pemilik dana shahibul mal. Contoh dari penyaluran dana ITT adalah pembiayaan channelling dan executing.
Sebagaimana prinsip bagi hasil yang diterapkan pada sisi pembiayaan, yaitu revenue sharing, dalam produk dana pun digunakan prinsip yang sama. Masyarakat penabung dan
deposan akan mendapatkan bagi hasil yang dihitung berdasarkan pendapatan bank kotor, sebelum dikurangi dengan biaya operasional bank.
2.8 Perbadaan Bagi Hasil dan Bunga
Bank Syariah mendorong praktik bagi hasil, sedangkan bank konvensional menggunakan bunga. Keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan itu
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel: 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil Bunga Bagi
hasil
Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus
selalu untung untuk pihak Bank Penentuan besarnya resiko bagi hasil
dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung
dan rug Besarnya prosentase berdasarkan pada
jumlah uang modal yang dipinjamkan
Besarnya nisbah rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh Tidak tergantung kepada kinerja
Tergantung kepada kinerja usaha. Jumlah
MARDALENA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA BANK SYARIAH DI MEDAN, 2008.
usaha. Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah
keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik
pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama
termasuk agama Islam Tidak ada agama yang meragukan
keabsahan bagi hasil
Pem bayar an bunga t et ap seper t i yang dij anj ikan t anpa per t im bangan pr oyek
yang dij alankan oleh pihak Masyar akat unt ung at au rugi
Bagi hasil t ergant ung kepada keunt ungan pr oyek yang dij alankan. Jika pr oyek it u t idak
m endapat kan keunt ungan m aka ker ugian akan dit anggung ber sam a oleh kedua belah
pihak
Sumber: Syaf’I Antonio, 2001:61
2.9 Keputusan Masyarakat
Keputusan adalah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan McGrew dan Wilson dalam Salusu, 1996:51. Keputusan
berarti pilihan choice, yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, namun tidak merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah, yang justru sering terjadi ialah
pilihan antara yang “hampir benar” dan yang “mungkin salah” Drucker, 1990 dalam Salusu, 1996:51.
Setiap keputusan mempunyai kadar kehebatan yang berbeda-beda. Ada keputusan yang tidak mempunyai makna berarti, sebaliknya ada yang mempunyai makna global
MARDALENA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA BANK SYARIAH DI MEDAN, 2008.
yang luar biasa, dan ada keputusan yang sederhana. Menurut Brinckloe 1977 bahwa sebenarnya ada empat tingkat keputusan:
1. Keputusan otomotik oatomatic decisions: keputusan ini dibuat sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan. Hanya informasi yang ada akan melahirkan satu keputusan.
2. Keputusan berdasarkan informasi yang diharapkan expected information decisions:
informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan, akan tetapi keputusan belum segera dibuat karena informasi itu masih perlu dipelajari.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan factor weghting decision:informasi
informasi yang didapat harus dikumpulkan dan dianalisa. Faktor faktor yang berperan dalam informasi itu dipertimbangkan dan diperhitungkan. Antara informasi yang satu
dengan yang lain dibandingkan, kemudian dicari yang paling banyak memberi keuntungan atau kesenangan.
4. Keputusan berdasarkan ketidakpastian berganda dual uncertainty decision:
merupakan keputusan yang palin komplek. Jumlah informasi yang dperlukan semakin banyak, dalam setiap informasi yang sudah ada atau yang akan diharapkan terdapat
ketidakpastian. Itulah sebabnya dikatakan “dual uncertainty” ketidakpastian berganda. Semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu
keputusan, semakin banka informasi yang dibutuhkan dan semakin tinggi ketidakpastiannya.
MARDALENA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA BANK SYARIAH DI MEDAN, 2008.
Frekuensi pembutan keputusan sesuai dengantingkatannya. Apabila keputusan tertinggi itu hanya dibuat satu dua kali maka akan makin kebawah tingkat keputusan
itu, makin tinggi frekuensi pembuatannya.
2.10 Studi Pendahuluan