Analisis Pendapatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Usaha Ternak Kambing (Studi kasus Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang)

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL

EKONOMI USAHATERNAK KAMBING

(Studi Kasus : Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

TRI NOVALINA

040304049/SEP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL

EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING

(Studi Kasus : Desa Bangun Purbadan Desa Batu Gingging, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

TRI NOVALINA

040304049/SEP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakutas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. H. Hasman Hasyim, MSi) ( Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi) NIP : 130 936 323 NIP : 132 207 411

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Tri Novalina, NIM 040304049/SEP. Analisis Pendapatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Usahaternak Kambing. Studi kasus Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. (Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Ketua Pembimbing dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi selaku Anggota Pembimbing).

Penelitian bertujuan untuk menganalisis perkembangan usahaternak kambing selama 5 tahun terakhir di Propinsi Sumatera Utara, menganalisis hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian, menganalisis hubungan karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian, menganalisis hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan jumlah ternak kambing. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 2002-2006. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan metode deskriptif dan dengan metode Korelasi Pearson. Alat bantu dalam mengolah data adalah Program SPSS 13.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan usahaternak kambing di Propinsi Sumatera Utara selama 5 (lima) tahun belakangan ini (2002-2006) mengalami penurunan. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α = 0,05 diketahui bahwa secara parsial variabel lama beternak, jumlah ternak kambing, jumlah investasi dan total penerimaan dari usahaternak kambing memiliki hubungan yang nyata terhadap besarnya pendapatan bersih yang diterima dari usahaternak kambing sedangkan variabel lainnya yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat kosmopolitan, luas kandang dan total biaya tidak memiliki hubungan yang nyata dengan besarnya pendapatan bersih. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α = 0,05 diketahui bahwa pendapatan diluar usahaternak kambing tidak memiliki hubungan yang nyata dengan jumlah ternak kambing yang dimiliki oleh peternak kambing.

Kata kunci : Perkembangan Usahaternak Kambing, Pendapatan Bersih, Karakteristik Sosial, Karakteristik Ekonomi, Total Pendapatan Keluarga.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

Terimakasih Penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP Sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, Msi selaku Ketua Komisi Pembimbing

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi, selaku Anggota Komisi Pembimbing. 4. Seluruh Dosen dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Satia Darma Tarigan, SE, selaku kepala Desa Bangun Purba dan Bapak Dody Supriawan selaku Kepala Desa Batu Gingging beserta seluruh staff.

6. Seluruh peternak sampel yang telah membantu Penulis dalam melengkapi data-data yang dibutuhkan selama penelitian.

7. Ungkapan terima kasih yang setulusnya Penulis sampaikan kepada kedua Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan yang luar biasa baik secara moral maupun materi.

8. Ketiga adik-adik dan seluruh keluarga Penulis yang menjadi inspirasi dan penyemangat untuk terus mengejar cita-cita dan atas doa mereka yang tulus. 9. Rekan-rekan sepelayanan di Gereja GPdI Metanoia yang terus mendoakan

Penulis dan terus memberikan semangat, terutama kepada Bapak Gembala Sidang Pdt. Parlindungan Hutagalung, S.Th dan Keluarga serta seluruh abang dan kakak rohani Penulis


(5)

10. Teman-teman terbaik Nancy, Vidya, Lina, Marook, Vena dan seluruh stambuk 04 yang telah memberikan dukunganya dan doa yang tulus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Medan, Desember 2008


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... ix

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Identifikasi Masalah ……… 5

1.3. Tujuan Penelitian ………. 6

1.4. Kegunaan Penelitian ……… 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Populasi Kambing ……… 7

2.2. Potensi Ternak Kambing ……….. 8

2.2.1. Potensi Ekonomi Ternak Kambing ………. 8

2.2.2. Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing ………... 9

2.2.3. Beberapa Faktor yang Harus Diperhatikan Dalam Usahaternak Kambing ……….. 10

2.2.4. Produktifitas Ternak Kambing ……… 11

2.3. Landasan Teori ... .. ………... 12

2.4. Kerangka Berpikir …. ……… 16

2.5. Hipótesis Penelitian ……… 20

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ……… 21

3.2. Metode Penentuan Sampel ………. 21

3.3. Metode Pengumpulan Data ……… 21

3.4. Metode Analisis Data ………. 21

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ………... 23

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Desa Bangun Purba ……… 27

4.1.1. Luas dan Topografi Desa ……….………... 27

4.1.2. Keadaan Penduduk ………..… 27

4.1.3. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah ……….…... 31

4.1.4. Sarana dan Prasarana ..………. 32


(7)

4.2.1. Luas dan Topografi Desa .……….…... 33

4.2.2. Keadaan Penduduk .……….… 34

4.2.3. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah ..……….……….. 36

4.2.4. Sarana dan Prasarana ..………. 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Kambing di Daerah Penelitian ……….…. 39

5.1.1. Pengelolaan Reproduksi ……… 39

5.1.2. Pemberian Pakan/Minum ………..…… 40

5.1.3. Mengangon .………..……. 40

5.1.4. Pembersihan Kandang ..………..……... 41

5.1.5. Pembersihan Ternak Kambing .………..……… 41

5.1.6. Pengendalian Penyakit .………..…… 42

5.2. Perkembangan Usahaternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara ... 42

5.2.1. Populasi Ternak Kambing Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi Sumatera Utara ... 43

5.2.2. Produksi Daging Kambing Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi Sumatera Utara ... 44

5.2.3. Konsumsi Daging Kambing Perkapita Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi Sumatera Utara ... 45

5.2.4. Pemotongan Ternak Kambing Selama 5 Tahun Terakhir di Propinsi Sumatera Utara Tercatat dan Tidak Tercatat ... 46

5.3. Karakteristik Peternak Sampel ... 48

5.4. Hubungan Karakteristik Sosial Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih ... 61

5.4.1. Hubungan Umur dengan Pendapatan Bersih ... 61

5.4.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan Bersih ... 62

5.4.3. Hubungan antara Lama Beternak dengan Pendapatan Bersih ... 63

5.4.4. Hubungan Jumlah Tanggungan Terhadap Pendapatan Bersih... 63

5.4.5. Hubungan Tingkat Kosmopolitan dengan Pendapatan Bersih ... 64

5.5. Hubungan Karakteristik Ekonomi Peternak Kambing dengan Pendapatan Bersih ………..……. 66

5.5.1. Hubungan Luas Kandang terhadap Pendapatan Bersih ... 66

5.5.2. Hubungan Jumlah Ternak terhadap Pendapatan Bersih ... 67

5.5.3. Hubungan Jumlah Investasi dengan Pendapatan Bersih ... 68

5.5.4. Hubungan Total Penerimaan dengan Pendapatan Bersih …...….... 69

5.5.5. Hubungan Total Biaya Produksi dengan Pendapatan Bersih ... 69

5.6. Hubungan Pendapatan di Luar Ternak Kambing dengan Jumlah Ternak Kambing ... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Kandungan Gizi Dalam Tiap 100 Gram Daging Dari Beberapa Jenis

Ternak ……….. 2 2. Perkembangan Populasi Ternak Kambing Per Kabupaten/Kota di Propinsi

Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ……. ………. 3 3. Populasi Ternak Kambing Menurut Desa di Kecamatan Bangun Purba

Kabupaten Deli serdang Tahun 2006 ……….. 4 4. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford ……… 22 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Purba

Tahun 2008 ………... 28 6. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Bangun Purba

Tahun 2008 ……….. 29 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bangun Purba

Tahun 2008 ……….. 30 8. Distribusi Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Bangun Purba

Tahun 2008 ………. 31 9. Distribusi Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bangun Purba

Tahun 2008 ……….. 32 10. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Batu Gingging

Tahun 2008 ……….. 34 11. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Batu Gingging

Tahun 2008 ……….. 35 12. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Batu Gingging

Tahun 2008 ……….. 36 13. Distribusi Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Batu Gingging

Tahun 2008... 37 14. Distribusi Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Batu Gingging


(9)

15. Populasi Ternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 43 16. Produksi Daging Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 44 17. Konsumsi Daging Kambing Perkapita di Propinsi Sumatera Utara Tahun

2002-2006 ... 45 18. Pemotongan Ternak Kambing di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-

2006 ... 47 19. Karakteristik Peternak Kambing di Daerah Penelitian Tahun 2008 ...…... 48 20. Curahan Tenaga Kerja Pada Tiap Tahapan Kegiatan Pemeliharaan

Per Peternak Sampel Per Tahun (HKP/Tahun) ……… 53 21. Rata-Rata Penerimaan Peternak Kambing dari Usahaternak Kambing

Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 58 22. Rata-Rata Pendapatan Bersih Peternak Kambing dari Usahaternak Kambing Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 59 23. Rata-Rata Total Pendapatan Keluarga Peternak Kambing dari Usahaternak

Kambing Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. Skema Kerangka Berpikir Analisis Pendapatan dan Karateristik Sosial

Ekonomi Usahaternak Kambing ……….. 19

2. Populasi Ternak Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 43

3. Produksi Daging Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 44

4. Konsumsi Daging Kambing Perkapita di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 46

5. Jumlah Pemotongan Ternak Kambing di Sumatera Utara Tahun 2002-2006 ... 47

6. Ternak Kambing Pada Saat Berada di Kandang ... 110

7. Ternak Kambing yang Sedang Diangonkan ... 110

8. Gambar Kandang Kambing ... 111

9. Induk Kambing Yang Sedang Bunting ... 111

10. Areal Perkebunan Kelapa Sawit PT.LONSUM ... 112

11. Foto Bersama Dosen Pembimbing Saat Supervisi ... 112


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Pengukuran Tingkat Kosmopolitan ..………. 78

2. Hasil Skor Pengukuran Tingkat Kosmopolitan ... 80

3. Karakteristik Peternak Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2008 ... 81

4. Produktifitas Ternak Kambing di Daerah Penelitian Per Tahun ... 82

5a. Curahan Tenaga Kerja Anak-Anak dan Dewasa Pada Setiap Tahapan Kegiatan Usaha Ternak Kambing Per Peternak Sampel Per Tahun (HKP/Tahun) ... 83

5b. Curahan Tenaga Kerja Anak-Anak dan Dewasa Pada Setiap Tahapan Kegiatan Usaha Ternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (HKP/Tahun)... 86

6. Pertambahan Nilai Ternak Per Peternak Kambing Per Tahun (Rp/Tahun) ... 89

7a. Total Biaya Produksi Pada Usaha Ternak Kambing Per Peternak Per Tahun (Rp/Tahun) ..……….………..…. 90

7b. Total Biaya Produksi Pada Usaha Ternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ……….. 91

8. Biaya Kandang Pada Usahaternak Kambing Per Peternak di Desa Bangun Purba Tahun 2008 ...……….. 92

9. Biaya Perlengkapan dan Peralatan Pada Usahaternak Kambing Per Peternak di Daerah Penelitian Tahun 2008 ... 93

10a. Jumlah Investasi Pada Usaha Ternak Kambing Per Peternak perTahun (Rp/Tahun) ... 95

10b. Jumlah Investasi Pada Usaha Ternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 96

11. Penerimaan Usaha Ternak Kambing Per Peternak dan Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 97

12a. Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing Per Peternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 99


(12)

12b. Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per

Tahun (Rp/Tahun) ... 100

13a. Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing Per Peternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 101

13b. Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun) ... 102

14. Total pendapatan Keluarga Peternak Kambing Per Tahun (Rp/Tahun) .... 103

15. Kontribusi Masing-Masing Sumber Pendapatan Keluarga Pada Peternak Kambing Per Tahun Terhadap Total Pendapatan Keluarga (%/Tahun) ... 104

16. Korelasi Sederhana Umur dengan Pendapatan Bersih ... 105

17. Korelasi Sederhana Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan Bersih ... 105

18. Korelasi Sederhana Lamanya Beternak dengan Pendapatan Bersih ... 106

19. Korelasi Sederhana Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan Bersih ... 106

20. Korelasi Sederhana Tingkat Kosmopolitan dengan Pendapatan Bersih .... 107

21. Korelasi Sederhana Luas Kandang dengan Pendapatan Bersih ... 107

22. Korelasi Sederhana Jumlah Ternak dengan Pendapatan Bersih ... 108

23. Korelasi Sederhana Total Penerimaan dengan Pendapatan Bersih ... 108

24. Korelasi Sederhana Investasi dengan Pendapatan dari Usahaternak Kambing Per Tahun ... 109

25. Korelasi Sederhana Total Biaya Produksi dengan Pendapatan Bersih ... 109

26. Korelasi Sederhana Pendapatan dari Luar Ternak Kambing dengan Jumlah Ternak Kambing ... 110


(13)

ABSTRAK

Tri Novalina, NIM 040304049/SEP. Analisis Pendapatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Usahaternak Kambing. Studi kasus Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. (Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku Ketua Pembimbing dan Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi selaku Anggota Pembimbing).

Penelitian bertujuan untuk menganalisis perkembangan usahaternak kambing selama 5 tahun terakhir di Propinsi Sumatera Utara, menganalisis hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian, menganalisis hubungan karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian, menganalisis hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan jumlah ternak kambing. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 2002-2006. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan metode deskriptif dan dengan metode Korelasi Pearson. Alat bantu dalam mengolah data adalah Program SPSS 13.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan usahaternak kambing di Propinsi Sumatera Utara selama 5 (lima) tahun belakangan ini (2002-2006) mengalami penurunan. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α = 0,05 diketahui bahwa secara parsial variabel lama beternak, jumlah ternak kambing, jumlah investasi dan total penerimaan dari usahaternak kambing memiliki hubungan yang nyata terhadap besarnya pendapatan bersih yang diterima dari usahaternak kambing sedangkan variabel lainnya yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat kosmopolitan, luas kandang dan total biaya tidak memiliki hubungan yang nyata dengan besarnya pendapatan bersih. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α = 0,05 diketahui bahwa pendapatan diluar usahaternak kambing tidak memiliki hubungan yang nyata dengan jumlah ternak kambing yang dimiliki oleh peternak kambing.

Kata kunci : Perkembangan Usahaternak Kambing, Pendapatan Bersih, Karakteristik Sosial, Karakteristik Ekonomi, Total Pendapatan Keluarga.


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional mengingat sektor pertanian terbukti dapat memberikan kontribusi pada perekonomian nasional meskipun terjadi krisis perekonomian. Hal ini dikarenakan terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan besarnya sumbangan devisa yang dihasilkan. Selain itu dapat dilihat bahwa peran sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tahun 2003 sebesar 15,80% dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tahun 2003 sebesar 46,26 % (Mulyasri dan Hidayati, 2003).

Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan adalah upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya, upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa (Santoso, 1997).

Kambing sering disebut ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat popular di kalangan petani di Indonesia terutama masyarakat pedesaan. Jenis ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian dan industri, mudah dikembangbiakkan dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta memerlukan modal yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan ternak yang lebih besar (Rangkuti dkk, 1991).

Daging kambing sebagai makanan yang berkualitas tinggi, dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga petani/peternak terutama penting bagi masyarakat di daerah rawan gizi. Kandungan gizi daging beberapa jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 1.


(15)

Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Daging dari Beberapa Jenis Ternak

No. 100 gr Daging Kalori (cal) Protein (gr) Lemak (Gr)

1. Sapi 281 13,8 17,7

2. Domba 254 12,6 22,2

3. Kambing 86 12,2 15,9

4. Kerbau 96 14,2 3,9

5. Ayam 193 11,5 16,0

6. Kelinci 111 16 - 20 2,5 – 6,5 Sumber : Hatardi, dkk, 1986

Pembangunan peternakan bertujuan untuk meningkatkan produksi ternak sekaligus meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak, yang pada akhirnya sangat bermanfaat bagi penyediaan tenaga kerja dan penyediaan pupuk dalam rangka intensifikasi pertanian (Tohir, 1991).

Usahaternak kambing sudah menyebar rata diseluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kambing mempunyai potensi yang cepat menyesuaikan diri dengan baik pada lingkungan dan kultur masyarakat Indonesia (Murtidjo, 1993).

Menurut Soedomo (1995), keadaan iklim di Indonesia yang beriklim tropis sangat mendukung tersedianya beraneka ragam tumbuh–tumbuhan dan tanaman tropis yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti sapi, kerbau, domba, kambing, kuda, babi dan berbagai jenis ternak unggas. Keadaan iklim ini memungkinkan tumbuhnya beranekaragam jenis tanaman sehingga hijauan untuk makanan ternak dapat tersedia sepanjang tahun.

Indonesia mempunyai potensi peternakan yang sangat besar, kekayaan alam Indonesia akan berjenis–jenis tanaman dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak.

Selain itu, di beberapa pulau seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan pulau lainnya masih terdapat


(16)

padahal tempat–tempat tersebut sangat cocok untuk pengembangan peternakan termasuk untuk peternakan kambing (Cahyono, 1998).

Kabupaten Deli Serdang di Sumatera Utara merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi peternakan kambing. Perkembangan populasi ternak kambing per kabupaten/kota di Sumatera Utara dari tahun 2002–2006 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Populasi Ternak Kambing Per Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2006

N Kabupaten / Jumlah Populasi Ternak (Ekor) % Rata

O Kota 2002 2003 2004 2005 2006* / Thn

1. Nias 16,486 18,258 18,376 18,495 6,289 (15,46) 2. Nias Selatan 0 0 0 0 10,22 0 3. Mandailing Natal 15,625 17,738 17,853 19,974 18,822 5,12 4. Tapanuli Selatan 72,024 47,012 47,317 41,316 40,497 (10,94) 5. Tapanuli Tengah 15,184 24,680 24,840 11,939 9,293 (9,70) 6. Tapanuli Utara 9,845 4,055 4,081 2,093 2,153 (19,53) 7. Humbang Hasudutan 0 1,360 1,369 1,426 1,157 (4,98) 8. Toba Samosir 18,490 18,601 18,722 1,021 1,098 (23,52) 9. Samosir 0 4,930 4,962 4,994 5,242 2,11 10. Labuhan Batu 77,953 78,521 79,031 50,505 51,621 (8,44) 11. Asahan 162,006 162,927 163,986 165,084 166,608 0,71 12. Simalungun 51,740 56,030 56,394 78,502 76,608 12,02 13. Dairi 7,669 6,346 6,387 9,260 8,091 1,38 14. Pak Pak Barat 0 1,668 1,679 1,689 1,972 6,08 15. Karo 10,966 13,940 14,031 18,883 19,427 19,29 16. Deli Serdang 163,147 111,308 112,031 44,947 45,533 (18,02) 17. Serdang Bedagai 0 47,550 47,962 48,170 49,643 1,47 18. Langkat 74,466 62,895 63,304 86,124 92,649 6,10 19. Sibolga 0 0 0 0 0 0 20. Tanjung Balai 0 2,081 2,094 2,107 2,109 0,45 21. Pematang Siantar 491 624 628 380 402 (4,53) 22. Tebing Tinggi 7,124 5,712 5,749 5,786 5,789 (4,66) 23. Medan 2,239 11,330 11,404 12,838 18,838 185,34 24. Binjai 2,510 2,744 2,763 2,596 2,605 0,95 25. Padang Sidempuan 0 12,256 12,336 12,371 7,185 (13,79)

Jumlah 707,965 712,566 717,196 640,500 643,860 (2,26) Keterangan : * Angka Sementara

Sumber : Statistik Peternakan Propinsi Sumatera Utara 2006, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa di kabupaten Deli Serdang, perkembangan populasi ternak kambing cenderung mengalami penurunan. Tahun 2002 populasi ternak kambing di Kabupaten Deli Serdang sebanyak 163.147 ekor,


(17)

pada tahun 2003 populasi ternak kambing mengalami penurunan sebanyak 51.839 ekor menjadi 111.308 ekor. Tahun 2004 populasi ternak kambing 112.031 ekor meningkat sebanyak 723 ekor dari tahun sebelumnya. Tahun 2005 populasi ternak kambing menurun menjadi 44.947 ekor dan diakhir tahun 2006 populasinya kembali meningkat menjadi 45.533 ekor.

Tabel 3. Populasi Ternak Kambing Menurut Desa di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

No. Nama Desa Populasi (Ekor)

1. Pamah 28

2. Tarean 37

3. Tapak Meriah 50

4. Pagar Manik 36

5. Silinda 0

6. Damak Glugur 37

7. Kulasar 47

8. Sungai Buaya 28

9. Mabar 37

10. Batu masagi 38 11. Sibaganding 29

12. Bah Balua 32

13. Rumah Deleng 43 14. Bandar Gunung 32 15. Bandar Meriah 36

16. Perguroan 47

17. Bangun Purba Tengah 38 18. Damak Maliho 52

19. Suka Luwei 61

20. Urung Ganjang 25 21. Bandar Kwala 13 22. M.Ujung Jawi 14 23. Marombun Barat 18

24. Bah Perak 62

25. Bangun Purba 103

26. Greahan 32

27. Cimahe 52

28. Batu Gingging 113

29. Tanjung Purba 43

30 Sialang 65

31. Bagerpang 0

32. Batu Rata 40

33. Ujung Rambe 60

Total 1.348

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Deli Serdang/Kecamatan Bangun Purba Dalam Angka Tahun 2006

Berdasarkan Tabel 3 di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba jumlah populasi ternak kambing pada tahun 2006 berada di urutan kedua yaitu 103 ekor atau sekitar 7,64% dari total populasi ternak kambing di Kecamatan Bangun Purba. Di


(18)

posisi pertama adalah Desa Batu Gingging sebanyak 113 ekor atau sekitar 8,38% dari total populasi ternak kambing di Kecamatan Bangun Purba pada tahun 2006 yang berjumlah 1.348 ekor.

Bertitik tolak dari hal sebelumnya, maka perlu diadakan suatu penelitian ilmiah mengenai analisis pendapatan dan karakteristik sosial ekonomi usahaternak kambing.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan usahatenak kambing selama 5 tahun terakhir di Propinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian?

3. Bagaimana hubungan karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian?

4. Apakah ada hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan jumlah ternak kambing?


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut adalah untuk :

1. Menganalisis perkembangan usahaternak kambing selama 5 tahun terakhir di Propinsi Sumatera Utara.

2. Menganalisis hubungan karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian.

3. Menganalisis hubungan karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi) peternak kambing terhadap pendapatan bersih dari usahaternak kambing di daerah penelitian.

4. Menganalisis hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan jumlah ternak kambing.

1.4. Kegunaan Penelitian :

1. Sebagai bahan informasi bagi peternak kambing dalam mengembangkan usahaternak kambingnya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak–pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan usahaternak kambing.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak–pihak yang membutuhkan dan yang ingin meneruskan penelitian ini dimasa mendatang.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Populasi Kambing

Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek dan pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroekositem suatu tempat (Sarwono (b), 2007).

Kambing tergolong hewan memamah biak, berkuku genap dan bertanduk sepasang menggantung. Ternak kambing mampu memanfaatkan sumber makanan bermutu rendah menjadi makanan bergizi tinggi seperti daging dan susu (Sarwono (a), 1991).

Kambing memiliki sifat yang cenderung tidak suka bergerombol, hewan yang cerdik dan mudah merasa kesepian, periang, suka bermain dan suka merusak tanaman. Kambing lebih suka makan pada pagi dan sore hari. Perlakuan yang baik pada saat perawatan dan pemeliharaan ternak akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya (Sumoprastowo, 1997).

Populasi kambing terbanyak dan tersebar luas di Indonesia adalah kambing lokal atau kambing kacang. Meskipun populasi ternak kambing yang berkembang di Indonesia terdiri dari banyak jenis (ras), tetapi dalam pemeliharaannya hanya dapat dibedakan untuk tiga tujuan yaitu, penghasil daging (kambing potong), penghasil susu atau gabungan keduanya (Mulyono dan Sarwono, 2007).


(21)

2.2. Potensi Ternak Kambing

Nilai ekonomi, sosial dan budaya yang diberikan kambing sangat nyata yaitu dapat menyumbangkan 14–25% dari total pandapatan keluarga petani. Peranan kambing sebagai ternak potong dalam upacara agama atau adat merupakan sumbangan terhadap ketahanan budaya bangsa dan status sosial peternak. Potensi kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang karena belum memperhatikan peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih didasarkan atas kebutuhan uang tunai, sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan tidak menjamin kontinuitas pendapatan dan sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai barang dagangan (Mulyono dan Sarwono, 2007).

Dalam skala agribisnis, peluang meningkatkan potensi ternak kambing masih cukup besar. Kambing cukup potensial dikembangkan sebagai ternak pedaging karena calving interval (jarak beranak) pendek. Pada umur 1-2 tahun anak kambing sudah bisa dipotong untuk dikonsumsi dagingnya. Agar pengelolaan ternak dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan maka pakan ternak, kandang, perkembangbiakan, kesehatan, ketersediaan bibit, kondisi lingkungan setempat, dan permintaan pasar perlu diperhatikan (Mulyono dan Sarwono, 2007).

2.2.1. Potensi Ekonomi Ternak Kambing

Kambing memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain :

a. Mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga tingkat reproduksi dan produksi lebih tinggi

b. Modal usaha (uang) cepat berputar karena pamasarannya mudah

c. Ternak kambing tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan


(22)

d. Ternak kambing suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem pengembalaan akan lebih efisien

e. Proses perkembangbiakan dapat diatur (terpola) karena betina/induk dapat dilakukan penjadwalan birahi/estrus

f. Skala usaha pembibitan kambing yang dianjurkan adalah 8-12 ekor induk dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12-18 ekor (Mulyono, 1998).

2.2.2. Sistem Pemelihataan Ternak Kambing

Beternak kambing dapat dilakukan secara tradisional, semi-intensif dan intensif. Dari ketiga sistem tersebut semuanya baik untuk dilakukan, tergantung kondisi lahan, tujuan usaha, ketersediaan dana dan keterampilan mengelola ternak. Bila tujuan beternak kambing untuk dijadikan mata pencaharian sistem yang paling tepat adalah sistem intensif. Namun, bila tujuan beternak sekedar untuk usaha

sambilan, sistem semi intensif atau tradisional cukup memadai (Mulyono dan Sarwono, 2007).

Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari beternak kambing. Namun, pengembangannya sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaan kambing masih dilakukan secara tradisional. Pemeliharaan kambing secara tradisonal kurang menguntungkan karena tidak dapat diharapkan berproduksi secara maksimal (kambing tetap kecil dan kurus) karena tidak adanya pengawasan yang baik tentang makanan, baik jumlahnya maupun kualitasnya. Perhatian terhadap mutu bibit juga kurang (tanpa seleksi yang baik) dan tingkat kematian karena penyakit sangat tinggi. Padahal, apabila pemeliharaannya


(23)

dilakukan secara intensif sebagai ternak pedaging berat badan kambing dapat meningkat 150gr/ekor/hari (Siregar, 1994).

2.2.3. Beberapa Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Usahaternak Kambing Dalam usahaternak kambing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

a. Kandang Kambing

Kandang berfungsi untuk memudahkan dalam pemeliharaan ternak sehari-hari seperti pemberian pakan dan minuman, pengendalian penyakit serta vaksinasi. Kandang juga dapat menghemat pemakaian tempat untuk pemeliharaan, membantu memudahkan pengumpulan dan pembersihan kotoran (Sarwono (b), 2007).

b. Pembibitan

Tujuan pemilihan/seleksi bibit adalah mendapatkan kambing yang memiliki sifat unggul seperti, tingkat kesuburannya tinggi dimana dalam 2 tahun mampu beranak 3 kali, kemungkinan melahirkan anak kembar lebih dari 50% dan setiap kelahiran lebih dari 2 ekor, kecepatan pertumbuhan baik, memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga tidak mudah terserang penyakit dan angka kematian yang rendah terutama pada anak kambing yang masih kecil dan pada induk saat melahirkan (Cahyono, 1998).

c. Pakan Untuk Kambing

Mutu makanan yang diberikan pada ternak kambing akan menentukan tingkat produktifitasnya. Oleh karena itu penyediaan pakan harus memperhatikan mutu disamping kuantitasnya. Mutu makanan dimaksud adalah kandungan zat gizi yang terdapat dalam bahan makanan (Rangkuti dkk, 1991).


(24)

d. Perawatan Ternak dan Sanitasi lingkungan

Tujuan beternak kambing adalah untuk menghasilkan daging, susu, bulu, kulit dan hasil lainnya. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan pengelolaan ternak yang baik dalam hal memilih calon induk, menentukan usia kambing, menentukan masa perkawinan, merawat kambing bunting, menangani kelahiran anak kambing,

penanganan masa laktasi dan penanganan induk/anak lepas sapih (Sarwono (b), 2007).

e. Pengendalian Penyakit Kambing

Kesehatan ternak sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Oleh karena itu menjaga kesehatan ternak harus menjadi prioritas utama disamping kualitas makanan ternak dan tatalaksana yang memadai (Murtidjo, 1993).

2.2.4. Produktifitas Ternak Kambing

Produktifitas adalah kemampuan ternak kambing untuk menghasilkan produksi dari tiap periode yang ditentukan. Produktifitas yang diamati meliputi : a. Jumlah anak lahir/Liter size (ekor/kelahiran/tahun), yaitu jumlah ternak kambing

yang lahir dari setiap induk dari kelahiran periode terakhir atau per tahun.

b. Pertambahan berat anak kambing atau PBB (Kg/hari), merupakan pertambahan berat kambing dari lahir sampai berumur < 6 bulan, kemudian antara 6-12 bulan sampai dewasa (>12 bulan).

c. Periode antara 2 kelahiran/Calving interval adalah lama periode antara kelahiran terakhir dengan kelahiran sebelumnya yang dihitung dalam bulan.

d. Tingkat kematian ternak kambing (%/tahun), dalam hal ini dihitung seluruh ternak kambing yang mati dan dibandingkan dengan jumlah populasi awal tahun dan kelahiran dalam satu tahun dari setiap peternak sampel (Sarwono (b), 2007).


(25)

2.3. Landasan Teori

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Analisis usahaternak kambing sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu usahaternak komersial. Dengan adanya analisis usaha dapat dievaluasi dan mencari langkah pemecahan berbagai kendala, baik usaha untuk mengembangkan, rencana penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang tak perlu (Murtidjo, 1993).

Usahaternak kambing telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak. Peningkatan pendapatan keluarga peternak kambing tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usahaternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor sosial dan faktor ekonomi (Soekartawi (c), 1995).

Para petani yang berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Soekartawi (e), 2002).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).


(26)

Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik. Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya (Soekartawi (d), 1996).

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).

Tingkat kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan peternak terhadap dunia luar yang selanjutnya akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan diukur berdasarkan perkembangan inovasi baru antara lain media elektronik, media cetak dan banyaknya melakukan kunjungan ke luar daerah tinggal atau keluar desa dalam rangka memasarkan usahatani mereka serta memperoleh pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian. Makin luas lahan pertanian maka lahan semakin tidak efisien, karena pemikiran untuk mengupayakan lahan secara efisien semakin berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya


(27)

pengawasan terhadap pemakaian faktor produksi semakin baik sehingga lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi (a), 1989).

Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usahaternak kambing sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak kambing maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh.

Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh hasil setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan hidup keluarga terlebih dahulu, kemudian mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usahatani lain untuk mendukung usahanya (Tohir, 1991).

Faktor produksi (input) sering disebut dengan korbanan produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor produksi, jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen dalam menghasilkan suatu produk/output (Soekartawi (b), 1994).

Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah perlu diperhatikan seperti tingkat kesuburan tanah, lokasi, topografi, status kepemilikan tanah dan faktor lingkungan. Nilai atau harga tanah dengan status milik lebih mahal bila dibandingkan dengan lahan yang bukan milik. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian (Soekartawi (a), 1989).


(28)

Modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi berlaku dalam jangka waktu yang relatif pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang, seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses, misalnya biaya bibit, obat-obatan atau gaji tenaga kerja. Besar kecilnya modal yang digunakan dalam usaha pertanian tergantung pada skala usaha, macam komoditas dan tersedianya kredit (Soekartawi (b), 1994).

Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja adalah semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang potensial dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan (Rusli, 1993).

Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-anak

yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria (1 HKP) menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standart :

Tenaga kerja pria dewasa >15 tahun = 1 HKP Tenaga kerja wanita dewasa >15 tahun = 0,8 HKP Tenaga kerja anak-anak 10-15 tahun = 0,5 HKP (Hernanto, 1993).

Produksi adalah sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu. Satuan dari produksi adalah satuan berat. Hasil merupakan keluaran (output) yang diperoleh dari pengelolaan input produksi atau sarana produksi dari suatu usahatani. Produksi


(29)

juga merupakan fungsi tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen sebagai suatu kesatuan yang mutlak diperlukan dalam proses produksi atau usahatani (Daniel, 2002).

Penerimaan usahaternak meliputi penjualan ternak dan hasil ikutannya, produk yang sudah dikonsumsi dan yang diberikan selama kegiatan, dan kenaikan nilai inventaris dan jasa yang lain. Pengeluaran usahaternak terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap baik secara tunai maupun kredit (Aritonang, 1993).

Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh, misalnya bunga modal, sewa tanah dan pajak. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi (ransum, obat dan upah). Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan bersih dan pendapatan keluarga. Pendapatan

usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan (Soekartawi (c), 1995).

2.4. Kerangka Berpikir

Bertani merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan. Disamping kegiatan bercocok tanam, petani memelihara ternak sebagai usaha tambahan untuk memanfaatkan kelebihan tenaga kerja keluarga. Ternak merupakan komponen penting dalam sistem usahatani yang ditangani para petani secara keseluruhan. Kegunaan ternak dalam sistem usahatani total ini antara lain sebagai sumber pupuk kandang yang baik, sumber uang tunai


(30)

apabila diperlukan sewaktu–waktu dan untuk tenaga kerja seperti sapi atau kerbau dimana tenaganya dapat dimanfaatkan untuk mengolah lahan pertanian.

Usahaternak kambing sistem tradisional adalah kegiatan pemeliharaan ternak kambing dimana campur tangan peternak terhadap ternak peliharaannya hampir tidak ada. Pemberian pakannya hanya sekedar saja tanpa memperhitungkan standart gizi. Kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri. Tata laksana pemeliharaannya tidak terprogram dengan baik dan kandangnya hanya dibuat sekedar tempat berlindung pada saat siang dan malam hari.

Dalam melaksanakan usahaternak kambingnya, peternak berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien dalam menjalankan dan mengelola usahaternaknya. Karakteristik sosial ekonomi peternak (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan, tingkat kosmopolitan, luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usahaternaknya.

Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan maksimal. Proses pemeliharaan ternak juga perlu diperhatikan seperti perkandangan, seleksi bibit, pemberian pakan dan minum, kebersihan ternak dan obat-obatan.

Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan dan harga jual. Harga akan naik ketika permintaan terhadap suatu komoditi meningkat, apabila harga naik maka permintaan akan menurun.

Penerimaan akan diperoleh peternak tergantung pada jenis usahaternaknya baik sebagai ternak potong atau perah. Pada umumnya peternak menjual kambing


(31)

yang telah dewasa, mereka akan menjual ternaknya ketika mereka membutuhkan uang tunai untuk keperluan keluarganya.

Pendapatan bersih usahaternak kambing diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/pemeliharaan. Pendapatan keluarga diperoleh dengan menjumlahkan nilai total tenaga kerja dalam keluarga dengan pendapatan bersih usahaternak kambing.

Pendapatan keluarga usahaternak kambing diperoleh dari penjumlahan pendapatan bersih usahaternak kambing dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga peternak kambing. Total pendapatan keluarga merupakan pendapatan yang diperoleh keluarga peternak dari hasil usahaternak kambingnya ditambah dengan pendapatan yang diterima peternak dari usahaternak lain selain ternak kambing dan pendapatan yang diperoleh peternak dari non usahaternak.


(32)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran dibawah ini:

Keterangan : : menyatakan hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Analisis Pendapatan dan Karakteristik Sosial Ekonomi Usahaternak Kambing

Usahaternak Kambing

Sistem Tradisional

Produksi

Penerimaan

Harga Jual

Pendapatan Bersih Usahatenak Kambing

Pendapatan Keluarga

Total

Pendapatan Keluarga

Nilai TKDK

Pendapatan Usahaternak Lain Dan

Pendapatan Non Usahaternak Karakteristik Sosial

Peternak Kambing :  Umur

 Tingkat Pendidikan  Lama Beternak  Jumlah Tanggungan  Tkt. Kosmopolitan

Karakteristik Ekonomi Peternak Kambing :  Jumlah Ternak  Luas kandang  Jumlah Investasi  Total Penerimaan  Total Biaya Produksi Faktor Produksi

Proses Produksi/ Pemeliharaan


(33)

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial (umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolitan) peternak kambing dengan pendapatan bersih dari usahaternak kambing.

2. Terdapat hubungan antara karakteristik ekonomi (luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak kambing dan total biaya produksi) peternak kambing dengan pendapatan bersih dari usahaternak kambing. 3. Terdapat hubungan jumlah pendapatan diluar usahaternak kambing dengan


(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Daerah penelitian ini dipilih karena daerah ini memiliki populasi ternak kambing yang cukup banyak dari total populasi ternak kambing di kecamatan Bangun Purba.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode sensus dimana semua populasi peternak kambing dipilih sebagai sampel. Jumlah populasi peternak kambing yang terdapat di daerah penelitian adalah 26 KK, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 26 KK.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari para perternak kambing melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Biro Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Kantor Kepala Desa Bangun Purba, Kantor Kepala Desa Batu Gingging serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.


(35)

3.4. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan, kemudian dinalisis dengan menggunakan metode yang sesuai dengan hipotesis.

Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan menganalisis variabel yang mempengaruhi perkembangan usahaternak kambing yaitu populasi kambing, produksi daging kambing, konsumsi daging kambing perkapita dan jumlah pemotongan ternak kambing di Propinsi Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir.

Untuk hipotesis (1), (2) dan (3) dianalisis dengan menggunakan model penduga Analisis Korelasi Linier Sederhana dengan bantuan program SPSS 13 yaitu dengan Analisis Korelasi Pearson.

Uji kriteria adalah :

Apabila nilai signifikasi < α maka Ho ditolak

Apabila nilai signifikasi > α maka Ho diterima (Trihendradi, 2005; 2007).

Semakin tinggi nilai koefisien korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Untuk membaca nilai dari derajat keeratan dapat digunakan klasifikasi hubungan statistika dua peubah menurut Guilford berikut ini :

Tabel 4. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford Nilai Hubungan Statistika Dua

Peubah

Keterangan

< 0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua

peubah

antara 0,2 s/d 0,4 Hubungan kedua peubah lemah

antara 0,4 s/d 0,7 Hubungan kedua peubah sedang

antara 0,7 s/d 0,9 Hubungan kedua peubah kuat

antara 0,9 s/d 1 Hubungan kedua peubah sangat kuat

Sumber : Guildford, 2003

Pendapatan bersih dari usahaternak kambing dihitung dengan menggunakan rumus :

i i

y X P

P Q


(36)

Keterangan : PB = Pendapatan bersih usahaternak kambing (Rp) Q = Jumlah produksi (ekor)

Py = Harga jual ternak kambing (Rp)

Xi = Jumlah masing-masing input untuk ternak kambing Pi = Harga masing-masing input untuk ternak kambing

Karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), maka untuk menghitung seluruh biaya (TC) dengan rumus :

Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain pendapatan bersih dan pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Jadi pendapatan usahatani dihitung dengan rumus :

Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp) (Soekartawi (c), 1995 : 56-58).

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka diberi definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Definisi

1. Usahaternak kambing adalah kegiatan pemeliharaan ternak kambing sistem tradisional dimana campur tangan peternak terhadap ternak peliharaannya hampir tidak ada. Pemberian pakannya hanya sekedar saja tanpa memperhitungkan standart gizi. Kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri.

VC FC

TC = +


(37)

Tatalaksana pemeliharaannya tidak terprogram dengan baik dan kandangnya hanya dibuat sekedar tempat berlindung pada saat siang dan malam hari.

2. Karakteristik sosial adalah faktor yang ada pada diri peternak sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam usahaternaknya.

a. Umur (X1) adalah usia peternak pada saat penelitian dilakukan yang diukur

berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun.

b. Tingkat pendidikan peternak (X2) adalah pendidikan formal terakhir yang

pernah ditempuh oleh peternak dinyatakan dalam tahun.

c. Lamanya beternak (X3) adalah pengalaman peternak dalam usahaternak

kambing dinyatakan dalam tahun.

d. Jumlah tanggungan keluarga (X4) merupakan banyaknya orang (jiwa) yang

ditanggung dan dibiayai oleh kepala rumah tangga peternak dalam satu kepala keluarga.

e. Tingkat kosmopolitan (X5) adalah tingkat keterbukaan peternak terhadap

dunia luar yang diukur berdasarkan banyaknya melakukan kunjungan ke luar desa serta penggunaan sarana informasi melalui media cetak dan media elektronik.

3. Karakteristik ekonomi adalah faktor yang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan yang akan diperoleh peternak dalam usahaternaknya.

a. Luas kandang (X6) adalah luas lahan yang diatasnya dibangun kandang

kambing dalam usahaternak kambing yang dimiliki oleh peternak kambing dan dinyatakan dalam m2.

b. Jumlah ternak (X7) adalah banyaknya ternak kambing (ekor) yang dimiliki


(38)

4. Investasi (X8) merupakan nilai kandang, perlengkapan, peralatan, modal peternak

dan pertambahan nilai ternak per tahun.

5. Total penerimaan pada usahaternak kambing (X9) meliputi penerimaan dari

penjualan ternak kambing, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan pertambahan nilai ternak.

6. Total biaya produksi (X10) pada usahaternak kambing meliputi biaya investasi

atau biaya tetap yakni biaya penyusustan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya atau upah tenaga kerja dan obat-obatan dihitung per tahun.

7. Pendapatan bersih usahaternak kambing merupakan selisih antara penerimaan usahaternak per tahun dengan total biaya produksi per tahun.

8. Pendapatan keluarga usahaternak kambing merupakan hasil penjumlahan dari pendapatan bersih usahaternak kambing dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga yang dmiliki oleh peternak kambing.

9. Pendapatan luar usahaternak kambing adalah pendapatan yang dapat dihasilkan oleh keluarga peternak kambing diluar usahanya sebagai peternak kambing baik dari usahaternak lain maupun dari non usahaternak.

10. Total pendapatan keluarga merupakan total keseluruhan sumber pendapatan keluarga, dalam hal ini total pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari pendapatan keluarga usahaternak kambing, pendapatan dari usahaternak selain kambing dan pendapatan dari non usahaternak per tahun.


(39)

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Bangun Purba dan Desa Batu Gingging Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2008.

3. Sampel penelitian adalah peternak yang mengusahakan ternak kambing sebagai pekerjaan utama maupun sampingan yang bertempat tinggal di desa Bangun Purba dan desa Batu Gingging, kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang.

4. Jenis usahaternak kambing yang diteliti adalah usaha pembibitan yang menerapkan sistem pemeliharaan tradisional.


(40)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Desa Bangun Purba

4.1.1. Luas dan Topografi Desa

Desa Bangun Purba terletak di Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 255,40 Ha dan jumlah penduduk Desa Bangun Purba sebanyak 2.626 jiwa. Daerah ini berada pada ketinggian 120-155 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 20-300 C.

Desa Bangun Purba merupakan ibukota kecamatan Bangun Purba yang berjarak 0 Km dari ibukota kecamatan dan 28 Km dari ibukota kabupaten serta 52 Km dari ibukota propinsi. Secara administratif batas wilayah Desa Bangun Purba dapat digambarkan sebagai berikut :

 Sebelah Timur berbatasan dengan Sei Bah perak  Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III

 Sebelah Barat berbatasan dengan Sei Batu Gingging  Sebelah Utara berbatasan dengan PT. LONSUM 4.1.2. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Bangun Purba berjumlah 2.626 jiwa yang terdiri dari 712 Kepala Keluarga. Kelompok umur yang paling besar terdapat pada kelompok umur 19-25 tahun yaitu 379 jiwa (14,43%). Jika Mangkuprawiro (1979) menganggap bahwa umur 16-60 tahun sebagai usia produktif, maka di Desa Bangun Purba terdapat 1.531 jiwa usia produktif (58,30%), sedangkan usia non-produktif (dari umur 0 bulan-15 tahun dan >60 tahun) sebanyak 1.095 jiwa (41,70%). Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Bangun


(41)

Purba cukup besar dalam melaksanakan usaha ternak.Distribusi penduduk desa Bangun Purba untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Purba Tahun 2008

No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Total Persentase (%)

Laki-laki Perempuan

1. 0-12 bulan 23 27 50 1,90 2. 13 bulan-4 tahun 78 115 193 7.35 3. 5-6 tahun 123 108 231 8,80 4. 7-12 tahun 108 118 226 8,61 5. 13-15 tahun 131 146 277 10,55 6. 16-18 tahun 148 123 271 10,32 7. 19-25 tahun 186 193 379 14,43 8. 26-35 tahun 122 145 267 10,17 9. 36-45 tahun 125 155 280 10,66 10. 46-50 tahun 111 123 234 8,91 11. 51-60 tahun 45 55 100 3,81 12. 61-75 tahun 40 50 90 3,43 13. > 76 tahun 13 15 28 1,07

Jumlah 1.253 1.373 2.626 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu kunci utama dalam membangun dan mengembangkan masyarakat karena pendidikan merupakan dasar dalam pembentukan pola pikir dan pandangan masyarakat ditengah-tengah lingkungannya. Pendidikan telah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah juga bagi penduduk setempat. Hal ini dapat dilihat dari sarana pendidikan yang ada dan sebagian besar penduduk desa telah mengerti akan pentingnya pendidikan. Adapun distribusi Penduduk Desa Bangun Purba berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.


(42)

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Desa Bangun Purba Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Belum Sekolah 243 9,25

2. Tidak Tamat SD 85 3,23

3. Tamat SD 345 13,14

4. Tamat SLTP 553 21,07

5. Tamat SLTA 1.194 45,47

6. Tamat Akademia (D1-D3) 79 3,01 7. Sarjana S1

S2

123 4

4,68 0,15

Jumlah 2.626 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008

Tabel 6 menunjukkan bahwa penduduk Desa Bangun Purba mempunyai tingkat pendidikan yang baik. Hal ini diketahui bahwa sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (yaitu : Tamat SLTA, D1-D3, S1-S2) sebanyak 1.400 jiwa (53,31%), sedangkan penduduk yang memiliki tingkat pendidikan rendah (yaitu : tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SLTP) sebanyak 983 jiwa (37,43%). Berdasarkan data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Bangun Purba tingkat pendidikannya tergolong tinggi, karena tingkat pendidikan masyarakat Desa Bangun Purba didominasi pada tamatan SLTA.

Selain itu kita juga dapat melihat distribusi penduduk menurut mata pencaharian pada Tabel 7.


(43)

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bangun Purba Tahun 2008

No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%) 1. Jasa Pemerintahan :

 Guru

 PNS/ ABRI

 Pensiunan ABRI/ Sipil

 Pensiunan Swasta

 Pegawai Swasta

 Pegawai BUMN/BUMD

 Mantri/Perawat  Bidan  Dokter 68 77 70 25 20 48 8 5 5 12,16 13,77 12,52 4,47 3,58 8,59 1,43 0,89 0,89 2. Jasa Perdagangan :

 Pasar Desa

 Warung  Kios  Toko 1 20 22 8 0,18 3,58 3,94 1,43 3. Lembaga Keuangan :

 Perkreditan Rakyat

 Asuransi

2 1

0,36 0,18 4. Jasa Keterampilan :

 Tukang Kayu

 Tukang Batu

 Tukang Jahit/Bordir

 Tukang Cukur

20 15 5 1 3,58 2,68 0,89 0,18 5. Jasa Transportasi :

 Angutan tak bermotor

 Kendaraan Umum

7 120

1,25 21,47

6. Jasa persewaan 11 1,98

Jumlah 559 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Bangun Purba memiliki mata pencaharian yang beragam. Mata pencaharian penduduk yang paling dominan adalah di bidang jasa pemerinatahan sebanyak 326 jiwa (58,32%), disusul di bidang jasa transportasi sebanyak 127 jiwa (22,72%), bidang jasa perdagangan sebanyak 51 jiwa (9,12%), bidang jasa keterampilan sebanyak 41 jiwa (7,33%). Penduduk yang bekerja di bidang jasa persewaan sebanyak 11 jiwa (1,98%) dan yang paling sedikit adalah pada lembaga keuangan sebanyak 3 jiwa (0,54%).


(44)

4.1.3. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah

Desa Bangun Purba mempunyai luas wilayah keseluruhan sebesar 255,40 Ha yang menurut fungsinya paling dominan digunakan sebagai lahan pertanian seperti perladangan, perkebunan rakyat, persawahan dan lahan tanaman keras. Selain untuk lahan pertanian juga digunakan sebagai areal pemukiman penduduk, sarana dan fasilitas lainnya. Lebih jelasnya distribusi luas lahan dan jenis penggunaan tanahnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Bangun Purba Tahun 2008

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. Pemukiman 37,0 14,49

2. Perkantoran 6,50 2,55

3. Pendidikan 5,75 2,25

4. Persawahan 10,0 3,92

5. Perladangan 125,0 48,94 6. Jalan Kereta Api 0,20 0,08

7. Peribadatan 4,00 1,56

8. Perkebunan Rakyat 40,0 15,66 9. Tanaman Keras 22,95 8,99

10. Pasar 2,0 0,78

11. Kuburan 2,0 0,78

Jumlah 255,40 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008

Tabel 8 memperlihatkan bahwa penggunaan jenis tanah didominasi untuk areal pertanian (persawahan, perladangan, perkebunan rakyat dan tanaman keras) seluas 197,95 Ha (77,51%), dimana areal terluas digunalan sebagai perladangan seluas 125 Ha sekitar 48,94% dari total luas lahan Desa bangun Purba.

Selain itu, sebagian lahan lainnya digunakan untuk sarana dan prasarana seperti pemukiman penduduk, perkantoran, pendidikan, peribadatan, pasar, kuburan dan jalan kereta api serta sarana olah raga seluas 57,45 Ha (22,49%).


(45)

4.1.4. Sarana dan Prasarana

Perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat desa juga dapat dipengaruhi oleh keadaan sarana dan prasarana desa tersebut. Dimana semakin baik sarana dan prasarana desa tersebut maka desa tersebut semakin mudah dijangkau dan kesempatan untuk berkembang semakin baik. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bangun Purba dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bangun Purba Tahun 2008

No Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) 1. Pendidikan TK

SD SLTP SLTA 1 3 1 3 2. Kesehatan Posyandu

Poliklinik Umum Puskesmas

3 4 1 3. Perekonomian Perbankan

Perkreditan rakyat Asuransi

1 1 1 4. Perkantoran Kantor Kecamatan

Kantor Kepala Desa Kantor Polisi Sektor Kantor Koramil Kantor P&K

1 1 1 1 1 5. Transportasi Jalan Aspal

Jalan Tanah

10 Km2 3 Km2 6. Olahraga Lapangan Sepak Bola

Lapangan Badminton Lapangan Bola Voli

1 1 1 7. Peribadatan Mesjid

Gereja

1 5

8. Sosial Balai Desa 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Purba, 2008

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa di Desa Bangun Purba terdapat sarana dan prasarana di bidang pendidikan sebanyak 8 unit yang meliputi TK, SD, SLTP dan SLTA. Sarana dan prasarana di bidang kesehatan sebanyak 8 unit yang terdiri dari 3 unit Posyandu, 4 unit Poliklinik umum dan 1 unit Puskesmas. Sarana dan prasarana di bidang perekonomian yaitu perbankan, perkreditan rakyat dan asuransi sebanyak 3 unit dan bangunan perkantoran sebanyak 5 unit. Panjang jalan yang


(46)

sudah beraspal sejauh 10 Km2 dari panjang jalan desa yang ada, artinya pada umumnya seluruh jalan di Desa Bangun Purba sudah beraspal.

Di Desa Bangun Purba terdapat 3 unit sarana olahraga dan sebuah balai desa tempat masyarakat melakukan pertemuan. Sarana dan prasarana peribadatan terbanyak berupa gereja sebanyak 5 unit sedangkan mesjid sebanyak 1 unit. Selain itu daerah ini dapat dicapai dengan angkutan roda empat sehingga peternak tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan juga dalam hal penjualan hasil karena sarana transportasi sudah cukup tersedia.

4.2. Desa Batu Gingging

4.2.1. Luas dan Topografi Desa

Desa Batu Gingging terletak di Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 1.065,25 Ha dan jumlah penduduk Desa Batu Gingging sebanyak 1.290 jiwa. Daerah ini berada pada ketinggian 82,5 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 20-300 C.

Desa Batu Gingging berjarak 0,1 Km dari ibukota kecamatan dan 29 Km dari ibukota kabupaten serta 48 Km dari ibukota propinsi. Secara administratif batas wilayah Desa Batu Gingging dapat digambarkan sebagai berikut :

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bah perak

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bangun Purba Tengah  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Greahan


(47)

4.2.2. Keadaan penduduk

Penduduk Desa Batu Gingging berjumlah 1.290 jiwa yang terdiri dari 262 Kepala Keluarga, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Batu Gingging Tahun 2008

No Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Total Persentase (%) Laki-laki Perempuan

1. 0-12 bulan 9 13 22 1,71 2. 13 bulan-4 tahun 40 49 89 6,90 3. 5-6 tahun 47 62 109 8,45 4. 7-12 tahun 99 97 196 15,19 5. 13-15 tahun 52 50 102 7,90 6. 16-18 tahun 71 75 146 11,32 7. 19-25 tahun 77 91 168 13,02 8. 26-35 tahun 80 88 168 13,02 9. 36-45 tahun 75 55 130 10,08 10. 46-50 tahun 21 15 36 2,79

51-60 tahun 41 33 74 5,74 12. 61-75 tahun 20 10 30 2,33 13. > 76 tahun 10 10 20 1,55

Jumlah 642 648 1.290 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008

Tabel 10 memperlihatkan bahwa kelompok umur yang paling besar adalah terdapat pada kelompok umur 7-12 tahun yaitu 196 jiwa (15,19%). Jika Mangkuprawiro (1979) menganggap bahwa umur 16-60 tahun sebagai usia produktif, maka di Desa Batu Gingging terdapat 722 jiwa usia produktif (55,97%), sedangkan usia non-produktif (dari umur 0 bulan-15 tahun dan >60 tahun) sebanyak 568 jiwa (44,03%). Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Desa Batu Gingging cukup besar dalam melaksanakan usaha ternak.

Untuk distribusi penduduk desa Batu Gingging menurut pendidikan formalnya dapat dilihat pada Tabel 11.


(48)

Tabel 11. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Formal di Batu Gingging Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Buta Aksara dan Angka 3 0,23

2. Belum Sekolah 111 8,60

3. Tidak Tamat SD 36 2,80

4. Tamat SD 427 33,10

5. Tamat SLTP 441 34,19

6. Tamat SLTA 259 20,07

7. Tamat Akademia (D1-D3) 8 0,62

8. Sarjana S1 5 0,39

Jumlah 1.290 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008

Tabel 11 menunjukkan bahwa penduduk Desa Batu Gingging mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini diketahui bahwa sebagian besar penduduk memiliki tingakat pendidikan yang rendah (yaitu : buta aksara dan angka, tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SLTP) sebanyak 907 jiwa (70,31%), sedangkan penduduk yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (yaitu : Tamat SLTA, D1-D3, S1-S2) sebanyak 272 jiwa (21,09%). Berdasarkan data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Batu Gingging tingkat pendidikannya tergolong rendah, karena tingkat pendidikan masyarakat Desa Batu Gingging didominasi pada tamatan SLTP.

Mata pencaharian penduduk Desa Batu Gingging yang paling dominan adalah di bidang pertanian sebanyak 267 jiwa (82,92%), disusul di bidang jasa pemerintahan sebanyak 26 jiwa (8,07%), bidang usaha industri kecil sebanyak 12 jiwa (3,73%) sama dengan bidang jasa perdagangan sebanyak 12 jiwa (3,73%). Mata pencaharian penduduk yang paling sedikit berada di bidang jasa keterampilan yaitu sebanyak 5 jiwa (1,55%). Hal ini menunjukkan bahwa di Desa Batu Gingging mata pencaharian utama penduduknya yang paling dominan adalah sebagai buruh perkebunan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12.


(49)

Tabel 12. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Batu Gingging Tahun 2008

No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%) 1. Jasa Pemerintahan :

 Guru

 PNS/ ABRI

 Pensiunan Swasta

 Pegawai Swasta

 Mantri/Perawat  Bidan 4 4 8 8 1 1 1,24 1,24 2,48 2,48 0,31 0.31 2. Jasa Perdagangan :

 Warung  Kios 3 9 0,93 2,80 3. Jasa Keterampilan :

 Tukang Jahit/Bordir 5 1,55 4. Pertanian :

Sub Sektor Tan. Pangan

 Penyewa/Penggarap Sub Sektor Perkebunan

 Buruh Perkebunan

70 197

21,75 61,18 5. Usaha Indstri Kecil 12 3,73

Jumlah 322 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008

4.2.3. Luas Wilayah dan Penggunaan Tanah

Desa Batu Gingging mempunyai luas wilayah keseluruhan sebesar 1.065,25 Ha yang menurut fungsinya paling dominan digunakan sebagai lahan

perkebunan swasta yang ditanami dengan tanaman karet dan kelapa sawit. Selain untuk lahan perkebunan swasta, wilayah ini juga digunakan sebagai areal pemukiman penduduk, sarana dan fasilitas lainnya. Lebih jelasnya distribusi luas lahan dan jenis penggunaan tanahnya dapat dilihat pada Tabel 13.


(50)

Tabel 13. Distribusi Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Batu Gingging Tahun 2008

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%) 1. Pemukiman :

 Pemukiman Real Estate

 Pemukiman Umum

23,1 19

2,17 1,78 2. Bangunan :

 Bangunan perkantoran

 Bangunan Sekolah

 Tempat Peribadatan

1 2 0,5

0,09 0,19 0,05 3. Perkebunan Swasta 1007,61 94,58 4. Sarana Olah raga 2 0,19 5. Taman Rekreasi 0,04 0,007

6. Jalan 8 Km 0,75

7. Kuburan 1 0,09

8. Lain-lain 1 0,09

Jumlah 1.065,25 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008

Tabel 13 memperlihatkan bahwa penggunaan jenis tanah didominasi untuk areal perkebunan swasta seluas 1.007,61 Ha (94,58%). Perkebunan swasta itu adalah milik PT.LONSUM dimana tanaman yang paling dominan ditanam adalah tanaman karet dan kelapa sawit. Selain itu, sebagian lahan lainnya digunakan untuk sarana dan prasarana seperti pemukiman penduduk, perkantoran, pendidikan, peribadatan, sarana olah raga, taman rekreasi, jalan, kuburan dan lain-lain seluas 57,64 Ha (5,42%).

4.2.4. Sarana dan Prasarana

Perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat desa juga dapat dipengaruhi oleh keadaan sarana dan prasarana desa tersebut. Dimana semakin baik sarana dan prasarana desa tersebut maka desa tersebut semakin mudah dijangkau dan kesempatan untuk berkembang semakin baik. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Batu Gingging dapat dilihat pada Tabel 14.


(51)

Tabel 14. Distribusi Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Batu Gingging Tahun 2008

No Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) 1. Pendidikan SD

SLTP/ Tsanawiah SLTA/ Aliyah

1 1 1 2. Kesehatan Posyandu

Poliklinik Umum

1 1 3. Perkantoran Kantor Kepala Desa 1 4. Olahraga Lapangan Sepak Bola

Lapangan Badminton Lapangan Bola Voli

1 1 3

7. Peribadatan Mesjid 1

8. Sosial Budaya Balai Umum 1 Sumber : Kantor Kepala Desa Batu Gingging, 2008

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa di Desa Batu Gingging terdapat sarana dan prasarana di bidang pendidikan sebanyak 3 unit yang meliputi SD, SLTP/Tsanawiyah dan SLTA/Aliyah. Sarana dan prasarana di bidang kesehatan meliputi 1 unit Posyandu dan 1 unit Poliklinik umum. Untuk perkantoran, hanya terdapat 1 unit yaitu kantor Kepala Desa, sedangkan sarana olah raga ada 5 unit. Desa Batu Gingging hanya memiliki 1 unit rumah ibadah yaitu mesjid. Balai desa digunakan sebagai tempat mengadakan pertemuan sebanyak 1 unit.


(52)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Kambing di Daerah Penelitian

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada usahaternak kambing sistem pemeliharaan tradisional yang terdapat di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

5.1.1. Pengelolaan Reproduksi

Pengelolaan reproduksi pada usahaternak kambing bertujuan untuk mengembangkan ternak kambing untuk memperoleh keturunan yang banyak, berkualitas baik dan sehat. Hal yang harus diketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pemilihan atau seleksi bibit, pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu serta perlakuan penanganan ternak melahirkan.

Pada usahaternak kambing di daerah penelitian, perkawinan ternak dilakukan dengan pejantan yang sudah ditentukan, dengan waktu dan usia ternak yang diatur sesuai dengan kebutuhan. Penyeleksian bibit dilakukan pada ternak yang berumur 6 bulan keatas. Induk melahirkan sekali dalam 6-7 bulan. Ternak kambing sering dibiarkan bebas berkeliaran dan lebih banyak melakukan aktivitas diluar kandang, hal ini menyebabkan banyak ternak yang melahirkan di alam terbuka.

Perkawinan ternak yang terjadi di alam terbuka cenderung tidak terencana dan dengan pejantan jenis apapun, pada usia yang tidak ditentukan dan waktu yang tidak ditentukan juga. Hal tersebut disebabkan adanya dorongan/keinginan biologis dari ternak itu sendiri yang tidak dapat diduga oleh peternak. Tidak jarang ditemukan ternak kambing yang bunting pada usia muda. Hal ini memungkinkan ternak mati ketika dilahirkan dan daya tahan tubuhnya baik induk maupun anak yang dilahirkan


(1)

Lampiran 12a. Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing Per Peternak Per Tahun (Rp/Tahun)

No.

Sampel

Jumlah Ternak (Ekor)

Total Penerimaan Usahaternak kambing

(Rp)

Total Biaya Produksi (Rp)

Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing

(Rp)

1 15 4224000 1326000 2898000

2 14 6850000 1436666,67 5413333,33

3 16 7765000 1272250 6492750

4 15 4762000 1141333,33 3620666,67

5 20 8484000 1657541,67 6826458,33

6 16 4247000 2137666,67 2109333,33

7 9 4230000 737666,66 3492333,34

8 15 4573000 1200666,67 3372333,33

9 10 3110000 1069125 2040875

10 10 4694000 859750 3834250

11 12 3750000 1106166,67 2643833,33

12 6 1679000 672666,67 1006333,33

13 17 10083000 1450666,67 8632333,33

14 17 15482000 1561000 13921000

15 17 4690000 1369125 3320875

16 12 8385000 1368666,67 7016333,33

17 15 4428000 1350333,33 3077666,67

18 20 11974000 1576250 10397750

19 17 3971000 1439333,33 2531666,67

20 6 2943000 776000 2167000

21 8 2725000 802666,66 1922333,34

22 14 5882000 1252833,33 4629166,67

23 11 4141000 766666,67 3374333,33

24 11 3836000 2984000 852000

25 8 2184000 756000 1428000

26 13 2925000 1112000 1813000

Total 344 142017000 33183041,67 108833958,3


(2)

Lampiran 12b. Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun)

No.

Sampel

Jumlah Ternak (Ekor)

Total Penerimaan Usahaternak Kambing

(Rp)

Total Biaya Produksi (Rp)

Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing

(Rp)

1 15 28160000 8840000,01 19319999,99

2 14 48928571,43 10261797,65 38666773,78

3 16 48531250 7951625 40579625

4 15 31746666,67 7608888,86 24137777,81

5 20 42420000 8287833,35 34132166,65

6 16 26543750 8204697,69 18339052,31

7 9 47000000 8196296,22 38803703,78

8 15 30486666,66 7910777,8 22575888,86

9 10 31100000 10410000 20690000

10 10 46940000 8597500 38342500

11 12 31250000 9218138,92 22031861,08

12 6 27983333,33 11211111,17 16772222,16

13 17 59311764,7 8533333,36 50778431,34

14 17 91070588,24 9182352,94 81888235,3

15 17 27588235,3 8053676,47 19534558,83

16 12 69875000 11405555,59 58469444,41

17 15 29520000 9002222,2 20517777,8

18 20 59870000 7881250 51988750

19 17 23358823,53 8466666,67 14892156,86

20 6 49050000 12933333,34 36116666,66

21 8 34062500 10033333,26 24029166,74

22 14 42014285,71 8948809,50 33065476,21

23 11 37645454,55 6969697 30675757,55

24 11 34872727,28 27127272,75 7745454,53

25 8 27300000 9450000,01 17849999,99

26 13 22500000,01 8553846,16 13946153,85

Total 344 1049129617 253240015,9 795889601,1

Rataan 13,23 40351139,13 9740000,612 30611138,52


(3)

Lampiran 13a. Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing Per Peternak Per Tahun (Rp/Tahun)

No.

Sampel

Jumlah Ternak (Ekor)

Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing

(Rp)

Nilai TKDK (Rp)

Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing

(Rp)

1 15 2898000 2866875 5764875

2 14 5413333,33 4989075 10402408,33

3 16 6492750 2870350 9363100

4 15 3620666,67 3502525 7123191,67

5 20 6826458,33 2907825 9734283,33

6 16 2109333,33 4007825 6117158,33

7 9 3492333,34 2933450 6425783,34

8 15 3372333,33 2664075 6036408,33

9 10 2040875 2870325 4911200

10 10 3834250 2750000 6584250

11 12 2643833,33 2742500 5386333,33

12 6 1006333,33 2356275 3362608,33

13 17 8632333,33 3489075 12121408,33

14 17 13921000 3857825 17778825

15 17 3320875 2769750 6090625

16 12 7016333,33 4434375 11450708,33

17 15 3077666,67 3510025 6587691,67

18 20 10397750 4184400 14582150

19 17 2531666,67 3032825 5564491,67

20 6 2167000 2917200 5084200

21 8 1922333,34 2904700 4827033,34

22 14 4629166,67 2701575 7330741,67

23 11 3374333,33 2639875 6014208,33

24 11 852000 3362500 4214500

25 8 1428000 2920325 4348325

26 13 1813000 2910950 4723950

Total 344 108833958,3 81955875 190789833,3


(4)

Lampiran 13b. Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing Per 100 Ekor Ternak Per Tahun (Rp/Tahun)

No

Sampel

Jumlah Ternak (Ekor)

Pendapatan Bersih Usahaternak Kambing

(Rp)

Nilai TKDK (Rp)

Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing

(Rp)

1 15 19319999,99 19112750 38432749,99

2 14 38666773,78 35636250 74303023,78

3 16 40579625 14375250 54954875

4 15 24137777,81 23142000 47279777,81

5 20 34132166,65 16664250 50796416,65

6 16 18339052,31 25049000 43388052,31

7 9 38803703,78 32316000 71119703,78

8 15 22575888,86 17666750 40242638,86

9 10 20690000 28703250 49393250

10 10 38342500 27500000 65842500

11 12 22031861,08 22854250 44886111,08

12 6 16772222,16 38360250 55132472,16

13 17 50778431,34 20524000 71302431,34

14 17 81888235,3 22527750 104415985,3

15 17 19534558,83 16345250 35879808,83

16 12 58469444,41 36406500 94875944,41

17 15 20517777,8 23191750 43709527,8

18 20 51988750 20516000 72504750

19 17 14892156,86 17104750 31996906,86

20 6 36116666,66 48620250 84736916,66

21 8 24029166,74 36308750 60337916,74

22 14 33065476,21 19162750 52228226,21

23 11 30675757,55 23998750 54674507,55

24 11 7745454,53 30568750 38314204,53

25 8 17849999,99 36504000 54353999,99

26 13 13946153,85 22175250 36121403,85

Total 344 795889601,1 675334500 1471224101

Rataan 13,23 30611138,52 25974500 56585638,52


(5)

Lampiran 14. Total pendapatan Keluarga Peternak Kambing Per Tahun (Rp/Tahun)

No. Sampel

Jumlah Ternak (Ekor)

Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing

(Rp)

Usahaternak Non Kambing Non Usahaternak

Total Pendapatan keluarga Usaha Sampingan (Rp)

Total Pendapan Keluarga

(Rp) Jenis

Usahaternak

Pendapatan (Rp)

Jenis Pekerjaan/Usaha

Pendapatan (Rp)

1 15 5764875 Ayam 2400000 Pensiunan Swasta 4200000 6600000 12364875

2 14 10402408,33 Ayam 0 Karyawan Kebun 9400000 9400000 19802408,33

3 16 9363100 0 Berdagang 14400000 14400000 23763100

4 15 7123191,67 0 Berdagang 36000000 36000000 43123191,67

5 20 9734283,33 Ayam 2400000 Pensiunan Swasta 4200000 6600000 16334283,33

6 16 6117158,33 Ayam 1800000 Bertani 8800000 10600000 16717158,33

7 9 6425783,34 0 Wiraswasta 7200000 7200000 13625783,34

8 15 6036408,33 0 Wiraswasta 10800000 10800000 16836408,33

9 10 4911200 Ayam 1800000 Wiraswasta 4800000 6600000 11511200

10 10 6584250 0 Guru Honor 9600000 9600000 16184250

11 12 5386333,33 Angsa 3000000 Berdagang 4800000 7800000 13186333,33

12 6 3362608,33 Lele Dumbo 1080000 Wiraswasta 9600000 10680000 14042608,33

13 17 12121408,33 Ayam 5400000 Supir 18000000 23400000 35521408,33

14 17 17778825 0 Karyawan Kebun 15800000 15800000 33578825

15 17 6090625 0 Wirasasta 10800000 10800000 16890625

16 12 11450708,33 Ayam 2400000 Bertani 8400000 10800000 22250708,33

17 15 6587691,67 0 Wiraswasta 6000000 6000000 12587691,67

18 20 14582150 0 Karyawan Kebun 14400000 14400000 28982150

19 17 5564491,67 0 Wiraswasta 18000000 18000000 23564491,67

20 6 5084200 Ayam 1800000 Bertani 7200000 9000000 14084200

21 8 4827033,34 0 Karyawan Kebun 14400000 14400000 19227033,34

22 14 7330741,67 Ayam 3000000 Jaga Tower 7200000 10200000 17530741,67

23 11 6014208,33 0 Karyawan Kebun 14844000 14844000 20858208,33

24 11 4214500 0 Karyawan Kebun 13200000 13200000 17414500

25 8 4348325 0 Karyawan Kebun 10800000 10800000 15148325

26 13 4723950 0 Karyawan Kebun 14400000 14400000 19123950


(6)

Lampiran 15. Kontribusi Masing-Masing Sumber Pendapatan Keluarga Pada Peternak Kambing Per Tahun Terhadap Total

Pendapatan Keluarga (%/Tahun)

No. Sampel

Jumlah Ternak (Ekor)

Pendapatan Keluarga Usahaternak Kambing

Pendapatan Usahaternak Non

Kambing Pendapatan Non Usahaternak Total Pendapatan Keluarga (Rp)

Rp % Rp % Rp %

1 15 5764875 46,62 2400000 19,41 4200000 33,97 12364875

2 14 10402408,33 52,53 0 0 9400000 47,47 19802408,33

3 16 9363100 39,40 0 0 14400000 60,6 23763100

4 15 7123191,67 16,52 0 0 36000000 83,48 43123191,67

5 20 9734283,33 59,59 2400000 14,69 4200000 25,71 16334283,33

6 16 6117158,33 36,59 1800000 10,77 8800000 52,64 16717158,33

7 9 6425783,34 47,16 0 0 7200000 52,84 13625783,34

8 15 6036408,33 35,85 0 0 10800000 64,15 16836408,33

9 10 4911200 42,67 1800000 15,64 4800000 41,7 11511200

10 10 6584250 40,68 0 0 9600000 59,32 16184250

11 12 5386333,33 40,85 3000000 22,75 4800000 36,40 13186333,33

12 6 3362608,33 23,95 1080000 7,69 9600000 68,36 14042608,33

13 17 12121408,33 34,12 5400000 15,20 18000000 50,67 35521408,33

14 17 17778825 52,95 0 0 15800000 47,05 33578825

15 17 6090625 36,06 0 0 10800000 63,94 16890625

16 12 11450708,33 51,46 2400000 10,79 8400000 37,75 22250708,33

17 15 6587691,67 52,33 0 0 6000000 47,67 12587691,67

18 20 14582150 50,31 0 0 14400000 49,69 28982150

19 17 5564491,67 23,61 0 0 18000000 76,39 23564491,67

20 6 5084200 36,1 1800000 12,78 7200000 51,12 14084200

21 8 4827033,34 25,10 0 0 14400000 74,9 19227033,34

22 14 7330741,67 41,82 3000000 17,11 7200000 41,07 17530741,67

23 11 6014208,33 28,83 0 0 14844000 71,17 20858208,33

24 11 4214500 24,20 0 0 13200000 75,8 17414500

25 8 4348325 28,71 0 0 10800000 71,3 15148325

26 13 4723950 24,70 0 0 14400000 75,3 19123950

Total 344 190789833,3 992,73 25080000 146,83 297244000 1460,46 513113833,3


Dokumen yang terkait

Analisis Usaha Ternak Kambing Etawa (Studi Kasus : Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

7 110 61

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

2 55 152

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

1 10 119

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 14

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 23

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

2 16 3

Analisis Komparatif Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Beralih Ke Komoditi Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Ujung Rambe, Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 44

SISTEM KEKERABATAN DALAM BAHASA BATAK KARO JAHE DI DESA BANGUN PURBA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 16