikan p = 0,000. Karena nilai p lebih kecil dari pada 0,05, maka Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan positif yang
signifikan antara kekuatan karakter dengan resiliensi ditolak sedangkan hipotesis alternatif yang menyakatakan ada hubungan positif yang signifikan antara
kekuatan karakter dengan resiliensi diterima. Kesimpulan yang didapat adalah ada hubungan positif yang signifikan antara kekuatan karakter dengan resiliensi pada
residen narkoba, dimana jika kekuatan karakter responden tinggi maka resiliensinya akan tinggi pula dan sebaliknya jika kekuatan karakter responden
rendah maka resiliensinya akan rendah pula.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa ada hubungan positif dengan kriteria signifikan antara kekuatan karakter dengan resiliensi. Adanya hubungan
yang positif ini memberikan arti bahwa ketika kekuatan karakter yang dimiliki para residen tinggi, maka resiliensinya pun akan tinggi pula. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang telah terlebih dahulu dilakukan oleh Hsiu-feng
Chung 2008, yang mengatakan bahwa beberapa kekuatan karakter mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan resiliensi, terutama gratitude yang
merupakan kekuatan karakter paling signifikan yang berkorelasi positif dengan resiliensi. Hal itu pun sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti
dimana gratitude merupakan kekuatan karakter yang paling berkorelasi dengan resiliensi.
Berdasarkan penghitungan analisis regresi yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa R
2
yang diperoleh sebesar 0,627. Dapat diartikan bahwa variabel kekuatan karakter memberikan sumbangsih atau
kontribusi sebesar 62,7 bagi perubahan variabel resiliensi sedangkan sisanya 37,3 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya juga diketahui bahwa gratitude memiliki korelasi terbesar dengan resiliensi.
Dengan pearson product moment r = 0,542 dimana menurut Sugiyono dalam Priyatno, 2008 koefisien korelasi antara 0,40 hingga 0,542 adalah sedang. Jadi
gratitude memiliki korelasi yang sedang dengan reseliensi. Hal ini sejalan dengan
terdahulu yang dilakukan oleh Hsiu-feng Chung 2008 dimana gratitude merupakan kekuatan karakter paling signifikan yang berkorelasi positif dengan
resiliensi. Kemudian pada tabel. 4.12 terlihat bahwa gratitude memberikan kontribusi terbesar terhadap resiliensi dengan R
2
sebesar 0,293 yang artinya gratitude
memberikan kontribusi yang signifikan sebesar 29,3 terhadap resiliensi. Hal itu berarti jika residen memiliki rasa syukur dan terimakasih yang
tinggi atas hal-hal yang telah ia peroleh maka hal tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuannya untuk mencegah, meminimalisir ataupun melawan pengaruh yang bisa merusak mereka disaat mereka mengalami musibah
atau kemalangan Grotberg, dalam Parinyaphol Chongruksa, 2008. Dari hasil penelitian ini, diperoleh mayoritas atau sebesar 44,776
responden berada pada kategori kekuatan karakter sedang. Dimana dapat dikatakan pula kurang dari 50 responden memiliki kekuatan karakter yang
cukup di dalam dirinya. Sedangkan 17,164 lainnya berada pada kategori kekuatan karakter tinggi dan sisanya yakni 38,06 berada pada kategori
kekuatan karakter rendah. Tampak bahwa sebagian kecil responden sudah memiliki kekuatan karakter yang tinggi di dalam dirinya dan selebihnya perlu
dibina lebih matang lagi melalui program-program therapeutic community yang ada agar mereka benar-benar bisa terus tetap bertahan dari narkoba selepas dari
BNN. Dari hasil penelitian ini, diperoleh mayoritas yakni, sebanyak 57 orang
atau sebesar 42,537 responden memiliki resiliensi pada kategori sedang. Namun jumlah tersebut hanya selisih satu responden pada kategori rendah. Sebanyak 56
orang atau 41,791 responden memiliki resiliensi rendah. Hal tersebut sesuai dengan fenomena yang terjadi di BNN dimana berdasarkan hasil wawancara
dengan staff ahli BNN angka relapse narkoba yang ada di BNN mencapai 10 . Jadi 10 residen yang ada di BNN kembali menggunakan narkoba setelah
sebelumnya mereka berhenti melakukan penyalahgunaan narkoba selama beberapa saat. Hal tersebut dapat dikatakan memiliki benang merah dengan
resiliensi yang mereka miliki, karena mengembangkan resiliensi merupakan aspek
penting untuk terwujudnya proses pemulihan yang berhasil walaupun resiliensi sendiri dapat mungkin terjadi tanpa adanya proses pemulihan Allegheny County
Coalition for Recovery Child and Family Committee , 2006. Selain itu, menurut
Grotberg 2006 pun pemulihan mengacu pada proses dimana individu, dalam hal ini residen narkoba yang sedang dalam masa pemulihan, dapat hidup, bekerja,
belajar, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat mereka. Menurutnya pula, resiliensi berarti kualitas pribadi dan atau komunitas yang memungkinkan residen
untuk pulih dari kesulitan, trauma, tragedi, ancaman, atau tekanan lainnya dan untuk melanjutkan hidup dengan rasa penguasaan, kompetensi, dan harapan. Jadi
untuk mencapai pemulihan yang berhasil, residen harus mampu hidup, bekerja, belajar, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat atau komunitas mereka.
Dimana untuk mewujudkan hal tersebut residen membutuhkan kemampuan resiliensi yang baik di dalam diri mereka juga komunitas yang mendukung
pemulihan mereka. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa enam kekuatan karakter tertinggi
pada residen narkoba di BNN adalah spirituality
66.42
, curiosity dan gratitude
masing-masing sebesar 48, 51, kindness 41, 05, love of learning dan love masing-masing sebesar 40,3. Dapat dilihat bahwa spirituality mencapai
presentase lebih dari 50 . Hal tersebut bisa disebabkan salah satunya dari karakteristik emosional residen, yakni varieties of guilt yang menurut Leon 2000
mereka diganggu oleh berbagai macam perasaan bersalah dan malu. Dari semua emosi yang mereka alami, perasaan bersalah merupakan perasaan yang paling
berpotensi merusak bagi para residen dalam Leon, 2000. Dengan memiliki
spiritualitas dan sikap keberagamaan yang lebih baik mereka dapat mulai mendekatkan diri kepada Tuhan serta memohon ampun atas kesalahan mereka di
masa lalu serta memelihara dan menjaga diri mereka sendiri untuk tetap bisa bertahan dari narkoba. Hal tersebut sesuai dengan yang dijabarkan oleh
B. Johnson, Larson, Li, Jang 2000 bahwa
spirituality atau religiousness
berkaitan dengan kecenderungan individu untuk menghindari dan menjauhi berbagai kegiatan anti sosial mencakup penyalahgunaan narkoba, penjualan obat-
obatan terlarang, serta kegiatan terlarang lainnya dalam Peterson Seligman, 2004.
Lima kekuatan karakter terendah pada residen narkoba BNN adalah citizenship
sebesar
28.36
, leadership sebesar
24.63
, humor sebesar
23.88
, hope
sebesar
21.64
dan vitality sebesar
19.40. Dapat dilihat bahwa
citizenship merupakan kekuatan karakter paling rendah dengan presentasi skor rendah diatas
25 . Hal tersebut tidak mengherankan karena menurut Staub 1978, individu yang memiliki social responsibility serta citizenship yang baik terlibat dalam
urusan komunitas mereka dan memiliki tingkat kepercayaan sosial social trust yang lebih tinggi dan memiliki pandangan yang lebih positif terhadap
perikemanusiaan human nature, dan mereka memiliki skor yang rendah pada alienation
pengasingan diri sendiri dan ethnocentrism sukuisme dalam Peterson Seligman, 2004. Dimana hal tersebut bertolak belakang dengan
karakteristik sosial residen, yakni loss of trust dimana menurut Leon 2000
ketiadaan, kehilangan, dan pelanggaran kepercayaan merupakan tanda yang khusus dan khas dari kepribadian dan gaya hidup penyalahguna narkoba. Bagi
beberapa residen, masalah kepercayaan dapat dilihat dalam sejarah kesalahan umum masa kecil, pola berbohong, pembuatan alasan, serta pemalsuan. Bagi
sebagian besar residen, penipuan, manipulasi, dan kebohongan yang tertanam dalam pola penyalahgunaan narkoba merusak perkembangan dari bentuk
kepercayaan apa pun termasuk kepercayaan sosial dalam Leon, 2000. Disamping itu hal tersebut juga bertolak belakang dengan karakteristik
sosial residen lainnya seperti inaccountability dan inresponsibility dimana residen pada umumnya gagal menjadi akuntabel serta menekankan elemen kejujuran
pribadi dan sosial dari tanggungjawab dalam Leon, 2000. Ditambah lagi pandangan negatif meraka terhadap diri mereka sendiri menyulitkan meraka untuk
memiliki pandangan yang positif terhadap perikemanusiaan human nature dan memperoleh kemampuan citizenship yang baik. Pada karakteristik perseptual
mereka memiliki salah satu karakteristik yang disebut negative identity dimana residen menampilkan identitas sosial yang negatif serta identitas personal yang
tidak terbentuk. Cara residen menamai, melihat, dan menerima diri mereka berasal dari sejarah mereka ketika menggunakan narkoba dan seringkali juga berasal dari
masa kecil yang bermasalah. Identitas sosial mereka diinternalisasi dari pandangan publik yang negatif terhadap mereka. Identitas personal mereka serta
konsep mengenai diri mereka sendiri sebagai manusia sesungguhnya merupakan hal yang tidak stabil dan sangat tidak terbentuk. Sebagian besar dari mereka tidak
mengetahui siapa diri mereka dalam konteks perasaan mereka sebenarnya, pikiran mereka yang jujur, nilai dan tujuan mereka dalam Leon, 2000. Jadi wajar dengan
memiliki karakteristik seperti loss of trust, inaccountability, inresponsibility, dan negative identity
residen memiliki skor citizenship yang rendah. Dari gambaran umum responden, diperoleh rentang usia responden paling
besar terdapat pada kelompok usia 26 – 30 tahun, yaitu sebanyak 57 orang atau 42,537 , setelah itu kelompok usia 21 – 25 tahun, yaitu sebanyak 33 orang atau
24,627. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh BNN pada tahun 2003 dimana untuk kelompok usia tertinggi pada penyalahguna narkoba
rata-rata terjadi pada kelompok usia 20 tahun keatas. Hal tersebut sangat disayangkan dimana usia yang menurut Hurlock 1980 termasuk masa dewasa
awal tersebut juga merupakan fase pencapaian prsetasi. Menurut Schaie dalam, Santrock 2002, fase mencapai prestasi achieving stage adalah fase di masa
dewasa awal yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti
pencapaian karir dan pengetahuan. Schaie dalam, Santrock 2002 percaya bahwa orang dewasa muda yang
menguasai kemampuan kognitif perlu memonitor perilaku mereka sendiri sehingga memperoleh kebebasan yang cukup untuk berpindah ke fase selanjutnya
yang melibatkan tanggung jawab sosial, yakni fase tanggung jawab. Fase tanggung jawab the responsibility stage adalah fase yang terjadi ketika keluarga
terbentuk dan perhatian diberikan pada keperluan-keperluan pasangan dan keturunan. Namun, jika seorang individu pada usia 20 tahun sudah
menyalahgunakan narkoba, adalah hal mustahil jika individu tersebut dapat mencapai fase tanggung jawab. Untuk dapat memenuhi fase mencapai prestasi
secara utuh saja sangat disangsikan. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika potensi-potensi individu yang dapat dikembangkan dan diterapkan pada masa
dewasa awal ini harus terhambat oleh narkoba. Gambaran residen narkoba BNN secara umum berdasarkan tingkat
pendidikan didominasi oleh subjek yang berpendidikan SMA Sederajat, yakni sebesar 64,925. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh BNN pada tahun 2003 dimana tingkat pendidikan penyalah guna narkoba paling tinggi pada tingkat pendidikan perguruan tinggi, baru diikuti kemudian
tingkat pendidikan SMU setelah itu baru SMP. Hal tersebut terjadi karena jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini tidak sebanyak jumlah sampel dalam
penelitian yang dilakukan oleh BNN, yakni sebanyak 134 responden sedangkan sampel penelitian yang dilakukan oleh BNN tahun 2003 terdiri dari 398 kelas dari
322 lembaga pendidikan mencakup SLTP, SLTA dan sekolah lanjutan, ditambah lagi dengan 400 mahasiswa.
Pada penelitian ini angket yang disebar sebelumnya sebanyak 153 eksemplar, namun hanya 134 yang bisa diolah. Sisa 19 eksemplar lainnya tidak
bisa diolah karena responden tidak mengisi item secara lengkap dan jawaban pada beberapa angket responden dibuat berpola membentuk ‘zig-zag’. Hal itu peneliti
sadari bisa disebabkan oleh situasi pengisian skala yang kurang kondusif, mengingat pengisian skala dilakukan dengan sistem klasikal dimana residen pada
tiap stage melakukan pengisian secara serempak bersamaan sehingga peniliti tidak bisa memantau satu per satu proses pengisian skala pada residen.
Terakhir, ada satu kekuatan yang tidak dapat diolah, yakni creativity disebabkan tidak ada satu item pun yang mewakilinya karena tidak valid. Hal
tesebut peneliti sadari karena walapun peneliti menggunakan skala baku yang telah diujicobakan ke ratusan orang berbeda dengan latar belakang berbeda oleh
Peterson Seligman 2004, namun responden yang peneliti ambil kali ini memiliki karakteristik-karakterisrik khusus seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya, seperti karakteristik kognitif dan tingkah laku mereka yang negatif akibat pengaruh narkoba, serta karakteristik emosional mereka dimana mereka
memiliki kesulitan dalam mengalami, mengkomunikasikan, dan mengatasi perasaan mereka. dalam Leon, 2000.
5.3 Saran 5.3.1 Saran Teoritis