BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan Alquran dan Hadis Nabi Saw Muhammad,
2004:94. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengopersiannya disesuaikan dengan prinsip syariah. Esensi Bank Syariah tidak hanya dilihat dari ketiadaan sistem riba dalam seluruh
transaksinya, tetapi didalamnya terdapat sistem yang membawa manusia mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. Ada beberapa ciri utama Bank Syariah Muhammad,
2002:99 diantaranya : 1.
Beban Biaya Besarnya beban biaya tidak kaku dan dapat dilakukan tawar-menawar dalam batasan-
batasan yang wajar. Beban biaya hanya dikenakan sampai batas waktu yang telah disepakati bersama. Dalam suatu kontrak baru untuk menyelesaikannya.
2. Tidak Menggunkan Persentase
Pembebanan kewajiban membayar dalam semua kontrak bank syariah selalu dihindarkan penggunaan persentase, karena akan mempunyai potensi untuk
melipatgandakan. 3.
Menciptakan rasa kebersamaan
MARDALENA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA BANK SYARIAH DI MEDAN, 2008.
Bank Syariah menciptakan suasana kebersamaan antara pemilik modal dengan peminjam. Keduanya berusaha untuk menghadapi resiko secara adil, dan rasa
kebersamaan ini mampu membuat seorang peminjam merasa tenang sehingga dapat mengerjakan proyeknya dengan baik.
4. Tidak ada keuntungan yang pasti
Pada dasarnya yang dilarang dalam kegiatan muamalah adalah mencantumkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan pada waktu pengikatan kontrak pembiayaan.
Sedangkan yang diperkenankan dalam sistem muamalah adalah kontrak yang dilakukan yang hakekatnya merupakan sistem yang didasarkan pada penyertaan
dengan sistem bagi hasil. 5.
Jual beli uang yang sama dilarang Pada dasarnya kegiatan transaksi yang dilarang dalam operasionalisasi bank syariah
adalah seolah-olah melakukan jual beli atau sewa-menyewa uang dari bentuk mata uang yang sama dengan memperoleh keuntungan darinya.
6. Jaminan kebendaan terhadap utang
Pada bank konvensional bahwa jaminan kebendaan terhadap utang dari peminjam merupakan hal yang sangat menentukan dalam persetujuan pemberian pinjaman.
Sebaliknya, dalam bank syariah pemberian pinjaman dalam bentuk talangan dana untuk pembelian barangaktivabarang modal tersebut, maka pada dasarnya tidak
mengutamakan jaminan kebendaan dari peminjam. Sebab barang yang ditalangi pembeliannya oleh bank masih menjadi milik bank sepenuhnya selama utang
peminjam belum lunas.
MARDALENA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA BANK SYARIAH DI MEDAN, 2008.
Sebagai lembaga bisnis, Bank Syariah, seperti bank-bank lainnya harus memiliki daya tarik ekonomi. Namun pertimbangan ekonomi bukan merupakan pertimbangan
dasar, ada hal lain yang lebih penting, yaitu moral. Karena itu produk-produk yang diberikan Bank Syariah tidak pernah lepas dari aturan syariah. Selalu ada pertimbangan
yang bersifat ukhrawi, yaitu pertimbangan halal dan haram. Keberadaan perbankan syariah di tanah air telah mendapatkan pijakan kokoh
setelah adanya Paket Derelugasi, yaitu yang berkaitan dengan lahirnya Undang Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang direvisi melalui Undang Undang Nomor 10 Tahun
1998. Dengan demikian bank ini adalah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Bagi hasil adalah prinsip yang berdasarkan syariah dalam melakukan kegiatan usaha bank.
2.2. Dasar Falsafah Bank Syariah