Penyalahguna narkoba sering kali menemukan cara untuk mendapatkan langkah-langkah yang diperlukan dalam pemenuhan kewajiban. Mereka juga
seringkali gagal dalam memberikan kejujuran bagi orang lain juga dalam usaha yang dikeluarkan dalam suatu tugas. Oleh karena itu, mempelajari
akuntabilitas menjadi suatu syarat dalam proses pemulihan di program TC, yang berarti menjadi jujur pada tiap perilakunya.
5. Trust : ketiadaan, kehilangan, dan pelanggaran kepercayaan merupakan tanda
yang khusus dan khas dari kepribadian dan gaya hidup penyalahguna narkoba dalam Leon, 2000. Bagi beberapa residen, masalah kepercayaan dapat dilihat
dalam sejarah kesalahan umum masa kecil, pola berbohong, pembuatan alasan, serta pemalsuan. Bagi sebagian besar residen, penipuan, manipulasi,
dan kebohongan yang tertanam dalam pola penyalahgunaan narkoba merusak perkembangan dari bentuk kepercayaan apa pun.
2.4 Kerangka Berpikir
George de leon 2000 menjelaskan karakteristik residen TC. Adapun karakteristiknya meliputi karakteristik kognitif dan tingkah laku, perseptual,
emosional, serta sosial. Karakteristik kognitif dan tingkah laku, yakni lack of awareness, faulty judgement, lack of insight, poor reality testing,
dan habilitation. Karakterstik perseptual, yakni low self-esteem dan negative identity. Karakteristik
emosional, yakni intolerance of discomfort; varieties of guilt guilt to the self, guilt to significant others, guilt to society; hostility and anger; dysphoria and the
loss of feelings; emotional management; serta abstinence and emotions.
Karakteristik Sosial, yakni entitlement, inresponsibility, inconsistency, inaccountability, loss of trust
. Dimana karakteristik-karakteristik tersebut berlawanan dengan indikator-indikator yang ada dalam kekuatan karakter menurut
Seligman 2004. Dengan demikian dapat diasumsikan residen yang masih memiliki karakteristik-karakteristik tersebut memiliki kekuatan karakter yang
lemah atau rendah.
Para residen yang ada di BNN mengikuti program Therapeutic community yang ada di BNN dimulai dari primary stage. Beberapa program tersebut
diketahui diantaranya bertujuan untuk membina kekuatan karakter dan resiliensi yang ada dalam diri residen seperti yang sebelumnya telah diuraikan pada bab 1.
Di dalam tahapan-tahapan atau stage ini setiap residen bertanggung jawab atas diri mereka sendiri yang kemudian hal ini akan bepengaruh terhadap kekuatan
karakter dan resiliensi mereka. Karena salah satu hal yang mempengaruhi kekuatan karakter dan resiliensi adalah faktor lingkungan. Diharapkan dengan
menjalani program serta kegiatan di BNN kekuatan karakter yang ada di didalam diri mereka menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
Resiliensi memiliki faktor protektif yang dibagi dalam dua kategori, yakni faktor protektif internal, seperti self-esteem dan self-efficacy. Serta faktor
protektif eksternal, seperti dukungan keluarga juga keterlibatan komunitas Scalaes Leffert, dalam McCubbin, 2001. faktor protektif juga dibagi ke dalam
tiga domain, yakni atribut kepribadian individu, karakteristik keluarga dan pengaruh lingkungan seperti, teman sebaya, sekolah, dan masyarakat dalam
Benard, 1991.
Resiliensi sendiri merupakan kapasitas atau kemampuan yang bersifat universal yang dengan kemampuan tersebut, individu, kelompok ataupun
komunitas mampu mencegah, meminimalisir ataupun melawan pengaruh yang bisa merusak mereka disaat mereka mengalami musibah atau kemalangan
Grotberg dalam Parinyapol Chongruksa 2008. Resiliensi juga berarti kemampuan individu untuk menghadapi, mengatasi, mempelajari kesulitan dalam
hidup dan bahkan ditransformasi oleh kesulitan dalam hidup tersebut Grotberg, 2003. Ketika residen mampu melakukan hal tersebut, maka ia mempunyai
resiliensi yang baik serta mampu beradaptasi secara adaptif dengan lingkungannya dalam Mc Cubbin,2001, salah satunya yakni panti rehabilitasinya sendiri
BNN. Ketika hal itu terjadi maka otomatis ia akan mengikuti semua program yang ada dengan sungguh-sungguh. Karena sesuai dengan pendapat Grotberg,
orang yang memiliki resiliensi tinggi mau mempelajari kesulitan yang telah ia hadapi dan ditransformasi oleh kesulitan tersebut. Salah satu caranya adalah
dengan ‘belajar’ di BNN dengan mengakui serta melihat sendiri kesalahan- kesalahan yang telah dilakukannya, mengikuti program-program yang ada dengan
baik untuk kemudian berubah menjadi orang yang berbeda, jauh lebih baik. Namun, jika residen tersebut memiliki resiliensi yang rendah, dimana
artinya ia tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi, mengatasi, mempelajari kesulitan dan tidak bersedia ditransformasi oleh kesulitan dalam hidup menjadi
lebih positif. Atau memiliki kemampuan tersebut namun sangat rendah. Besar kemungkinannya ia tidak bisa bertahan terus menjalankan program-program yang
ada, serta memiliki keinginan yang kurang kuat untuk menjadi orang yang lebih
baik. Jika sudah demikian, besar kemungkinannya bagi residen tersebut untuk kabur, seperti yang sering terjadi di primary stage dan re-entry stage dimana
residen sudah memiliki ijin keluar lingkungan rehabilitasi dalam hal ini BNN serta besar kemungkinan juga bagi residen untuk tidak bisa bertahan dari narkoba atau
relapse .
Berdasarkan fenomena yang terjadi di Badan Narkotika Nasional, banyak residen yang kembali lagi masuk rehabilitasi setelah kabur karena relapse, yakni
kembali melakukan penyalahgunaan serta kecanduan narkoba. Jika sudah demikian, yang terjadi biasanya residen dihukum dengan hukuman yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Menjalani Program
Kegiatan yang ada di BNN
Kekuatan Karakter
Faktor protektif internal dan
eksternal
Karakteristik Residen Kekuatan karakter
lemah: a. Karakteristik Kognitif
dan Tingkah Laku: lack of awareness, faulty
judgement, lack of insight, poor reality
testing, dan habilitation
b. Karakteristik perseptual: low self-