2.1.2 Faktor – Faktor Resiliensi
Menurut Benard 1991 ada yang dinamakan protective factor pada resiliensi. Istilah protective factor sendiri sampai saat ini belum memiliki definisi
secara terang Norman, dalam McCubbin, 2001. Faktor protektif dibagi dalam dua kategori, yakni faktor protektif internal, seperti self-esteem dan self-efficacy.
Serta faktor protektif eksternal, seperti dukungan keluarga juga keterlibatan komunitas Scalaes Leffert, dalam McCubbin, 2001. Sedangkan Benard
sendiri membagi faktor protektif ke dalam tiga domain, yakni atribut kepribadian individu, karakteristik keluarga dan pengaruh lingkungan seperti, teman sebaya,
sekolah, dan masyarakat dalam Benard, 1991. Benard menjelaskan faktor-faktor resiliensi dan inter hubungan diantara
kesemua faktor yang ada dalam suatu model konseptual, yang tercakup didalamnya ada aset lingkungan dan aset internal resiliensi serta kebutuhan
pribadi individu dalam Hanson dan Kim, 2007.
Berikut model konseptual Benard:
Aset lingkungan reliensi
Sekolah
dalam hal ini tempat
rehabilitasi • Hubungan
yang penuh kepedulian
• Harapan yang tinggi
• Partisipasi yang
bermakna
• Keamanan • Cinta
• Rasa Memiliki
• Rasa Hormat
• Kemahiran • Tantangan
• Kekuatan • Makna
• Kerjasama dan
Komunikasi
• Empati
• Pemecahan Masalah
• Self-efficacy • Self-
Awareness • Tujuan dan
Cita-cita Rumah
• Hubungan yang penuh
kepedulian • Harapan yang
tinggi • Partisipasi
yang bermakna
Teman sebaya
• Hubungan yang penuh
kepedulian • Harapan yang
tinggi
Masyarakat
• Hubungan yang penuh
kepedulian • Harapan yang
tinggi • Partisipasi
yang bermakna
Meningkatkan hasil
kesehatan, sosial, dan
akademik
Kebutuhan Individu
Aset internal reliensi
Aset lingkungan menujukan ikatan prososial dan ikatan yang bermakna terhadap masyarakat, sekolah dalam hal ini panti rehabilitasi, keluarga dan
teman sebaya. Aset internal adalah trait resiliens individu, seperti self –efficacy, keterampilan memecahkan masalah, serta lainnya dalam Hanson dan Kim, 2007.
Model konseptual ini dirancang untuk mengukur 11 aset lingkungan, menanyakan tentang persepsi individu, mengenai harapan orang lain terhadap
dirinya, persepsi individu terhadap hubungan yang penuh kepedulian dengan orang lain, dan kesempatan individu untuk berpartisipasi secara bermakna di
sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat. Model ini juga menilai hubungan yang penuh kepedulian dan harapan yang tinggi dengan teman sebaya. Dukung
eksternal ini mempromosikan hasil positif, mengecilkan perilaku berisiko dan merangsang keberhasilan akademik. Benard, 2004; Constantine et al., 1999;
Hawkins, Catalano, Miller, 1992; Masten Coatsworth, 1998; Resnick et al., 2000; Rutter, 1987; Werner Smith, 1982, 1992, dalam Hanson dan Kim, 2007.
Aset internal resiliensi mencakup kompetensi sosial, pemecahan masalah, otonomi, dan tujuan, yang masing-masing dapat dipecah lebih lanjut Benard,
1991, 2004, dalam Hanson dan Kim, 2007. Kompetensi Sosial, misalnya, memerlukan ketrampilan komunikasi sosial, empati dan kepedulian, serta
kemampuan untuk memperoleh tanggapan positif dari orang lain responsiveness Benard, 2004; Masten, 2001, dalam Hanson dan Kim, 2007. Pemecahan masalah
meliputi perencanaan, fleksibilitas, dan kepanjangan akal daya resourcefulness. Otonomi mencakup self-efficacy, self-awareness, kesadaran mindfulness. Tujuan
meliputi arah tujuan, motivasi berprestasi, optimisme, dan harapan Benard, 2004, dalam Hanson dan Kim, 2007. Aset internal resiliensi mengembangkan baik
secara alami dan sebagai respons terhadap aset resiliensi yang berhubungan dengan lingkungan. Aset internal resiliensi mengembangkan respon terhadap aset
lingkungan resiliensi secara alami. Resiliensi dan modul perkembangan pemuda
youth dirancang untuk mengukur enam aset internal seperti, empati, pemecahan masalah, self-efficacy, kesadaran diri self-awareness, kerjasama dan komunikasi,
serta tujuan dan aspirasi dalam Hanson dan Kim, 2007.
2.1.3 Karakteristik Resiliensi